Hampir tiga minggu Rengga sudah mencari Ruby, namun dia belum juga mendapatkan informasi tentang keberadaan gadis itu karena hanya melakukan penyelidikan secara diam-diam, dan dia tidak bisa menggunakan akses kepolisian dengan bebas karena harus menyembunyikan kasus ini.
Di sisi lain Rengga sudah berhasil menemukan tantenya atau ibu Ruby ketika wanita itu kembali ke rumahnya bermaksud menengok Ruby. Dia sangat shock mengetahui Ruby kabur, dan kejadian yang menimpa gadis itu. Dia sangat merasa bersalah. Tapi sekarang dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Selama ini wanita itu bekerja di perusahaan cabang milik perusahaan Immune Plus yang ada di kota mereka karena dipaksa oleh petinggi perusahaan itu, dan mengancam untuk menjadikan Ruby sebagai uji coba. Karena itu dia menurut dan sengaja menjauh dari Ruby. Sekarang Rengga sudah menempatkannya di tempat yang cukup aman dan melarang tantenya itu menggunakan ponsel atau akses internet dengan bebas karena kemungkinan bisa dijangkau perusahaan itu. Dan bisa saja sekarang dia dalam pencarian ketat perusahaan itu.
Rengga juga baru mendapatkan fakta tentang salah satu orang penyokong perusahaan itu dan menjadikan ayah Ruby sebagai uji coba. Tapi untuk sekarang dia harus menahannya karena belum menemukan Ruby. Rengga juga khawatir jika perusahaan itu sudah mengetahui bahwa keturunan orang-orang yang menjadi uji cobalah yang memiliki kemampuan super, dan dia juga mencurigai beberapa polisi menjadi mata-mata perusahaan itu, karena itu dia tidak boleh bertindak gegabah dan harus lebih berhati-hati.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan Rengga adalah pergi langsung ke Semarak untuk mencari Ruby. Tapi dia tidak bisa meninggalkan kota ini tiba-tiba, setidaknya dia harus memiliki kasus yang bisa dia jadikan alasan untuk pergi ke sana.
Dia tidak mungkin meminta lagi pada pak Kepala untuk dipindahkan ke Semarak, rasanya dia sangat tidak tahu diri jika memanfaatkan kekuatan orang tua itu lagi.
Rengga yang sejak tadi melamun di mejanya yang dipenuhi berkas-berkas, tiba-tiba dikagetkan oleh panggilan masuk dari ponselnya.
“Ratu? Tumben banget nelpon,” gumamnya lalu mengangkat panggilan itu.
“Ada apa? Tumben banget lo nelpon."
“Kakak lagi bareng kak Bagas, gak?"
“Enggak, kayaknya dia ada kerjaan di luar, memangnya kenapa?”
“Gue dari tadi nelpon, tapi nggak diangkat-angkat, sengaja banget. Ya, udah deh, byeee!” Tiba-tiba panggilan dimatikan sepihak.
“Memang gak ada sopan-sopannya ini anak.” Meletakkan ponselnya.
“Aku juga gak paham kenapa pak Kepala tiba-tiba berhentikan penyelidikan perusahaan itu.”
“Apa jangan-jangan dia terlibat?”
“Kamu enggak boleh berbicara begitu, bagaimana kalau ada yang dengar nanti kamu bisa dilaporkan.”
Obrolan tiba-tiba dua orang polisi yang baru saja memasuki ruang kerja untuk mengambil berkas lalu keluar kembali, menarik perhatian Rengga namun dia pura-pura tetap bekerja.
Setelah perintah kasus perusahaan itu ditunda, semua anggota polisi kaget bercampur bingung. Ada juga yang kecewa karena kasus itu cukup besar karena bisa menjadi salah satu cara untuk menaikkan jabatan. Jelas semua orang pasti curiga karena tindakan tiba-tiba seorang Kepala Polisi.
“Hah, capek banget gue.” Bagas yang baru datang langsung duduk di mejanya yang berada di sebelah Rengga, namun sebelum itu dia melihat sekitar terlebih dahulu agar bisa leluasa berbicara santai.
“Kenapa lagi, lo?" tanya Rengga.
“Gue harus ke Semarak untuk mencari sarang pencuri itu. Tersangka yang sudah ditangkap itu bilang, mereka bersarang di sana. Padahal gua lagi males keluar kota, apalagi ke Semarak.” Bagas mengeluh.
“Lo serahin aja sama polisi yang ada di sana.”
“Gak boleh gitu, dong. Enak aja, gue ngabisin waktu berbulan-bulan karena kasus ini. Mereka tinggal nyari sarangnya terus dapat nama baik dari publik, rugi gue."
Tiba-tiba Rengga tersadar. “Gue bakal temenin lo ke sana. Gue akan masuk ke kasus ini.”
“Gak usah ngaco, Pak. Kerjaan lo banyak. Lihat, noh.” Menunjuk berkas yang menumpuk di meja Rengga.
“Gua bakal bagiin ini sama yang lain, pokoknya gue harus ikut sama lo.”
“Kok jadi lo yang semangat banget, sih. Gue males ke sana, pasti bakal ketemu Ratu,” Bagas mengacak-acak rambutnya.
“Gue harus cari Ruby.”
“ Oh, misi rahasia. Lo masih belum mau ngasih tahu gue rahasia lo itu?” Bagas penasaran.
“Rasa penasaran lo tahan dulu, deh. Kalau udah ada titik terang bakal gue ceritain.” Bagas pun mencibir.
“Gue baru ingat, Ratu nelpon gue, tadi. Katanya dia nelponin lo tapi nggak lo angkat. Dia nyariin lo.”
“Gua sengaja, dia itu cuma mau ngenalin gue ke temen-temennya yang bocah itu. Duh, ampun gue,” keluh Bagas. Rengga hanya tertawa karena reaksi Bagas tersebut.
“Untungnya Bagas punya tugas di sana gue jadi bisa leluasa nyari Ruby.” Rengga sedikit lega.
“Lo gimana sama Karina?” tanya Bagas tiba-tiba.
“Tiba-tiba banget lo nanyain itu, lo suka dia?” Rengga menatap tajam.
“Gue tahu Karina cantik, tapi gue lebih suka sama, lo,” goda Bagas, memainkan mata.
“Gila, lo!” Rengga menatap jijik.
Bagas terpingkal, menang. “Gue bercanda.”
“Sialan.” Ingin rasanya Rengga menghajar temannya ini.
“Maksud gue, tuh. Lo masih ngegantungin dia?” tanya Bagas lagi, setelah kembali serius.
“Gue nggak gantungin dia. Gue udah nyuruh dia buat nyari yang lain. Kondisi gue saat ini nggak ada waktu untuk itu. Lo tau sendiri.”
Karina adalah salah satu perawat yang bekerja di Rumah Sakit tempat ayah Rengga dirawat. Karena sering bertemu dan mengobrol tentang kondisi ayahnya, tumbuh rasa cinta antara keduanya. Awalnya hubungan keduanya baik, bahkan sampai berpacaran. Namun setelah mengetahui kebenaran tentang perusahaan Immune Plus dan mengetahui kondisi Ruby, ia memutuskan hubungannya dengan Karina untuk tidak melibatkan gadis itu termasuk ayahnya yang masih dirawat di rumah sakit. Tapi Karina masih saja rutin menemui Rengga atau mengantarkan makan siang dengan dalih teman. Rengga tidak bisa berbuat apa-apa, jika dia menolak keras itu bisa mempermalukan bahkan membuat gadis itu sakit hati.
Rengga khawatir jika dirinya saat ini sedang dipantau, atau mungkin ada yang mengetahui kondisi ayahnya yang menjadi salah satu korban uji coba. Dia tidak mau orang-orang kesayangannya mendapat ancaman karena tindakannya kedepannya.
Jika soal perasaan, Rengga jelas masih mencintai perempuan itu. Dia tidak punya alasan untuk membencinya, hanya saat ini dia harus mengorbankan perasaannya dan tidak ingin menyuruh Karina untuk menunggunya karena dirinya sendiri tidak tahu kapan masalah ini akan selesai.
"Sebagai imbalan gue izinin lo memanfaatkan kasus gue dan ikut ke Semarak, gue boleh minta satu permintaan, gak?" Bagas berucap tiba-tiba, membuat Rengga curiga.
Rengga sudah berfikir yang aneh-aneh, karena Bagas memang bukan orang yang meminta sesuatu yang sederhana. "Apa?" tanyanya curiga, memicingkan matanya.
"Kenalin gue sama Ruby."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments