Bab 8. Bangkit!!!

Setelah mendapatkan ketenangan batinnya, Zalfa yang tengah beradu argumentasi dengan pikiran dan hatinya telah memutuskan untuk bangkit dari keterpurukannya.

Memaksa dirinya untuk menerima dengan lapang dada apa yang telah terjadi di kehidupannya, dan menjadikan hal itu sebagai kenangan didalam dirinya.

Walaupun perasaan takut dan sedih masih saja menyelimuti dirinya, tapi dengan keputusan yang telah ia ambil ini adalah jalan yang terbaik yang akan membawanya menuju kepercayaan diri yang lebih baik.

Tiga jam berlalu semenjak kepergian Azzam, Zalfa, dirinya tahu kepergian suaminya. Yang sampai sekarang belum juga kembali ke rumahnya.

Bayangan akan ingatannya semalam kembali menghantui pikirannya, perasaan takut akan kejadian semalam akan terulang kembali jikalau suaminya kembali dengan keadaan yang teramat kacau.

Namun, semua bayangan itu dengan cepat ia singkirkan.

Seraya meyakinkan dirinya sendiri.

( Tenang, Allah bersamamu Zalfa. Tidak ada yang harus kamu takuti, kejadian semalam jadikanlah kenangan sebagai pembelajaran hidup.

Yakinlah, dan berharap. Semoga kejadian semalam menjadikan perantara diantara aku dan mas Azzam menjadi semakin baik, selayaknya suami istri pada umumnya.

Saya sudah ikhlas dengan apa yang sudah terjadi, dan insyaallah saya tidak akan menyesalinya.)

🌼🌼🌼

Brugh...

" Maaf Bu, saya terburu-buru." langkah Azzam terhenti, ketika dirinya tidak sengaja bersenggolan dengan wanita paruh baya yang berjalan berlawanan arah dengannya.

" Lain kali, kalau jalan diperhatikan mas. Kasian yang lainnya."

" Baik bu, sekali lagi saya mohon maaf Bu." ungkapan lagi, seraya membungkuk memberi hormat kepada wanita itu.

Dan beranjak meninggalkannya dengan tergesa-gesa, seakan tidak ada waktu lagi yang dirinya punya.

Hingga dimana langkahnya terhenti, sesaat setelah seseorang yang ia cari. Lebih tepatnya, pujaan hatinya yang telah ia nanti-nantikan kehadirannya berada di sini, dihadapannya.

Khanza, berjalan seorang diri menyeret koper yang di genggamannya. Berjalan dengan langkah anggun menyusui luasnya bandara Soekarno-Hatta, menuju kearah jalan dimana seseorang yang telah menjemputnya.

Dan keberadaan Azzam disana, tidak membuatnya menyadari akan keberadaannya.

Semakin lama jarak diantara mereka semakin menipis, Azzam yang masih tidak bergeming, masih mencerna akan semua ini.

Melihat kenyataan, akan wanita pujaannya yang sekarang tengah berada di hadapannya. Kembali dengan membawa senyum manisnya yang setiap saat selalu menghiasi wajah rupawan itu. Yang telah menjadi penghangat, penyemangat, dalam hidupnya.

Tetapi senyuman itu luntur, setelah dia (Khanza) mendapati Azzam, seseorang yang selama ini selalu menghantui pikirannya, seseorang yang sangat ingin dirinya lupakan kenangan akan dirinya. Berada disini, dihadapannya, dengan sejuta harapan pada tatapannya.

Langkahnya terhenti, tepat di hadapan seseorang yang sangat ia rindukan. Walaupun dalam hatinya, dia meyakini dirinya untuk mencoba melupakannya.

Tapi sepertinya, itu merupakan sesuatu yang tidak mudah.

Sampai dimana terlintas pertanyaan-pertanyaan, dalam benaknya yang menghantui pikirannya.

Apakah dirinya sama sepertiku, yang selalu dihantui akan dirimu begitu sebaliknya..,?

Apakah mas Azzam, datang untuk menjemput ku?

Dan apakah mungkin, mas Azzam masih memiliki perasaan yang sama sepertiku saling menginginkan satu sama lainnya...?

Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas dalam benak Khanza, dihadapan ia berdiri sekarang. Seseorang yang jiwanya selalu menghantui setiap langkahnya, tersenyum hangat menyiratkan kerinduan mendalam akan dirinya.

Hingga saat dimana, Khanza dengan berani memecahkan keheningan diantara mereka.

" Mas, Azzam."

" Apa yang mas Azzam, lakukan disini. Mas, mau bepergian jauh ya...?" pertanyaan itu Khanza lontarkan, untuk melawan hati dan pikirannya.

" Emm, atau mau menjemput seseorang, ya??"

Dalam benak Azzam, melihat wanita dihadapannya sekarang sama sekali tidak memiliki banyak perubahan. Dari sifatnya, tingkah lakunya, semuanya masih tetap melekat pada diri wanita cantik itu.

Dan itu, yang semakin meyakinkannya untuk terus maju mengejar masa depannya bersama wanita pujaannya.

Butuh waktu cukup lama Azzam, untuk menenangkan perasaan karena baginya semu ini bagaikan mimpi khayalan dirinya. Namun, setelah menyadari tentang Khanza yang tepat berhadapan dengannya, yang dimana semua yang Khanza miliki tetaplah sama seperti terakhir kali mereka bertemu 4 tahun lalu.

" Mas, mas Azzam...!!" panggil Khanza sekali lagi, setelah dirinya tidak mendapatkan respon dari lelaki dihadapannya.

Panggilan itu, berhasil menyadarkan Azzam dari kediamannya. Tersentak sesaat, sebelum akhirnya memeluk wanita dihadapannya dengan erat. Meluapkan rasa rindunya yang sangat menyakitkan, menyalurkan seluruh kasih sayangnya kepada sang bidadari yang telah memporak-porandakan batinnya, menyalurkan rasa kasih sayang yang seluas samudra hanya untuk wanita yang berada di pelukan hangatnya.

Tanpa memikirkan apapun konsekuensi yang akan dirinya hadapi, Azzam masih terus mendekap dengan erat wanita itu. Hingga dimana tangisan Khanza, menyadarkan dirinya.

Dengan perasaan tak karuan, Azzam merasa bersalah. Namun, dirinya sangat merindukan wanita dihadapannya sampai melupakan akan perbuatan yang dia lakukan sangatlah melukai wanita muslimah sepertinya. Dirinya benar-benar dilupakan akan syariat-syariat agama.

Bagi Khanza, perlakuan Azzam yang secara tiba-tiba memeluk dirinya benar-benar melukai akan perasaannya. Dimana dirinya sebelumnya, sangat menjaga akan syariat-syariat agama, seperti halnya bersentuhan dengan lawan jenis sebelum menjadi mahramnya baginya sangat tabu.

Namun kali ini, pria didalam lubuk hatinya sangat ia rindukan. Dengan tanpa sengaja melakukan hal itu padanya, walaupun itu sebagai penyalur rasa rindunya tapi itu juga tidak dibenarkan.

" Maaf, maaf..."

" Maafkan saya, saya khilaf za. Saya benar-benar khilaf!!" sesal Azzam, sembari terus membungkukkan tubuhnya pada wanita itu.

" Saya benar-benar sangat menyesal, karena rasa rinduku yang teramat dalam malah membutakan pikiranku." tambahnya.

Khanza, masih tetap dalam posisinya. Cukup terkejut dengan tindakan Azzam sebelumnya, tetapi perkataan lelaki dihadapannya barusan membuatnya terbungkam.

Kenyataan yang sebelumnya sempat menjadi pertanyaan dibenaknya adalah kebenaran, lelaki dihadapannya ini juga sama dengan dirinya, sama-sama saling dilanda kerinduan yang mendalam.

Hal itu cukup membuatnya lebih melunakkan hatinya, kegembiraan yang dengan tiba-tiba meruak menyelimuti dirinya. Berhasil meredakan kemarahan yang sempat menguasai dirinya.

Tangan Khanza, dengan tergesa-gesa menyeka airmata yang membasahi pipinya. Kembali merapikan penampilannya, seraya berucap " Mas Azzam, saya harus pergi. Abi dan ummi udah nungguin Khanza di depan," jelasnya.

" Saya, gak bisa lama-lama mas. Khanza, harus pulang sekarang. Dan insyaallah kita bisa dipertemukan di lain kesempatan,.". Tambahnya. Seraya memberikan salam dan berjalan meninggalkan Azzam disana.

" Assalamualaikum."

Walaupun dengan perasaan berat, Khanza harus segera pergi dari sana. Sebelum nanti orangtuanya mengetahui akan keberadaan Azzam di sini, dan ia sendiri tidak menginginkan Abi dan ummi nya mengkhawatirkan dirinya.

Dan satu hal lagi, ia harus segera meninggalkan tempat itu. Bertemu dengan Azzam, saling bertukar pandang dengan lelaki itu akan membuat lebih sulit lagi untuk melupakan kenangan diantara mereka. Itu adalah tujuan utamanya, walaupun dengan penyesalan terdalam yang ia rasakan.

" Wa'alaikum salam,".

Kepergian Khanza, kembali membawanya dalam balutan kesunyian. Pertemuan diantara mereka yang hanya sesaat, dan itu masih belum mengobati rasa kerinduan nya.

Namun, dirinya juga tidak dapat memaksakan kehendak Khanza itu untuk terus bersamanya. Karena ia yakin, 4 tahun mereka terpisah di benua yang berbeda, untuk melakukan interaksi lagi juga pasti membutuhkan adaptasi.

Dan dirinya yakin, mereka akan dipertemukan kembali nanti. Dan di hari itu, dia pastikan Khanza akan menjadi miliknya seutuhnya menjadi bagian dari hidupnya dan melengkapi kekurangan akan dirinya.

...------------------------------...

...Merinding, ya Allah tega banget aku sama si Zalfa ya Allah....

...Man teman, di chapter ini sepertinya tidak sesuai judul di bab 8 ini (Bangkit!). Mianhe 🤭, part yang seharusnya Zalfa kembali mendapatkan kepercayaan dari, malah terselubung kedatangan Khanza....

...Huftt oke, gitu aja untuk bab ini....

...Selamat malam, see you tomorrow 😉...

...Mampir yukk di Ig aku: ...

...ffyynnn_...

Terpopuler

Comments

aqil siroj

aqil siroj

jahat banget si azzam

2024-01-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!