Bab: 14. Lanjutan

" Mari kita bicara lagi besok, karena sekarang aku harus pergi,." bisik Azzam, yang menghiraukan perkataan Jeffry seraya meninggalkannya sendiri.

Walaupun ada sedikit rasa sakit dalam dirinya, setelah mendapati fakta yang baru saja dirinya ketahui.

Azzam harus segera pergi sekarang, karena tidak ada banyak waktu untuk menyia-nyiakan kesempatan ini, yang mungkin tidak akan datang lagi nanti.

Perihal keberadaan rumah Khanza, dan ketidak sukaan Abi nya terhadap kehadirannya. Itu akan ia pikirkan besok, yang terpenting sekarang adalah berada di samping kekasih pujaan hatinya.

Jeffry, menatap lurus kepergian Azzam. Dia seakan tak dapat berfikir jernih dengan tindakan nekat sahabat karibnya itu.

" Sekarang apa yang harus dirinya lakukan, untuk menghentikan tindakan sembrono Azzam....?"

...*****...

Drrttt...

Drrttt....

" Ya Allah, siapa yang telepon larut malam seperti ini,." suara Zalfa serak, karena terbangun setelah mendengar dering ponsel miliknya.

Walaupun sedikit tergantung, tapi Zalfa tetap menjawab panggilan tersebut.

^^^" Assalamualaikum, halo."^^^

" Waalaikumsalam, neng Zalfa. Saya ustadz Fajar, pengurus pesantren."

^^^" Oh iya, pak Fajar. Ada apa nggeh, kok malam-malam begini teleponnya...?"^^^

" Ah itu neng, saya hanya di perhatikan untuk memberikan kabar ummi neng Zalfa. Sebelumnya neng Zalfa, harap bersabar nggeh nduk." ucap ustadz Fajar, yang sedikit bergetar ketakutan.

^^^" Loh, ada apa sebenarnya pak. Jangan membuat saya overthinking, atas ucapan pak Fajar....!!"^^^

" Maaf neng, tapi ummi sampun wasul dateng Allah neng."

" Yang sabar nggeh, neng Zalfa. Sampean bisa langsung pulang kaleh mas Azzam."

Tutttt ....

Mendengar kabar tersebut, Zalfa bagaikan tertumbuk reruntuhan batu. Bayangkan saja, ditengah malam, di bawah kesadarannya ia diberitahu akan hal yang mengejutkan.

Ummi nya sekarang sudah tidak ada, telah kembali kepada sang maha kuasa. Bahkan kabar akan sakitnya beliau, Zalfa sama sekali tidak mengetahuinya.

Air mata sudah membasahi wajah sayunya, seakan tiada lagi kekuatan hidup pada dirinya.

Tubuhnya bergetar hebat, melangkah dengan memegang penyangga untuk menopang tubuhnya. Sekarang tujuannya adalah mas Azzam, dia harus meminta pertolongan suaminya untuk mengantarkannya pulang.

Namun, langkahnya terhenti setelah menyadari akan satu hal yang menambah rasa sakit pada ulu hatinya. Mas Azzam tidak ada di rumah, suaminya tidak pulang kerumahnya, dan sekarang hanya ada dia sendiri di rumah ini.

Pertahanan tubuhnya menghilang, Zalfa terjatuh tanpa tekanan kelantai rumah tersebut.

" Ya Allah, apa yang harus saya lakukan."

" Mas Azzam, dia tidak pulang. Tapi, Zalfa harus ketemu Ummi,."

🌼🌼🌼

" Bunda, sepertinya aku harus menjemput Zalfa."

" Kenapa, dimana suaminya....?"

Dengan nafas berat, Zaki menjawab " Zaki, tidak bisa menjelaskannya untuk sekarang ini Bun. Tapi yang harus dilakukan sekarang, adalah menjemput Zalfa." jelas Zaki pada bundanya, dia sedikit menahan amarahnya setelah mengetahui fakta yang baru dirinya dapati.

" Saya pamit dulu. Dan tolong jaga istri Zaki bun, assalamualaikum."

" Waalaikumsalam, hati-hati nak. Bawa adik kamu ke sini dengan selamat,." tutur bunda Risma, kepada putra sulungnya.

" Iya, bunda."

Setelahnya Zaki, meninggalkan kediaman duka rumah mertuanya untuk menjemput adik iparnya.

Lalu, bagaimana dengan kakak Zalfa.....? Haiba, istri Zaki itu semenjak rumah sakit mengumumkan kematian ummi nya, dia sama sekali tidak baik-baik saja.

Tatapan matanya kosong, seperti tiada gairah hidup lagi, tidak ada satu katapun yang terucap dari mulutnya. Karena semua itu terjadi dihadapannya sendiri, dari saat ummi nya mengerang kesakitan hingga tibalah ajalnya. Dan semua itu, hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat.

Bahkan, sekedar untuk memberikan informasi kepada adiknya semuanya akan sesuai dengan kehendak Tuhan yang telah ditetapkan.

Sebelum melakukan perjalanannya, Zaki tidak lupa memberikan pesan singkat untuk temannya yang dia juga merupakan teman dekat Azzam.

...Jeffry (Jaksa)...

^^^" Jeff, tolong kabarkan pada Azzam. Kalau Zalfa, pulang ke rumah orang tuanya."^^^

^^^" Terimakasih,"^^^

Bahkan, zaki tidak perlu untuk menunggu jawaban dari Jeffry. Ia hanya melajukan mobilnya untuk segera menjemput Zalfa, yang sudah dirinya anggap sebagai adiknya sendiri.

Ting.....!!!

" Sepertinya ada sesuatu yang kamu sembunyikan,...?"

" Kenapa tiba-tiba di malam yang larut ini, ada apa sebenarnya mas...?"

Notifikasi handphone yang berbunyi, sama sekali tidak ia hiraukan. Sekarang yang terpenting adalah Zalfa, dan untuk Azzam dia akan mencoba untuk menggali informasi lebih akurat lagi sebelum mengambil sebuah tindakan,.

*****

Zalfa....!!!

Zalfa......!!!

Dek, kamu didalam kan....??

Ini bang Zaki, dek...!!

Zaki, yang telah tiba disana segera mengetuk-ngetuk pintu rumah besar itu. Dengan sedikit teriakan, saat menyebut nama Zalfa.

Namun, panggilannya sama sekali tidak dihiraukan oleh Zalfa.

Yang dimana sekarang, dirinya sungguh tiada berdaya bahkan hanya untuk mengeluarkan suaranya. Mendengar panggilan suara yang tidak sang kakak, sedikit membuat Zalfa lega.

Karena ia tidak perlu lagi untuk bingung mencari kendaraan ataupun tumpangan agar segera sampai pada rumah orang tuanya.

Tapi sekarang, dirinya telah kehilangan keseimbangan dan daya tubuhnya. Bahkan, untuk menyuarakan suaranya saja tidak bisa.

" Mmass Zaki.....?"

" Zalfa disini mas, Zalfa ingin ketemu Ummi....!!" perkataan itu seakan hanyalah bisikan, karena ucapannya hampir tidak terdengar sedikitpun.

Airmata nya pun, juga terhenti. Dalam artian, tangisan ini adalah tangisan paling menyakitkan bagi siapa saja.

Dimana, tangisan tanpa adanya airmata yang menyertainya.

Disisi lain, ditempat Zaki masih berdiri di depan pintu rumah itu. Semakin bertambahnya waktu, ketika tiada respons oleh penghuni didalamnya, membuatnya sedikit khawatir akan keadaan Zalfa.

Dan jalan keluarnya adalah membuka paksa pintu terkunci itu. Tapi, sebelum rencananya sempat terjadi, pintu itu terbuka dengan memperlihatkan Zalfa dengan kondisi yang tidak dapat dijelaskan.

" Dek, kamu gak papa..?" ucap Zaki, setelah melihat kondisi Zalfa yang bermata sembab bengkak yang tidak jauh berbeda dengan istrinya.

Dengan helaan nafas beratnya, Zaki kembali mengatakan " Abah dan mba Zia, mereka sudah menunggu kedatangan mu faa...."

" Ayo, tidak ada waktu lagi untuk menundanya. Kasihan dengan Ummi, beliau harus segera dimakamkan....!!"

Mendengar penjelasan dari suami kakaknya, kembali membuat tubuhnya sedikit bergetar.

Jadi, kepergian Ummi adalah sebuah kenyataan....??

Tanpa adanya sepatah katapun yang keluar dari mulut Zalfa, dirinya mengikuti langkah sang kakak. Karena dia hanya ingin segera melihat Ummi nya, untuk terkahir kalinya.

🌼🌼🌼

" Saya akan menggantikan tunangan Khanza, untuk pernikahan mendatang......!!" ucapan Azzam tegas, setelah mendapati percakapan antara abi Khanza dengan lelaki lain yang berdiri berhadapan diantara mereka.

Azzam, sudah sampai di tempat dimana Khanza dirawat sekarang. Setelah kabar meninggalnya tunangannya sendiri, pada tragedi jatuhnya pesawat penerbangan Kairo (Mesir) - Jakarta.

Informasi mengenai keberadaan Khanza, cukup mudah untuk mencari tahu. Karena ia memiliki Devandra, yang cukup pintar dalam soal mencari sesuatu.

" Siapa kamu ...?"

Pernyataan yang sempat ia utarakan, menimbulkan berbagai perspektif oleh kedua orang itu.

" Saya Azzam bii, dan saya siap untuk menjadi mempelai pria untuk menggantikan." ucap Azzam sekali lagi, dengan ketegasan yang sangat jelas di sana.

" Siapa yang menyuruhmu untuk datang kesini, Bahkan untuk sampai kapanpun, aku tetap tidak mengharapkan kehadiranmu Muhammad Azzam Ashraf.....!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!