Kebenaran Tentang Ruby

Rengga dan anggota polisi lainnya yang sudah berada di stasiun kereta api, langsung berpencar mencari keberadaan Ruby. Mereka mengetahui perginya Ruby ke stasiun kereta, dari seorang tetangga yang sempat berpapasan dengan gadis itu.

Mereka mencari sekeliling stasiun dan bertanya pada orang sekitar, namun belum ada informasi keberadaan gadis itu saat ini.

Rengga yang tidak ikut mencari, langsung menuju ruang kontrol keamanan untuk mengecek CCTV. Tidak diduga, dia melihat seseorang yang sangat dikenalnya.

“Ngapain lo di sini?” tanyanya pada sosok itu yang merupakan juniornya dan juga sahabatnya.

Bagas menoleh ke sebelahnya sebentar lalu kembali melihat monitor. “Kerja, lah.”

Mendapat jawaban singkat yang kurang sopan, Rengga langsung menepuk kepala Bagas.

“Aduh.” Bagas meringis sambil mengelus kepalanya.

“Sopan lo sama gue. Gini-gini gue atasan lo,” ancam Rengga.

“Siap salah, Pak!” Bagas memberi hormat, tapi sebenarnya dia sedang meledek Rengga.

“Minggir lo!” Rengga langsung menggeser Bagas karena menutupi monitor.

Seorang pria yang bekerja di ruang itu menatap heran keduanya. Baru kali ini dia melihat polisi yang tidak menggunakan bahasa formal dan bersikap santai satu sama lain walaupun ada perbedaan pangkat.

“Gue ke sini juga kerja, Pak. Ada yang harus gue cari.” Rengga menatap lurus Bagas, seolah meminta penjelasan.

“Hari ini gue dapat kerjaan buat nangkap pencuri permata dari museum yang seminggu lalu. Pencurinya memang sudah berhasil ditangkap, tapi ada yang mencurigakan dari saksi.”

“Coba jelaskan?” Bagas menjelaskan dengan rinci soal kejadian yang di tanganinya tadi.

Rengga tiba-tiba curiga dengan saksi yang diceritakan Bagas. “Siapa namanya?”

“Ruby Arinsakti, dia ngasi-“

“Siapa? Ruby Arinsakti?” tanya Rengga lagi memastikan.

“Benar sekali.”

“Jadi dia udah berangkat ke Semarak?” tanya rengga lagi. Bagas mengangguk bingung dengan reaksi Rengga.

Rengga memijit kepalanya. “Dia itu korban yang baru saja lari dari rumah sakit.”

“Korban!” Bagas mencoba mengingat kasus yang sedang ditangani di kantor mereka.

“Jadi dia korban kasus lo sekarang? Dia sepupu lo itu.” Rengga hanya mendengus seolah mengiyakan ucapan Bagas.

“Cantik juga.”

Seketika rengga ingin menghajar orang yang di hadapannya ini. “Ngomong apa lo barusan?”

“Santai, santai, Pak. Maksud gue dia gak kelihatan seperti korban yang mengalami kejadian itu. Dia sehat ... dan penuh percaya diri. Dia gak takut sama gue.” Rengga menatap sinis Bagas.

Rengga berpendapat, kemungkinan Ruby sudah mendapatkan kekuatannya, walaupun dirinya masih tidak tahu kemampuan apa yang dimiliki sepupunya itu. Yang pasti, kemampuan itu bisa membahayakan Ruby saat ini.

“Kenapa anak itu kabur? Apa sudah ada yang mengejarnya? Gue memang harus cepat-cepat nemuin dia,” batin Rengga.

“Lapor Pak, kami sudah berkeliling ke seluruh sudut dan bertanya pada orang sekitar tapi tidak ada satu pun yang melihat korban.” Tiba-tiba seorang polisi melapor pada Rengga.

“Dia sudah pergi ke Semarak. Perintahkan pada yang lain untuk kembali ke kantor."

”Siap, Pak!” Polisi itu langsung meninggalkan mereka.

“Dia ngasih gue nomor teleponnya, tapi nomornya gak aktif.”

“Itu kayaknya nomor HP yang sekarang dijadikan bukti.” Bagas hanya mengangguk paham.

“Pantes aja tadi dia ragu-ragu buat kasih nomor teleponnya.”

Tiba-tiba Rengga teringat jika anak wali kota juga terlibat walaupun tidak langsung, dan berdasarkan interogasi yang mereka lakukan sebelumnya, anak itu punya alibi yang jelas jadi dia benar-benar bersih.

“Tapi bisa aja Ruby menghubungi Theo atau setidaknya memberitahukan kepergiannya, kan? Karena hubungan mereka kayaknya cukup dekat,” pikir Rengga.

“Gue pergi dulu.” Rengga langsung meninggalkan Bagas, dan mengambil HP-nya dari saku.

"Tolong kirimkan nomor Theo Prayaka.” Rengga langsung mematikan panggilannya.

...****************...

Rengga dan Theo kini sudah berada di kafe. Duduk satu meja dan saling berhadapan.

Setelah mendapat panggilan dari Rengga dan bertanya tentang Ruby, Theo langsung setuju untuk bertemu dengan anggota polisi itu. Dia berharap ada kabar baik dari Ruby, karena beberapa kali dia mencoba menjenguk gadis itu, polisi selalu menghalangi.

“Hem, gue langsung ke intinya aja. Apa hubungan lo sama Ruby?” Theo sedikit kaget dengan cara bicara Rengga yang begitu santai padahal dia seorang polisi, meskipun saat ini Rengga tidak memakai seragamnya.

“Saat diinterogasi, saya sudah menceritakan semuanya.”

“Bukan, ini gak ada hubungannya sama kasus itu. Ini murni pertanyaan pribadi.”

Theo mengerutkan dahinya, curiga. “Ada hubungan apa dia sama Ruby?”

“Bolehkan saya bertanya lebih dulu?” Rengga mendadak sedikit kesal pada pemuda di hadapannya ini, karena tidak langsung menjawab pertanyaannya. Tapi dia masih menghargai karena Theo cukup sopan.

“Apa?”

“Bagaimana kabar Ruby sekarang? Apa dia sudah sadar?” Rengga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Dia sudah sadar tadi siang, bahkan dia sangat sehat. Sampai-sampai dia bisa kabur dari rumah sakit," jawab Rengga santai.

“Syukurlah ... a, apa? Dia kabur, kok bisa?” Theo membulatkan matanya, kaget.

“Untuk sekarang kita cukup bersyukur aja karena dia sehat.” Theo tidak puas dengan jawaban Rengga, bahkan itu tidak menjawab pertanyaannya.

“Sekarang lo yang jawab pertanyaan gue. Apa hubungan lo dengan Ruby?

“Kami bersahabat dari kecil. Papa sama ayah Ruby juga bersahabat,” jawab Theo, terpaksa.

Rengga mengangguk-angguk pelan. “Apa dia gak punya teman selain lo?” Theo menjawab dengan menggeleng kecil.

“Ada hal yang lebih pribadi. Mungkin kalo saya cerita, khawatir Ruby akan marah.”

“Maksudnya?” Rengga semakin penasaran.

“Hal pribadi apa? Gue harus kasih tahu kalau gue sepupu Ruby, biar dia mau cerita.”

“Ruby sekarang ada di Semarak, dia kabur naik kereta tadi sore. Dan apa pun yang lo tau soal Ruby, tolong ceritakan ke gue semuanya karena gue sepupunya.” Theo terkejut berkali-kali lipat malam ini. Tiba-tiba dia menjadi canggung dan salah tingkah.

Ruby memang pernah bercerita jika dirinya memiliki kakak sepupu laki-laki pada Theo. Dan yang dia tahu, mereka sudah kehilangan kontak. Theo tidak percaya kini orang itu ada di hadapannya. Dia mendadak khawatir jika sebelumnya bertindak tidak sopan.

“Santai, gue gak gigit kok. Lo cukup cerita semuanya.” Rengga tersenyum melihat tingkah cowok itu.

“Ah, maaf sebelumnya kalau saya bertingkah tidak sopan.”

“Kenapa pula dia minta maaf? Ya, adek gue emang cantik, sih.”

“Kan, udah gue bilang, santai. Apa pun hubungan lo dengan Ruby itu gak ada kaitannya sama gue jadi gak perlu canggung gitu.” Theo semakin gelagapan. Padahal hubungan mereka murni sahabat saat ini.

“Bukan gitu Bang, eh, Pak.”

“Panggil gue Abang, deh.”

Theo menarik nafasnya kuat-kuat. “Sebenarnya Ruby tidak punya teman. Di sekolah pun dia di bully.” Rengga tiba-tiba merasa sesak di dadanya.

“Itu terjadi sejak meninggalnya om karena kasusnya. Pasti Abang sendiri mengetahui maksud saya. Dan itu terjadi setiap hari dan seluruh siswa menjauhinya.”

“Bagaimana dengan guru-guru?”

“Mereka tidak melakukan apa-apa, bahkan beberapa dari mereka ikut membully Ruby.”

Rengga terdiam. Karena pendidikan kepolisian membuatnya tidak punya waktu untuk mencari keberadaan adiknya itu. Dia merasa bersalah.

“Pasti dia menderita, apalagi tante gak pernah pulang.” Wajah Rengga berubah sendu.

“Awalnya gue cuma mau bertanya, apa Ruby cerita kalau dia ingin pergi ke Semarak. Karena dia kabur dengan barang-barang yang sudah dia siapkan.”

Theo teringat jika hari itu Ruby mengajaknya bertemu karena ingin mengatakan sesuatu. “Sepertinya hari itu dia mau memberitahu rencana kepergiannya itu, Bang.”

“Andai aja Mama gak sita HP gue dan paksa gue ikut ke pesta temennya.” Theo pun merasa bersalah.

“Lo gak perlu merasa bersalah gitu, yang salah tetap orang yang ngelakuin itu ke Ruby. Dan gue berterima kasih karena lo masih mau bersahabat dengannya. Dan kelihatan Ruby juga percaya sama lo.” Theo tersenyum sungkan karena ucapan Rengga.

“Sekarang gue mau lo cerita perlakuan apa aja diterima Ruby saat di sekolah.” Theo mengangguk setuju.

Malam ini Theo menceritakan semua yang dialami Ruby saat di sekolah dengan sangat detail bahkan memberitahukan identitas orang-orang yang paling banyak merundung gadis itu. Dia juga merasa lega, karena Ruby ternyata masih memiliki keluarga yang begitu peduli pada gadis itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!