Bab 2. Kehidupan Baru

" Pak Azzam, selamat pagi. Dan selamat menempuh hidup baru bapak Azzam." salam dari bapak Husni sembari menjabat tangan atasannya, beliau baru saja sampai untuk menjemput Azzam beserta Zalfa.

" Pagi juga pak Husni, dan terimakasih atas ucapannya."

" Kalau begitu mari bapak, silahkan langsung saja masuk kedalam mobil. Beserta ibu silahkan masuk Bu..!" seraya membukakan pintu untuk mereka berdua.

" Terimakasih ya pak," ucap Zalfa setelah memasuki mobil hitam itu.

" Iya Bu, sama-sama."

Setelah seluruh barang telah dimasukkan kedalam bagasi mobil, pak Husni bergegas untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah milik atasannya tersebut.

Hari kemarin, dimana dilangsungkannya pernikahan dari Azzam beliau tidak dapat menghadiri acara pernikahan tersebut dikarenakan bertepatan dengan hari pernikahan putri beliau. Namun, beliau juga turut berbahagia, melihat status atasannya tersebut yang sekarang telah memantap kan dirinya kedalam bilih rumah tangga.

Namun kondisi didalam mobil itu sepertinya terlalu hening, antara sepasang suami-isteri di sana yang tengah tenggelam dalam dunia mereka masing-masing. Yang menimbulkan sebuah penasaran besar dalam diri bapak Husni.

Hanya keheningan yang menyelimuti perjalanan mereka hingga di mana mereka telah sampai disalah satu rumah yang cukup luas besarnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

" Terimakasih ya pak, saya masuk ke dalam dulu." lirih Zalfa, memberikan ucapan terimakasih kepada bapak Husni yang telah membawa mereka dengan selamat sampai tujuan.

" Baik Bu, sudah tugas saya untuk menghantarkan ibu dan bapak disini."

Zalfa untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya kedalam rumah besar ini, menyisakan rasa penasaran dalam dirinya. Melihat kenyataan akan suaminya sendiri yang belum dirinya ketahui, rumah ini, dan semuanya, seperti tertampar kenyataan yang luar biasa.

Dimana sekarang dirinya, benar-benar bertambah kekagumannya terhadap seorang Muhammad Azzam Ashraf Yazdan. Sungguh, pria itu sangat misterius bagi dirinya.

" Mulai sekarang, rumah ini adalah tempat tinggal kita. Dan hanya saya dan kamu yang menempati rumah ini, tanpa adanya orang asing lainnya yang dapat masuk disini.,"

" Seperti ucapan saya barusan, tidak akan ada asisten rumah tangga disini. Apakah kamu keberatan....?"

" Karena saya sangat tidak menyukai adanya orang lain yang mencampuri urusan saya, dan saya lebih suka ketenangan tanpa adanya kebisingan."

Mendengar penjelasan panjang Azzam, Zalfa mulai menyadari akan kondisinya sekarang. Walaupun belum menyadari sepenuhnya akan apa yang hidupnya jalani mulai sekarang.

Dengan senyuman manisnya, Zalfa menjawab perkataan suaminya. " Zalfa sama sekali tidak keberatan kok mas, insyaallah Zalfa sanggup untuk mengurus mas Azzam dan rumah ini sendiri tanpa adanya asisten rumah tangga."

Tatapan mata Zalfa sendu, memandang indahnya ciptaan Tuhan didepannya ini. Walaupun terkadang dirinya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan suaminya.

Tutur batinnya bagaikan malapetaka, dan sekarang kenyataan pahit akan kehidupannya akan dimulai sekarang. Dimana setelah Azzam melanjutkan perkataannya,

" Dan satu lagi, untuk sekarang kita akan berpisah kamar. Dimana kamar utama di ujung sana adalah kamar kamu, dan saya mengambil kamar atas."

" Dan saya mohon, untuk kamu jangan pernah sekali saja memasuki kamar maupun ruang bekerja saya tanpa adanya izin dari saya sendiri!!!" sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Zalfa sendiri dalam kesunyian rumah tersebut.

Bagaikan Sambaran petir yang menyengat tubuhnya, ucapan Azzam begitu sangat melukai perasaannya. Menerima kebenaran akan dirinya sendiri yang kenyataannya tidak diinginkan kehadirannya dalam hidup suaminya.

Tubuhnya bergetar hebat, detak jantungnya berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya menyisakan rasa sesak di dada yang begitu menyakitkan.

Membawa tubuhnya untuk segera memasuki kamarnya seraya tersenyum menahan airmata nya yang sebentar lagi akan jatuh ke permukaan pipinya.

Cklek!!!

Tubuh Zalfa dalam sekejap merosot didepan pintu kamarnya, airmata nya telah jatuh tak terbendung menyesakkan dada. Meninggalkan isakan lirih menyakitkan dalam tangisannya.

Tetapi menangis bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah sekarang, walaupun begitu dengan menangis adalah solusi yang tepat untuk membantu meredakan luapan isi hati.

Zalfa mengusap air matanya, berusaha meredakan rasa sakit dalam hatinya. Seraya membimbing tubuhnya untuk segera bangun dari ketidak berdayaannya, melangkahkan kakinya dengan pasti ke kamar mandi dan mengambil air wudhu.

Sepertinya mengadu kepada Allah adalah jalan keluar yang terbaik sekarang. Sampai dimana dirinya tertidur menghadap kiblat, dengan mata sembabnya.

Hingga dimana lantunan adzan ashar membangunkan Zalfa.

Membawanya segera bangun untuk melanjutkan menghadap sang penciptanya, dan bersiap untuk menyiapkan makan malam suaminya yang sekarang telah menjadi kewajibannya.

...*****...

Azzam bejalan menuruni tangga, menuju kitchen room yang terletak di lantai pertama rumahnya. Rasa haus yang mengganggu memaksa dirinya untuk turun, sampai dimana hal yang tidak dirinya inginkan untuk berhadapan dengan istrinya sekarang ini terjadi.

Disana Zalfa bergerak dengan lincahnya, berkutat dengan peralatan-peralatan dapur beserta aroma wangi masakan khas yang menyelimutinya.

Azzam dirinya sama sekali tidak bergeming, melangkah acuh menuju lemari pendingin untuk mengambil minuman seperti apa tujuan awalnya. Tapi sepertinya, Zalfa menyadari keberadaannya.

" Mas Azzam, mas mau makan...?"

" Makan malamnya Zalfa sajikan sekarang ya, mas Azzam duduk dulu sebentar. Zalfa siapkan makanannya dulu.,"

Dengan terpaksa Azzam menuruti titah sang istri, kebetulan perutnya juga tidak bisa diajak kompromi setelah dirinya melewatkan makan siang hari ini.

Langkah kakinya berjalan pasrah menuju tempat makan, dan menduduki salah satu kursi meja makan tersebut.

" Sebelumnya, Zalfa mohon maaf. Jika masakan Zalfa kurang selera di lidah mas Azzam, tapi saya berharap semoga mas Azzam dapat menikmatinya."

" Karena keterbatasan bahan makanan, jadi Zalfa masak seadanya yang ada di dalam lemari pendingin." tambah Zalfa menjelaskan.

Walaupun tanpa adanya respon dari suaminya, itu bukan menjadi penghambat bagi dirinya untuk tetap berbakti pada suaminya.

Mulai sekarang, Zalfa telah memantapkan hatinya untuk menjadi manusia tangguh dalam dirinya. Agar kedepannya permasalahan hati bukanlah hambatan dalam menjalankan hidup dan beribadah kepada Tuhan yang maha kuasa.

Ting tong, Ting tong

" Sepertinya ada tamu mas, Zalfa kedepan dulu ya, membukakan pintunya.,"

" Tunggu, biar saya saja yang membukakan pintu. Saya sudah selesai makanya, kamu bisa lanjutkan dulu makan malam mu." celetuk Azzam, seraya meninggalkan ruang makan dan bergegas menyambut tamunya.

cklik...!!ys

" Selamat malam pak Azzam, mohon maaf apabila mengganggu waktu istirahat anda,"

" Seperti perintah bapak, saya datang kemari hanya untuk memberikan berkas-berkas yang bapak butuhkan." Devan menjelaskan, Seraya menyerahkan berkas dokumen perusahaan kepada petingginya, mengingat sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dimana seharusnya waktu istirahat dari aktivitas panjang.

" Terimakasih ya Devan, dan sampai jumpa besok di kantor." jawab Azzam seadanya.

" Baik pak, kalau begitu Saya pamit undur diri. Sekali lagi mohon maaf jika kedatangan saya mengganggu istirahat bapak."

" Assalamualaikum," salamnya dengan menganggukkan kepalanya memberi hormat kepada Azzam.

" waalaikumsalam warahmatullah,"

Azzam kembali memasuki rumahnya, dengan membawa tumpukan berkas ditangannya. Berjalan lurus menuju ruang kerjanya, tanpa memperdulikan keberadaan Zalfa yang tengah membersihkan ruang makan disana.

Bagi Azzam, hari ini adalah hari terberat yang dirinya jalani. Kunang-kunang akan masalah perasaannya, kehadiran sosok asing dalam lingkup kehidupannya, membuat Azzam tertekan menerima kenyataan.

Dirinya juga mengakui, akan kecerobohannya dalam mengambil keputusan kali ini.

Melibatkan seseorang yang tidak bersalah masuk kedalam masalahnya, dan mungkin akan berakhir dengan sakit hati yang dirinya terima.

Nasi sudah menjadi bubur, dan rumah tangga tanpa cinta ini menjadi akhir kisah dari keterpurukan ku. Walaupun, didalam lubuk hatinya yang terdalam masih mengharapkan kehadiran sang pujaan hatinya kembali ke dalam hidupnya.

 

...Teman teman semuanya, jangan lupa vote nya 😉, apalagi commentar....

...Fyfy udah gak sabar buat berinteraksi sama kalian. Dan satu lagi share sebanyak mungkin cerita ini....

...Untuk mengetahui bab selanjutnya, atau bahkan cerita ku yang lain. Kalian bisa mampir ke sini nih:...

...ffyyynn_...

 

Happy reading, guys 🎊

Terpopuler

Comments

Selviana

Selviana

Semangat kak....

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!