Bab 4. Mas Azzam!!

" Ny. Zalfa, untuk sebelumnya kondisi suami anda tidak apa-apa," ungkap dokter Aldi, memberikan penjelasan kepada, Zalfa. Yang sedari tadi hanya menjadi pendengar pembicaraan antara dirinya dengan Devan.

" Hanya saja, Azzam. Dia tidak seperti kebanyakan orang, yang dapat dengan sesuka hati memakan seafood."

" Cukup aneh sebenarnya, tapi hal itulah yang menimpa Azzam." Penjelasan panjang itu, dia peruntukan Zalfa. Yang sekarang menjadi istri Azzam.

" Maaf, Dok. Berarti mas Azzam, memang tidak bisa untuk makan semua jenis makanan laut Dok?"

" Betul sekali. Jadi untuk kedepannya, saya mohon untuk berikan makanan yang non seafood kepada suamimu ya." ujar beliau, sembari menyematkan senyum tipis di wajah beliau.

Setelah dirasa cukup, Dokter Aldi. Berpamitan kepada Zalfa, karena ada suatu hal yang harus beliau tangani sekarang. " Kalau begitu, saya pamit undur diri. Assalamualaikum,,"

" Waalaikumsalam warahmatullah, terimakasih Dokter."

Dan kepergian beliau, menyisakan kesunyian yang nyata.

 Denvandra, dirinya turut ikut mengantarkan kepergian Dokter Aldi, seraya melanjutkan perjalanan untuk pulang menuju rumahnya.

Namun, sebelum mereka benar-benar meninggalkan pelataran rumah mewah itu, Dokter Aldi. Beliau memberikan beberapa wejangan kepada Devandra.

" Dev, yang selalu ada disamping Azzam adalah kamu. Jadi saya mohon, untuk kamu lebih sigap lagi untuk mencegah keras kepalanya dia." Dokter Aldi, menepuk pundak Devan pelan. Menyalurkan sedikit energi untuk Devan, agar diberikan kelancaran dalam segala urusannya.

" Baik, Dokter."

🌼🌼🌼

" Haus...,"

Eghrhh

Malam dini hari, tidur Azzam terusik. Kesadarannya telah sepenuhnya kembali, namun sepertinya tubuhnya masih sangat lemas. Dan masih membutuhkan istirahat yang cukup, untuk memulihkan kondisi tubuhnya.

Zalfa, pendengarannya yang sangat tajam. Membuatnya lebih sigap dengan erangan lirih Azzam.

" Mas Azzam, ada yang bisa Zalfa bantu."

" Hausss hhauss." ucap Azzam, lagi. Yang tetap memejamkan matanya.

" Mas, haus. Baik, Zalfa ambilkan minumnya dulu" ungkapnya, seraya mengambil segelas air putih yang berada di atas nakas, disamping tempat tidurnya.

" Mas Azzam, bangun sebentar nggeh. Minum dulu,"

Tidak adanya respon dari suaminya, Zalfa. Dia memberikan dirinya sedikit mengangkat kepalanya suaminya untuk memudahkan dirinya memberikan minuman kepada Azzam.

" Mas, diminum dulu airnya. Nanti tidurnya dilanjutkan lagi, sekarang minum dulu." bisik Zalfa, sembari membantu Azzam meminum air tersebut.

Adzan subuh telah berkumandang, bertanda akan dimulainya aktivitas kehidupan di hari yang baru ini. Alunan suara ayam yang bersahut-sahutan, memaksakan setiap kehidupan untuk segera memulai kehidupannya.

Seperti sekarang, Zalfa. Dirinya terbangun dari tidurnya, sedikit merenggangkan otot tubuhnya yang keram setelah dirinya tertidur dalam posisi duduk disamping Azzam. Seraya bergegas menunaikan kewajibannya, dan memulai aktivitas kesehariannya.

Tapi sepertinya hal itu harus dirinya tunda sekarang. setelah dia, mendapati suaminya yang tengah mengerang lirih. Dan memeluk tubuhnya erat-erat, berharap kehangatan akan ia dapatkan.

Sampai dimana, Zalfa. Datang membawakan sebaskom air hangat, untuk mengompres tubuhnya. Tetapi hal yang tidak dirinya inginkan, harus datang menghampirinya.

Demam tinggi, harus Azzam hadapi sekarang. Tubuhnya menggigil menginginkan kehangatan untuk menyelimuti dirinya. Hingga kedatangan Zalfa, bagaikan sebuah malaikat untuk dirinya.

" Mas Azzam,. !!"

" Mas, kenapa demamnya tinggi sekali. Pasti dingin banget ya!," ucap Zalfa, sembari merapatkan selimut untuk menutupi seluruh tubuh Azzam dan memberikan kehangatan padanya.

Kepanikan Zalfa, begitu besar. Tetapi, dirinya sedikit gugup untuk bertindak. Melihat dirinya untuk pertamakali nya merawat orang, selain keluarganya sendiri.

Dengan sedikit kecanggungan, Zalfa. Dirinya memberanikan diri untuk memberikan kompres pada wajah suaminya, dengan harapan semoga demamnya cepat menurun.

Sinar matahari, yang dikit demi sedikit menampakkan dirinya telah terlihat. Kegelapan malam telah tergantikan dengan cahaya keabadian, suara berlalu lalang semoi-semoi terdengar di pendengarannya.

Hingga dimana Zalfa menyadari, dirinya tengah berada dalam dekapan suaminya yang tengah lelap dengan tidurnya.

Ingatannya kembali, mengingat kejadian dua jam yang lalu setelah dirinya selesai mengompres tubuh suaminya. Tangan Zalfa, dicekal erat oleh Azzam saat dimana dirinya akan beranjak meninggalkan kamar itu. Dan memohon kepadanya untuk ikut berbaring menemani Azzam disana.

Tidak terasa, dekapan itu membawanya kembali ke alam bawah sadarnya. Merasakan kehangatan sesaat, yang mungkin tidak akan dirinya dapatkan lagi.

Namun, sekarang bukan saatnya untuk menghalukan perasannya.

Dirinya harus segera melepaskan diri, dari dekapan suaminya. Sebelum, satu hal yang tidak dirinya inginkan terjadi. Biarlah kebahagiaan ini tersimpan rapat dalam hatinya, tanpa harus ada yang mengetahuinya.

🌼🌼🌼

Tatapan tajam yang menembus penglihatan itu, menyambut kedatangan Zalfa. Menyiratkan aura tidak bersahabat, atas kehadiran manusia dihadapannya.

Menyadari akan tatapan Azzam disana, membuat jantung Zalfa berdesir hebat. Merasakan ketakutan dalam dirinya. Sampai dimana dirinya teringat, akan keadaan suaminya yang sama sekali belum makan makanan satupun sedari semalam.

Dengan perasaan sedikit takut, Zalfa memberanikan dirinya menghampiri suaminya. Seraya menyerahkan sebuah bubur ayam yang telah dirinya buat untuk Azzam.

Melihat pergerakan Zalfa, yang tengah mendekati dirinya. Memaksanya untuk membuang muka dan mengacuhkan keberadaan wanita tersebut.

Perasaan benci akan kehadirannya begitu besar mengalir keseluruh tubuhnya. Hingga tersirat keinginan untuk menyakiti perasaan hatinya, semakin nyata dalam pikirannya.

" Mas, Zalfa sudah buatkan bubur untuk. Mas Azzam."

" Karena Zalfa tahu, dari semalam mas belum makan apa-apa.," lirihnya, sembari menyerahkan nampan semangkok bubur itu kepada suaminya.

Tapi, tidak ada reaksi apapun yang Zalfa dapatkan, yang Azzam benar-benar mengacuhkan keberadaan dirinya.

Tanpa pantang menyerah, Zalfa meletakkan nampan itu keatas nakas. Dirinya, telah memutuskan untuk menyuapkan bubur tersebut kepada Azzam.

Hal itu, semakin membuat Azzam kesal bukan main. Tetapi, wanita disampingnya itu begitu sangat keras kepala. Hingga dirinya memutuskan untuk menurunkan sedikit egonya, dikarenakan lambungnya yang menjerit membutuhkan asupan makanan untuk sekarang.

Kemarin, adalah hari yang begitu sial dalam hidupnya. Keegoisannya membawanya terjebak dalam kondisi yang sama sekali tidak dirinya inginkan sekarang.

Bersyukur adegan ini tidak berlangsung lama, karena dirinya dapat meninggalkan ruangan ini dengan cepat, tanpa harus ada drama lagi disana.

Azzam, berjalan dengan tergesa meninggalkan kamar Zalfa. Meninggalkan ruang itu dengan kenangan indah, bagi Zalfa tanpa ia menyadarinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

^^^" Bodoh, gw bener-bener bodoh Jeff."^^^

^^^" Bisa-bisanya, tanpa memikirkan akibatnya. Aku nekad melakukan hal itu lagi Jeff!!"^^^

^^^" Dan berakhir, aku begitu menyesali akan perbuatan ku sendiri."^^^

(hhhhhhh)

" Bersyukur Zam, keberadaannya itu. Setidaknya memudahkan pemulihan kondisimu,"

" Dan ingat, dirimu sendiri yang telah memilihnya."

" Kalau di ingat-ingat juga, kenekatan mu ini. Biasanya, memakan waktu berhari-hari untuk pemulihannya. Yang bahkan dapat merepotkan seluruh keluarga, Devan, dan bahkan diriku ini."

" Beruntung sekali, untuk kali ini. Hanya dengan waktu semalam, kondisimu sudah kembali normal,"

(hhhhhh)

^^^" Sebelumnya, saya pribadi. Memohon maaf, sebesar besarnya atas ketidaknyamanannya kepada bapak Jeffry Al Muchlis,"^^^

^^^" Dan, terimakasih. Untuk perhatiannya kali ini, walaupun saya tidak mendapatkan pencerahan dan malah mendapatkan olokan. Tetapi saya tetap terimakasih, kepada bapak Jeffry."^^^

Tutt,.

Panggilan itu terputus sepihak. Menyisakan, kejengkelan yang Azzam dapatkan.

Namun, semua perkataan sahabatnya memanglah benar. Dan semua itu, adalah kemauannya sendiri tanpa ada paksaan didalamnya.

Mulai dari kelakuannya, yang setiap teringat akan (dia) nekat melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Sampai, dimana dirinya. Memilih Zalfa, sebagai pendamping hidupnya.

Semuanya adalah pilihannya sendiri.

Pilihan yang harus dirinya sendiri tanggung, akan akibatnya dalam keberlangsungan hidupnya.

Untuk kali ini, dirinya begitu bersyukur adanya istrinya. Kondisinya dapat dengan cepat pulih, atas perhatian dan ketelatenan Zalfa dalam merawatnya kali ini.

Walaupun perasannya, tidak menerima akan kebenarannya.

...---------------------------------...

...Selamat malam teman-teman, ...

...Bagaimana kabarnya, hari ini update guys 🤭. Jangan lupa vote nya ya.... ...

...Udah gitu aja, 🤣🌼❣️...

...Untuk mengetahui update an selanjutnya, dipersilahkan untuk mampir kelaman Ig saya:...

...ffyyynn_...

...Happy reading guys......🕊️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!