Organisasi Manusia Super

Dua minggu telah berlalu, Ruby masih belum mendapatkan pekerjaan. Dia sudah mengirimkan banyak surat lamaran pada lowongan yang menerima lulusan SMA, namun belum ada satu pun yang menghubunginya. Meski begitu dia tidak mengeluh atau menyesal dengan keputusannya ke ibukota. Dirinya tahu mencari kerja memang sulit sekarang ini. Bahkan dia tidak yakin akan mendapat pekerjaan.

Ruby menatap jalan raya dari balkon rumahnya yang berada di lantai tiga rumah susun. Ruby dan Nancy memang memilih untuk tinggal di rumah susun karena biaya sewanya yang lebih murah dan dekat dengan pusat kota, meskipun mereka harus tinggal di lantai tiga dengan risiko naik turun tangga. Hitung-hitung untuk bakar kalori, kata Nancy. Sore ini Ruby juga hanya sendiri di rumah, karena temannya itu sedang melakukan wawancara kerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan ritel.

Ruby sangat bosan karena hanya di rumah, walaupun tidak ada yang menarik dari jalan raya setidaknya langit cukup enak untuk dilihat. Sejak pagi tadi Ruby juga melatih kemampuannya. Dia sering melatihnya saat Nancy tidak ada di rumah. Meski begitu, dia masih belum bisa mengendalikan kekuatannya sepenuhnya. Ruby juga baru menyadari jika terlalu banyak menggunakan kemampuannya bisa menguras energinya, seperti kejadian di kereta.

Ruby menatap langit sambil merenung. “Gue masih gak tahu, kenapa bisa punya kekuatan kayak gini? Gue beneran manusia super? Gak mungkin zaman sekarang ada manusia super,” monolognya.

Tiba-tiba ponsel Ruby bergetar. Cepat-cepat dia mengambil dari sakunya, berharap itu pesan dari sebuah perusahaan.

“Yah, ternyata pesan tukang tipu,” keluhnya, setelah membaca pesan yang berisi, dirinya mendapat uang dua ratus juta.

“Heran, padahal gue nomor baru. Orang-orang begini dapat nomor gue dari mana?” Ruby menghapus pesan itu lalu memblokir nomornya.

Ruby kembali memikirkan tentang kekuatannya. “Kira-kira informasi tentang kekuatan gue, ada di internet gak, ya?”

Ruby memasuki rumah, dan duduk di atas kasur sambil menatap layar ponselnya, serius.

“Gak ada salahnya gue cari. Semoga ada, semoga ada,” harapnya sambil mengetik di mesin pencari web.

Setelah mendapatkan hasil, Ruby langsung membaca judul setiap website, namun tidak satupun yang mengarah tentang manusia super, rata-rata berisi tentang film-film bergenre manusia super. Setelah berkali-kali mencari hasil penelusuran akhirnya Ruby mendapatkan sesuatu.

Sebuah blog sederhana berjudul ‘Organisasi Manusia Super’ membuat Ruby penasaran. Setelah membaca sedikit blog itu, ternyata isinya seperti cerita novel.

Tentang seorang pria yang dijadikan uji coba oleh sebuah organisasi melalui obat-obatan hasil penelitian yang dikomsumsi setiap hari, disamarkan menjadi vitamin biasa.

Setelah membaca semuanya Ruby jadi teringat ayahnya, dan Immune Plus. Tanpa pikir panjang Ruby langsung mengirim pesan pada si pemilik blog, berpura-pura ingin berkenalan karena terkesan dengan ceritanya. Untungnya pemilik blog itu juga tinggal di ibukota jadi tidak sulit jika ingin mengajaknya bertemu.

Setengah jam menunggu Ruby, akhirnya mendapatkan balasan dari si pemilik blog.

[Apakah Anda benar-benar suka ceritanya atau merasa ini seperti kisah Anda?]

Bulu kuduk Ruby tiba-tiba meremang. “Serem banget ini orang, dia tau dari mana? Dia gak beneran bisa lihat gue, kan?” Ruby langsung menutup kamera depannya.

“Jangan-jangan dia punya kekuatan juga, bisa baca pikiran orang,” terka-nya. “Tapi kalau baca pikiran, bukannya harus lihat orangnya langsung? Biasanya difilm begitu.” Ruby bermonolog.

[Jika Anda bersedia, saya ingin mengajak Anda berjumpa secara langsung. Mari bertemu di Venus Mart yang ada di dekat Taman Merah jambu jam 3 besok sore. Saya akan menunggu paling lama setengah jam, jika melewati batas itu saya anggap Anda menolak bertemu dengan saya.]

Ruby menghela nafas. “Taman Merah Jambu lumayan jauh dari sini, butuh dua puluh menit ke sana. Tapi ini orang serius banget kayaknya.”

Ruby merebahkan tubuhnya, dia tidak membalas setuju atau tidak untuk bertemu, karena dia juga tidak yakin sama sekali. Bagaimana caranya dia pergi, Nancy pasti curiga karena dia tidak punya siapa-siapa di ibukota.

“Hai!” sapa Nancy yang baru saja pulang, dengan tentengan di tangannya. Gadis itu memakai baju hitam putih, yang sudah lusuh karena hampir seharian ada di luar.

“Bagaimana interview-nya?”

Nancy tiba-tiba berubah sendu. “Gue di terima!” serunya.

Ruby langsung bangkit dari tempat tidurnya dengan senang. Mereka berpelukan sambil melompat girang.

“Akhirnya temen gue kerja, selamat, ya.” Ruby terharu.

“Terima kasih. Semoga lo juga segera dapat kerja.”

“Iya, setidaknya salah satu dari kita sudah gak nganggur.” Mereka melepas pelukan sambil tersenyum.

“Besok lo udah mulai gue tinggal dari pagi, karena besok gue udah mulai training.”

“Gak apa-apa, gue gak bakal diculik orang, kok.” Ruby tertawa lagi. Dia tidak menyangka setelah sekian lama ada orang yang masih mengkhawatirkannya.

“Nih, sebagai perayaan hari ini, gue beli bakso. Karena gue udah kerja jadi gak perlu terlalu irit lagi."

“Nancy baik banget.” Cepat-cepat Ruby mengambil mangkok untuk tempat bakso mereka.

“Syukurlah, akhirnya Nancy dapat kerja. Besok gue jadi bisa ketemu sama pemilik blok itu.”

...****************...

Ruby telah berada di taman Merah Jambu tempat bertemu dengan si pemilik blog. Dia berkeliling sebentar karena jam juga belum menunjukkan pukul tiga. Ruby tiba-tiba teringat masa lalu. Dulu dia dan orang tuanya sering berlibur di taman ini, walau sekedar duduk sambil melihat langit.

Taman ini disebut sebagai Taman Merah Jambu karena berisi berbagai jenis bunga berwarna merah jambu, dan ada juga pohon Tabebuya yang mirip Sakura.

“Taman ini masih ramai, ya," ucapnya sambil menatap anak-anak yang berlarian.

Tidak jauh berjalan akhirnya Ruby sampai di Venus Mart. Minimarket yang juga memiliki kafe kecil. Ruby membeli beberapa minuman kaleng dan cemilan kemudian duduk di kursi yang berada di pojok ruangan. Sebelumnya dia juga sudah memberitahukan pada si pemilik blog warna baju yang dia pakai agar tidak sulit menemukannya.

Ruby menyesap minuman sodanya, lima menit dia duduk, tiba-tiba seorang bocah yang berpakaian SMP berjalan ke arahnya lalu duduk di hadapannya. Ruby mengerutkan dahinya bingung melihat anak laki-laki yang ada di hadapnya.

“Lo ngapain duduk si sini bocah? Lo kenal gue?” tanya Ruby bingung.

“Bukannya Kakak yang setuju kalau kita ketemuan?” tanya bocah itu.

Ruby berpikir. “Lo, lo pemilik blog itu.” Anak itu mengangguk.

Ruby menepuk jidatnya. “Buang-buang waktu aja gue ke sini.” Ruby langsung beranjak dari duduknya.

"Kakak gak penasaran tentang kebenaran cerita itu. Itu kisah nyata.” Ruby menghentikan langkahnya.

“Apa buktinya kalau itu kisah nyata? ngapain juga gue harus percaya sama anak SMP.”

Tiba-tiba anak itu mengeluarkan api dari telapak tangannya. Ruby membulatkan matanya, dan langsung menggenggam tangan anak itu.

“Lo gila, ya? Gimana kalo ada yang lihat,” Ruby berbisik. Anak itu hanya tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!