Dibalik Kabar Buruk, Ada Hal Baik.

Sesampainya di rumah Ruby langsung melemparkan tubuhnya di atas kasur, walaupun pertemuannya dengan Asta termasuk singkat tapi itu menguras tenaganya. Setelah ayahnya meninggal, bersosialisasi menjadi hal melelahkan bagi Ruby. Dia berubah menjadi Introvert.

Ruby melirik jam dinding. “Udah jam enam aja, tapi Nancy belum pulang juga.” Ruby sedikit khawatir karena temannya itu belum pulang juga. Tapi disisi lain dia lega karena tidak harus mengarang cerita karena pergi keluar dan pulang sore.

Keputusan Ruby bertemu Asta adalah hal yang sangat disyukuri gadis itu sekarang. Selain mendapat banyak informasi tentang kemampuannya, pertemuannya itu juga menghapuskan rasa marah pada ayahnya. Sebenarnya tadi Ruby ingin menangis setelah mengetahui beberapa fakta yang mungkin dialami ayahnya, tapi setelah sampai di rumah dia tidak bisa menangis sedikit pun meski dadanya terasa sesak. Justru saat ini dia lebih iba melihat Asta yang tegar meski usianya masih sangat muda, belum lagi penderitaan karena memiliki tubuh lemah dan mudah sakit.

“Saat kekuatan itu muncul, dia pasti panik dan ketakutan. Syukurlah ibunya selalu berjaga saat dia sakit,” gumam Ruby.

“Setelah mengetahui keadaan Asta. Ternyata setiap kemampuan memberikan efek berbeda-beda pada setiap anak yang memiliki kekuatan. Gue beruntung memiliki tubuh yang kuat dan tidak pernah sakit, meski efek setelah menggunakan kemampuan membuat tidak sadar sampai sepuluh jam lebih, sedangkan Asta memiliki tubuh yang lemah dan mudah sakit, apalagi setelah kekuatannya muncul. Gue khawatir sama anak itu.” Ruby merenung.

Tiba-tiba ponsel Ruby yang ada di sakunya bergetar tanda pesan masuk. Ruby pun memeriksanya, ternyata itu pesan dari Asta.

“Panjang umur ini anak.”

[Asta Damendra]

[Nih, lihat gue sampe di rumah.]

Asta pengirim pesan dengan menyertakan foto rumahnya. Ruby tertawa dengan kepolosan anak itu, padahal dia hanya bercanda menyuruh Asta harus melapor padanya jika sudah sampai di rumah. Mereka tadi sudah bertukar nomor telepon dan Ruby juga berjanji akan berkunjung ke rumah Asta suatu saat nanti.

^^^[Ruby Arinsakti]^^^

^^^[Bagus, anak-anak memang harus pulang tepat waktu.]^^^

Ruby membalas dengan candaan. Setelahnya dia beranjak menuju kamar mandi untuk segera mandi.

Baru beberapa langkah, tiba-tiba seseorang menggedor rumahnya kasar. Ruby terkejut karena suara ketukan itu. Anehnya itu hanya ketukan keras, tanpa ada suara yang memanggil dari luar. Ruby menyimpulkan jika itu bukan orang yang mengenal pemilik rumah ini.

Ruby yang masih berdiam diri di tempatnya, kemudian melepas kacamatanya. Dia sedikit terkejut karena sekarang di depan pintu rumahnya ada dua orang laki-laki yang sedang berbisik-bisik, dan Ruby tidak mengenal kedua orang itu.

Yakin, gak ada orangnya?” tanya salah satunya yang berbadan kurus dengan rambut gondrong yang acak-acakan.

“Udah gua gedor dari tadi, gak ada yang nyaut. Lo penakut amat, dah,” balas yang satunya, bertubuh lebih berisi dengan beberapa tato di lengannya.

Lantai tiga ini memang cukup sepi karena tidak banyak penghuninya. Mungkin itu yang membawa kedua orang berbuat sesuatu.

“Bukannya rusun ini cukup aman?” batin Ruby.

Dia memeriksa kembali kedua orang itu dengan teliti. Ruby menemukan pisau belati dan beberapa kunci tukang yang ada di dalam ransel buluk yang mereka bawa.

Ruby sebenarnya sangat ketakutan, tapi dia mencoba tetap tenang. Ia pun mengendap-endap mengambil ponselnya yang ada di atas kasur, dan dengan cepat mengirim pesan pada satpam yang menjaga rusun. Ruby juga memberitahukan bahwa kedua pelaku sedang membawa senjata tajam. Berselang lima menit, Ruby sudah melihat tiga orang satpam berlari menghampiri keduanya.

“Heh, sedang apa kalian di situ!” teriak seorang satpam dari kejauhan.

“Mampus, lari!” keduanya langsung berlari ke ujung lorong dan menuruni tangga.

Melihat kejadian itu Ruby langsung bernafas lega. “Walau mereka memiliki senjata, tapi untunglah mereka gak menyerang.” Ruby memakai kembali kacamatanya lalu membuka pintu.

“Nak, kamu gak apa-apa?” tanya pak Joko, satpam yang tadi Ruby kirimi pesan. Orang tua itu sepertinya seusia dengan orang tua Ruby, sedangkan dua lainnya yang lebih muda mengejar kedua orang itu.

“Saya gak apa-apa, Pak. Tadi saya diam aja di rumah waktu mereka gedor-gedor. Mereka itu siapa, Pak?” tanya Ruby, penasaran.

“Mereka itu maling yang baru saja keluar penjara. Kemarin di penjara juga karena tertangkap pas maling di tempat ini. Setelah ada kabar kalau mereka keluar penjara semua penghuni jadi ketakutan. Semoga saja mereka segera tertangkap, ya, biar bisa dipenjarakan lagi.” Mendengar cerita pak Joko membuat Ruby sadar jika ibukota adalah tempat yang paling tidak aman, karena banyaknya penduduk tapi tidak memiliki pekerjaan.

“Ngeri, ya. Semoga aja segera tertangkap, ya, Pak. Bahaya banget, apalagi banyak anak-anak di sini. Kasih tahu sama yang lain juga, Pak biar hati-hati, karena mereka punya senjata.”

“Tapi saya tidak lihat mereka membawa senjata.”

“Ada, Pak, di dalam tas yang maling itu bawa.”

“Oh, bisa jadi. Tapi selama ini mereka tidak pernah membawa senjata, hanya mengambil barang saja dengan beberapa alat untuk membuka paksa rumah-rumah orang."

“begitu ya, Pak. Pokoknya hati-hati aja, Pak. Mungkin mereka ada rencana lain.”

“Baik, Nak. Terima kasih atas perhatiannya. Saya permisi dulu untuk bantu yang lain.”

“Aduh, Pak, harusnya saya yang berterima kasih karena Bapak langsung cepat-cepat datang kemari nolongin saya.”

“Tidak apa-apa, Nak. Itu sudah kewajiban saya dan lainnya. Kalau ada apa-apa lagi kabarin saya lagi ya, Nak.”

“Iya, Pak. Hati-hati, Pak.”

Mereka saling melemparkan senyum sebelum pak Joko meninggalkan Ruby. Ruby pun masuk ke rumah dan mengunci pintu.

Ruby masih tidak percaya, diusianya yang belum genap dua puluh tahun, ia sudah harus melewati hal-hal yang begitu mengerikan. Semakin banyak yang dia khawatirkan di masa depan. Apakah dia bisa menjalani hidup seperti orang biasanya atau dia harus berjuang agar bisa hidup? Setelah kekuatannya muncul, entah mengapa hal-hal buruk selalu mendekatinya.

Ruby tersentak karena getaran pada ponselnya.

[0823******15]

[Selamat! Kami dari Blossom Bloom Talent Agency mengumumkan bahwa Anda berhasil melewati proses seleksi lamaran untuk posisi asisten artis di agensi kami. Mohon konfirmasi ketersediaan Anda untuk mengikuti wawancara lebih lanjut di kantor kami besok pagi, jam 08:00. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Anda dalam mendukung artis yang kami wakili. Terima kasih.]

Ruby sempat terpaku sebentar setelah membaca pesan ini. Dia senang bukan main, wajah khawatirnya seketika hilang karena mendapat pesan itu. Meskipun besok dia masih harus wawancara terlebih dahulu setidaknya dia sudah mendapat peluang yang lebih besar.

“Di balik kabar buruk, pasti ada hal baik yang muncul. Haruskah gue percaya itu?” Ruby masih menatap pesan itu dengan berbinar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!