Tiga belas jam telah berlalu akhirnya Ruby sampai di ibukota, dan sekarang masih jam lima pagi udara masih sangat segar. Ruby menghirup napasnya panjang lalu membuangnya. Ruby masih memikirkan apa sebenarnya yang terjadi padanya sebelumnya. Dia ingat dirinya tiba-tiba kehilangan kesadaran, tapi ia tidak dalam posisi mengantuk. Anehnya lagi, sepuluh jam kemudian dirinya langsung sadar dengan begitu bugar.
“Ah, udahlah ngapain gue pikirin terus. Yang penting sekarang akhirnya gue mencium aroma ibukota,” ucapnya ceria menunjukkan lesung pipinya.
Ruby saat ini sudah berada di luar stasiun menunggu Nancy menjemputnya. Dia jadi sedikit merasa bersalah karena membuat gadis itu harus bangun pagi-pagi sekali.
“Ruby!” Ruby langsung berdiri setelah mendengar teriakan Nancy yang berlari menghampirinya.
“Nancy!” Mereka pun membentangkan tangan untuk berpelukan.
“Kok, lo tambah cantik aja.” Nancy takjub dengan wajah Ruby yang masih sama cantiknya seperti dulu.
“Lo juga tambah cantik,” balas Ruby.
“Senangnya, di puji Ruby,” goda Nancy.
“Apaan sih, lo.” Ruby menepuk pelan Nancy. “Maaf ya, udah ngerepotin lo pagi-pagi gini karena harus jemput gue.”
“Dih, gak usah sok sungkan gitu, kayak baru kenal aja.”
Ruby memeluk lagi Nancy. “Lo emang terbaik”
“Udah yuk, kita pulang.” Mereka saling merangkul menuju halte bus.
Sambil menunggu bus, keduanya bercakap-cakap. “Kenapa tiba-tiba lo datang lebih cepat?” tanya Nancy, penasaran.
“Gue takut ibu gue tahu, soalnya dia tiba-tiba pulang kemarin.” Ruby berbohong, dia sudah mengarang ini sejak tadi. Tentang ibunya yang tidak pernah pulang, Nancy sudah mengetahui soal itu.
“Iya juga, sih. Terus kenapa lo ganti nomor?”
“HP gue di curi orang.” Ruby berbohong lagi. Untung saja bukti berkirim pesan tentang kaburnya ini sudah dia hapus, jadi polisi tidak akan tahu keberadaannya. Itu yang Ruby yakini.
“Busnya udah datang, ayok.” Mereka menaiki bus. Selama perjalanan mereka saling bertukar cerita, tentu soal kemampuannya Ruby masih akan merahasiakannya.
...****************...
Setelah pertemuannya dengan Theo semalam, Rengga tidak bisa tidur karena rasa khawatir pada Ruby yang semakin besar setelah mendengar yang dialami gadis itu saat di sekolah. Karena itu, tanpa pikir panjang dia meminta izin untuk bertemu secara pribadi dengan Bayu Panduarta yang seorang Kepala Kepolisian Negara. Dan sekarang dia sudah berhadapan dengan orang yang sangat diseganinya itu disebuah restoran yang cukup tertutup.
“Saya tahu jika Anda adalah salah satu polisi terbaik, dan Anda adalah teman anak saya juga. Tapi apakah pantas mengajak saya bertemu seperti ini?”
“Sebelumnya, saya minta maaf atas kelancangan saya, Pak. Tapi saat ini hanya Anda yang saya percaya. Saya harap Anda mau mendengarkan saya.” Rengga memberikan sebuah map dokumen yang berisi data pribadi ayah Ruby dan Ruby.
“Apa maksudnya ini?” tanya Bayu tenang, namun terasa tegas.
“Bapak tentu tahu tentang kasus dari Jenderal Sanjaya Arinsakti yang meninggal sekitar tiga tahun lalu. Dirinya meninggal karena overdosis obat-obatan terlarang itu tidak benar, Pak. Perusahaan yang sedang kita selidiki saat ini sebenarnya menjadikan paman saya uji coba.” Bayu sangat terkejut. Dia tidak menyangka jika perusahaan itu sudah bergerak sejauh itu.
“Maksud Anda, perusahaan yang dicurigai sedang melakukan uji coba manusia super itu.” Rengga mengangguk.
“Wah, saya tidak tahu jika perusahaan itu sudah bertindak sejak puluhan tahun lalu.” Bayu masih begitu terkejut.
“Saya baru bisa mengungkapkannya sekarang, karena sebelumnya saya belum punya bukti yang kuat. Bahkan saat ini, sepertinya informasi yang saya tahu belum seluruhnya,” terang Rengga, tenang.
Sebelum melanjutkan ceritanya, Rengga menarik nafasnya dalam-dalam untuk menekan perasaannya. “Pak Sanjaya sudah menggunakan obat yang mereka buat sejak masih muda di awal beliau baru menjadi polisi. Saya tidak tahu bagaimana dia bisa terlibat, tapi ayah saya juga sempat mengonsumsi obat itu karena ajakan, Pak Sanjaya. Karena tubuh ayah saya yang tidak begitu sehat, obat itu langsung memberi efek yang mematikan, dan membuat fungsi otaknya menurun sangat jauh.”
“Wah, mengerikan sekali efek obat itu. Tapi bagaimana pak Sanjaya bisa bertahan cukup lama?”
“Mungkin karena fisik dan tubuhnya yang sehat, Pak, tapi saya masih tidak yakin. Yang pasti, beliau mengonsumsi Immune Plus namun isinya bukan vitamin yang dijual di pasaran, tapi obat-obatan uji coba mereka. Berdasarkan gejala yang di alami ayah saya, orang mengonsumsi obat itu akal mengalami halusinasi luar biasa seperti efek obat-obatan terlarang, dan parahnya merusak fungsi otak.”
“Sudah pasti. Manusia memang mengerikan bagaimana mungkin mereka ingin melampaui Tuhan untuk menciptakan manusia super. Lalu ini, apakah putrinya?” Bayu menunjukkan foto Ruby.
“Benar Pak, dan dia adalah gadis yang baru-baru ini menjadi korban rencana pembunuhan dan pemerkosaan.” Dahi Bayu mengerut prihatin membayangkan seberat apa yang dialami gadis itu.
“Saya dengar, dia kabur dari rumah sakit? Bukankah dia sedang dalam perawatan?”
“Benar Pak, tapi kebenarannya sepertinya efek obat itu menurun pada Ruby. Bagas juga sempat bertemu dengannya, dan dia bilang Ruby sangat sehat.”
“Apa maksudnya? Dia benar-benar memiliki kekuatan super?”
“Sepertinya begitu, Pak. Sejak kecil Ruby tidak pernah sakit walau demam sekali pun, dan jika dia terluka tubuhnya akan cepat pulih. Tapi saat ini saya tidak tahu apakah sebatas itu atau dia memiliki kemampuan lain. Sesuai informasi dari Bagas, Ruby adalah saksi dari tertangkapnya pencuri permata. Tiba-tiba dia mencurigai seorang anak kecil yang kakinya di gips, dan berkata jika permata itu disembunyikan di kaki anak itu, dan lagi ketika memberikan kesaksian dia jelas berbohong.”
“Apakah sehebat itu?”
“Benar, Pak. Saat ini saya sangat khawatir jika mereka mengetahui kemampuan Ruby, bisa jadi mereka akan menculiknya dan menjadikannya uji coba juga, Pak.”
“Benar, ini sangat bahaya. Kasihan jika gadis sekecil itu harus merasakan apa yang di alami ayahnya. Jadi apa rencana Anda? Apakah Anda ingin membersihkan nama pak Sanjaya?”
“Saat ini saya ingin Bapak menyerahkan kasus ini dan perusahaan itu pada saya. Karena saya sendiri yang akan mengungkapkannya. Jika banyak yang terlibat, saya khawatir akan kemungkinan adanya mata-mata di kepolisian. Dan untuk membersihkan nama paman saya, mungkin akan saya lakukan saat semuanya sudah selesai.”
Bayu mengangguk, setuju. “Baiklah, aku percaya padamu. Lakukanlah apa pun itu rencanamu, dan aku akan membantu dengan mengizinkan segala fasilitas di kepolisian. Dan untuk kasus itu akan aku tunda, jadi semuanya aku serahkan padamu,” jelas Bayu mulai santai. Dia sudah tidak berbicara formal lagi, karena hubungannya dengan Rengga sebenarnya cukup baik.
Rengga akhirnya bernafas lega. “Baik Pak, terima kasih atas kepercayaan Anda.”
“Akhirnya gue bisa melindungi Ruby. Dengan begini Ruby pasti bakal cepat ketemu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments