Setelah tersebarnya video ibu Ruby dan pria paruh baya itu, orang-orang yang merundungnya pun menjadi sangat terang-terangan. Tatapan jijik semakin kelihatan, belum lagi kata-kata menghakimi yang tidak lagi hanya berbisik.
Ruby ingin menghilang saja dari sekolah yang beracun ini. Jelas semua bukan salahnya, tapi mengapa memperlakukannya seolah dia pelakunya?
“Lo udah tanya sama ibu lo soal video itu?” tanya Dean tiba-tiba. Saat ini Dean dan Ruby berada di kantin dengan jus di hadapan mereka masing-masing. Ruby sebenarnya ingin sendiri, tapi tiba-tiba saja teman Theo itu menghampirinya dan duduk di depannya seperti sekarang.
“Hah, boro-boro nanya, sekarang dia ada di mana juga, gue ngak tau. Dia gak pernah pulang,” jawab Ruby tenang. Sebenarnya Ruby tidak ingin membahas soal ini. Tapi jika dia menolak menjawab, cowok itu tidak akan berhenti untuk terus bertanya.
Di sekolah ini yang peduli pada Ruby hanya Theo, dan dia tidak tahu kenapa anak-anak orang terpandang teman-teman Theo juga mau berteman dengannya. Apa untungnya berteman dengannya?
Theo di mana?” tanya Ruby karena tidak melihat cowok itu sejak tadi.
“Kayaknya dia ada urusan di ekskul.” Ruby mengangguk. Gadis itu baru ingat jika Theo adalah ketua ekskul fotografi sekolah. Sebagai senior dan juga mantan ketua, pasti ada hal yang harus dia urus.
Dari awal masuk Ruby ingin sekali masuk ekskul, apa pun itu, setidaknya dia punya kegiatan sehabis pulang sekolah. Tapi tak ada satu pun ekskul yang mau menerimanya, semua menolak dengan halus walaupun Ruby juga tahu penyebabnya. Theo menawarkannya untuk masuk ekskul yang sama, Ruby menolak karena itu bisa mempersulit cowok itu.
“Apa lo bakal diam terus?” tanya Dean, yang mulai bosan karena mereka hanya diam sejak tadi.
“Iya, dari dulu, kan memang harus begitu. Gue bisa bertahan di sekolah ini juga berkat beasiswa. Ya, setidaknya ini akan berhenti sebentar lagi.”
“Setelah selesai dari sekolah ini, lo mau ke mana?”
“Entahlah, gue juga gak tau.” Ruby memang tidak tahu akan bagaimana setelah ini.
Ruby sebenarnya memiliki uang yang cukup di rekening milik ibunya yang sengaja di berikan untuknya. Karena wanita itu tidak pernah pulang ditambah sekarang ada rumor jika dia tidur dengan suami orang, membuat Ruby enggan memakai uang tersebut. Dirinya lebih memilih bekerja paruh waktu di warung makan kecil yang milik tetangganya untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Setelah bel berbunyi mereka pun berpisah dan kembali ke kelas masing-masing. Ruby langsung menuju kelasnya tanpa memedulikan orang-orang yang sengaja menabraknya saat mereka melewatinya.
Setelah sampai di tempat duduknya, Ruby langsung mengeluarkan alat tulis dan lembaran soal yang akan dia kerjakan. Lembaran soal itu akan dikumpulkan juga setelah berakhirnya jam mata pelajaran tersebut.
Saat ini Ruby sedang meraba isi tasnya untuk mencari alat tulis, tiba-tiba sesuatu berjalan di tangannya. Ruby spontan berteriak dan melemparkan tasnya. Seisi kelas langsung menatap tajam ke arahnya. Tiba-tiba dari dalam tasnya keluar lima ekor kecoak membuat seisinya kelas menjadi gaduh, termasuk Ruby yang juga duduk di atas kursinya sambil menaikkan kakinya.
“Heh, ngapain lo ke sekolah bawa peliharaan!” teriak Rara yang berdiri di atas kursinya. Ucapannya itu di membuat beberapa siswa tertawa.
“Gila, kecoa aja dijadiin peliharaan,” ledek Niken seorang.
“Yah, emang dasarnya sampah cocoknya juga sama serangga menjijikkan ini,” tambah Gladis yang baru saja memasuki kelas.
Kecoak itu sudah berlarian entah ke mana. Karena kejadian ini, Ruby pun dipanggil ke ruang guru. Ruby heran bagaimana guru tahu soal ini, kapan mereka mengadukannya?
Ruby berjalan sambil menunduk menuju ruang guru. Di sana wali kelasnya, bu Tika sudah menunggu dengan wajah yang tidak enak.
“Ibu manggil saya?” tanya Ruby takut-takut.
“Bagaimana bisa kamu membawa kecoak ke sekolah! Kamu sengaja ingin mengganggu teman-temanmu yang lain karena mereka tidak mau berteman denganmu?” Bentakan guru itu menarik perhatian guru lain yang ada di ruangan itu. Terlepas dari itu Ruby juga terkejut dengan ucapan yang menuduh dari wali kelasnya itu.
“Saya tidak mungkin membawa serangga itu, Bu. Saya tadi sedang mencari alat tulis di dalam tas, tiba-tiba ada yang berjalan di tangan saya jadi saya—”
“Tidak usah banyak alasan kamu. Sekarang kamu cari kecoak-kecoak itu. Kamu tahu, kan sekolah kita terkenal karena kebersihannya juga. Bagaimana jika siswa lain melapor pada orang tuanya jika ada kecoak berkeliaran di sekolah,” omel guru itu.
“Tapi Bu, saya—“
“Tidak ada alasan, pokoknya kamu harus cari kecoak-kecoak itu.” Ruby yang masih ingin menolak tetap berdiri di hadapan Bu Tika itu.
“Apa lagi! Cepat lakukan!”
“Saya permisi, Bu.” Ruby meninggalkan ruangan itu. Dengan terpaksa dia harus bertanggung jawab dengan hal yang tidak dia lakukan. Dia berpikir keras bagaimana cara menangkap kecoak-kecoak itu, selain keberadaannya yang tidak diketahui, dia juga tidak berani menangkapnya.
“Ada apa? Kenapa lo ke ruang guru?” tanya Theo yang sudah menunggu Ruby di depan kelas.
“Lo pasti udah tahu kejadiannya, kan. Sekarang gue harus nangkepin kecoak-kecoak itu di suruh, bu Tika. Padahal bukan gue yang bawa kecoak-kecoak itu.” Ruby berucap sendu.
“Tenang gue bakal bantuin lo,” tawar Theo.
“Lo bolos?”
“Sesekali gak apa-apa, kan?”
“Tapi, kan—“
“Tenang aja. Daripada lo gue tinggal sendiri, emang lo bisa nangkepinnya?” Ruby menggeleng lemah. Theo hanya tersenyum sambil mengelus kepala gadis yang tingginya hanya sepundaknya ini.
“Kita juga,” ucap Dean yang baru saja datang bersama tiga orang temannya. Melihat ada orang yang ingin membantunya membuat Ruby berkaca-kaca.
“Padahal ada petugas kebersihan, mereka juga bakal lebih cepat buat nangkepin kecoak-kecoak ini. Kenapa hal sepele begini harus permasalahkan,” Dean memasuki kelas dan melihat para perempuan di kelas itu masih berdiam diri di tempatnya.
“Lari ke mana kecoak-kecoaknya?” tanya Dean lantang. Mereka menunjukkan tempat-tempat tersembunyi. Seperti di bawah lemari yang ada di belakang kelas, serta di bawah meja guru. Untungnya tidak ada yang pergi keluar, karena bisa mempersulit pencarian. Mereka beramai-ramai mencari kecoak itu. Karena keberanian cowok-cowok itu akhirnya kecoak-kecoak itu berhasil ditangkap.
Ruby membawa kecoak-kecoak setengah mati itu ke hadapan wali kelasnya dengan menggunakan plastik bening. Melihat itu guru itu terkejut hampir terjungkal dari tempat duduknya.
“Kenapa kamu bawa ke saya!” teriak Bu Tika itu.
“Sebagai bukti kalau saya sudah berhasil menangkap kecoaknya, Bu.” Guru itu hanya menatap kesal dan tidak tahu harus menjawab apa. Karena tindakan Ruby ada benarnya.
“Buang-buang sana. Menjijikkan!”
“Baik, Bu.” Ruby pun membuang kecoak itu di tempat sampah yang berada di dekat guru itu. Melihat itu guru itu kembali mengamuk, Ruby dengan cuek meninggalkan ruangan itu. Setidaknya dia sudah bertanggung jawab dengan suruhan gurunya walaupun itu bukan kesalahannya.
Melihat Theo dan teman-temannya membantu Ruby membuat Gladis semakin tidak senang. Tidak ada yang tahu mengapa begitu bencinya Gladis pada Ruby. Padahal Gladis saat ini adalah aktris muda yang mulai naik daun. Yah, sebenarnya salah satu alasan gadis itu adalah karena orang tuanya sangat menyukai Ruby yang selalu berprestasi saat SMP, kebetulan yayasan SMP itu milik keluarga Gladis. Orang tua Gladis juga sering membandingkan keduanya. Bahkan orang tuanya menyuruh Gladis untuk berteman dengan Ruby, tentu saja Gladis tidak akan menurut. Kini bahkan Gladis sedang merencanakan hal yang lebih buruk terhadap Ruby. Padahal jika dilihat dari mana pun, itu bukanlah kesalahan Ruby.
...****************...
Ruby berangkat sekolah seperti biasa. Ketika memasuki gedung sekolah, Ruby melihat mading sekolah yang dikelilingi oleh seluruh siswa membuat Ruby penasaran, apalagi mereka terkejut melihat keberadaan Ruby yang ada di antara mereka. Ternyata ada foto-foto mirip dirinya bersama pria paruh baya berjalan-jalan dia mal dan memakai pakaian yang tidak pantas untuk anak SMA.
Padahal seharian semalam dia hanya bekerja, jelas ini adalah editan. Mendengar percakapan siswa lain yang bilang jika Gladis yang menempelnya, Ruby pun mencabut semua foto-foto itu dan berjalan ke kelasnya.
Mendapati Gladis yang tertawa bersama teman-temannya membuat Ruby sangat marah. Ruby pun menghampiri meja Gladis dan langsung melemparkan semua foto itu ke wajah Gladis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments