“Lo cantik banget.” Ruby tersenyum. “Gue minta maaf karena gak bisa tinggal lebih lama. Padahal saat lo ketakutan.” Ruby merasa bersalah.
Ratu mendekat. “Gue gak apa-apa, lihat ... gue baik-baik aja sekarang.” Ratu menggenggam tangan Ruby. “Ini semua berkat lo yang ngambil resiko buat nolongin gue. Setelah hari itu, gue pindah sekolah ke luar negeri yang lingkungannya lebih baik. Gue sempet cari keberadaan lo, tapi yang gue denger hampir dua minggu lo gak masuk sekolah, kenapa?”
“Ceritanya panjang.” Memindai sekitar. “Jadi lo pacar Damian?” tanya Ruby memastikan.
Ratu mengangguk, lalu melirik bungkusan salad yang di bawa Ruby. “Ini untuk gue, kan?” Melepas genggamannya kemudian meraih bungkusan itu. “Terima kasih ... oh, iya, kalau lo denger gosip-gosip jelek tentang gue, jangan percaya gue tetep polos kayak dulu, kok.” Ruby tertawa kecil menanggapi gurauan Ratu.
“Gue minta maaf soal salad kemarin.”
“Lo, kan udah tanggung jawab dengan salad ini. Jadi kesalahpahaman clear, gak ada utang lagi di antara kita.” Ratu meyakinkan.
Ruby pun tersadar jika dirinya harus cepat-cepat kembali sebelum Gladis mencarinya, belum lagi dia harus menjaga Roka.
“Maaf ya, gue gak bisa lama-lama.”
“Bener, lo harus cepat-cepat balik, sebelum cewek wajah seratus itu buat masalah. Tenang, gue udah simpan nomor lo. Nanti pasti gue hubungi.”
Ruby mengangguk. “Gue pergi, ya.” Ruby langsung meninggalkan ruangan itu setelah berpamitan dengan yang lain juga.
“Dia beneran Ruby yang kamu cari?” tanya Damian setelah kepergian Ruby.
Ratu kembali duduk di sofa. “Iya, gue gak percaya akhirnya ketemu sama dia.” Menggoyangkan kepalan tangannya senang, kemudian ia membuka box makanan itu.
“Loh, kok kamu buka?”
“Ya, kan mau aku makan.”
“Bukannya itu untuk, aku?”
“Enggak, lah. Enak aja. Ini dari Ruby untuk aku. Kalau kamu belum sarapan, makan di kafetaria aja sana.” Ratu menikmati salad itu.
“Jika seandainya itu bukan Ruby yang kamu cari, kamu pasti gak akan maafin dia gitu aja.”
“Padahal kamu yang sebenarnya marah karena makanan dari aku di makan orang lain. Kamu itu udah terlalu jauh sampai bikin satu agensi takut samaku. Padahal semua cuma cerita bohong kamu aja.”
“Siapa bilang, kamu yang seharian semalam cuekin aku karena salad ini.” Ratu hanya mencibir sambil menikmati makanannya.
Disisi lain Ruby yang berjalan menuju ruangan Gladis tersenyum senang, akhirnya dia menemukan seseorang yang dia kenal. Mereka mungkin tidak akan bertemu setiap hari, tetapi setidaknya dia punya teman.
Setelah sampai ruangan Gladis, Ruby mendengar keributan di dalam. Buru-buru dia memasuki ruangan itu.
Menyadari kehadiran Ruby, Gladis langsung menatapnya tajam. “Lo dari mana aja, bukannya jagain Roka. Lihat, Roka hilang.” Ruby langsung mencari ke setiap sudut ruangan itu.
“Tadi pas gue tinggal masih ada.”
“Tapi kenyataannya, dia udah gak di sini. Cepat buruan lo cari sana, kalau dia beneran hilang lo harus tanggung jawab. Dan gue gak mau kerja, kalau Roka belum ketemu.” Gladis langsung keluar dari ruangan itu dengan wajah penuh amarah. Beberapa staf agensi yang dimarahi oleh Gladis tadi juga keluar ruang itu.
Ruby panik lalu berlari mencari Rinka. Untungnya mereka berpapasan ketika Ruby menunggu di lift.
“Ibu lihat Roka, gak?”
“Bukannya dia di dalam? Ketika saya tinggal dia juga masih ada di dalam. Selama berada di sini, Roka itu bukan anjing yang suka keluyuran.”
"Tapi dia nggak ada di dalam, dan Gladis marah-marah karena itu. Dia sampai gak mau kerja kalau Roka belum ketemu.”
“Ada-ada aja, sih, maunya anak itu!” Rinka meninggalkan Ruby untuk menemui Gladis.
Setelah kepergian Rinka mau tidak mau Ruby harus menggunakan kekuatannya. Sejauh ini dia belum merasakan energinya yang terkuras walau ia sudah menggunakannya tadi pagi. Ruby juga tidak bisa mengabaikannya jika seandainya Roka benar-benar diambil orang.
Ruby pun menutup pintu sebelum melepaskan kacamatanya, lalu memindai sekitar sejauh standar jangkauan penglihatannya yang sekitar lima meter. Dia pun membatasi jarak fokusnya untuk tidak semakin jauh, agar energinya tidak banyak terkuras.
“Roka lo di mana?” Ruby sudah memindai sekeliling namun dia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Roka. Dia pun memaksa sedikit untuk memperlebar jaraknya untuk melihat keluar gedung dan tidak ada apa-apa juga di luar sana. Ruby mencoba melihat satu tempat lagi yang belum dia periksa yaitu basemen, tempat parkir.
Ruby hanya melihat mobil dan motor yang terparkir namun telinganya mendengar suara tangisan anjing. Karena tidak ingin memaksa kekuatannya lebih lagi, mau tidak mau Ruby harus keluar dari ruangan itu.
Ruby memilih menuruni tangga menuju basemen, karena lift penuh. Ruby tidak ingin menunggu lebih lama lagi, dia curiga bahwa suara anjing itu adalah suara Roka.
Ruby pun memindai lagi. “Sebenarnya gua merasa gak sopan jika harus memeriksa isi setiap mobil, karena saja ada privasi di dalamnya. Tapi mau gak mau gue harus melakukan ini karena gue harus cepat-cepat menemukan Roka.”
Ruby pun mengikuti arah suara anjing itu. Dan benar itu adalah Roka, yang terkurung di dalam mobil dan itu adalah mobil Gladis sendiri. Suara rintihan Roka tidak benar-benar terdengar dari luar, Ruby bisa mendengarnya hanya karena kekuatannya.
“Harusnya dari awal gue sadar kalau ini ulah cewek licik itu. Dasar gila, bagaimana bisa dia mengurung anjing kesayangannya sendiri ke dalam mobil seperti ini.” Robby bernafas lega namun satu sisi dia bingung bagaimana caranya mengeluarkan Roka dari dalam mobil.
“Cara satu-satunya memang harus memberitahukannya kepada sopir. Tapi itu jadi kesempatan Gladis untuk menuduh sopir itu.” Ruby lama merenung.
Karena tidak punya pilihan lain, dan keadaan Roka yang semakin melemah, Ruby terpaksa memanggil si sopir untuk membuka pintu mobil.
Setelah berhasil menemukan sopir dan meminta untuk membuka mobil dengan alasan ada barang yang tertinggal, mereka berjalan bersama menuju basemen. Ruby dikejutkan dengan keberadaan Gladis di sebelah mobil.
“Kenapa lo di sini bukannya nyari Roka?”
“Ini gue juga lagi nyari Roka, dia ada di dalam mobil.” Ruby sadar jika Gladis pasti ingin pulang dan membawa Roka yang akhirnya membuat Ruby dan lainnya kerepotan mencari dan berujung Ruby akan disalahkan.
“Gak mungkin Roka ada di dalam mobil. Memangnya tadi gak lo keluarin?”
“Lo lihat sendiri, kan di ruangan lo ada kandangnya, Pak sopir dan Bu Rinka juga lihat gua bawa Roka. Gue juga gak tahu kenapa Roka ada di dalam mobil, lo.”
“Buka pintunya,” perintah Gladis.
Sopir itu pun membuka kunci mobil, Gladis langsung membuka pintu mobil itu cepat. Dan benar ada Roka di dalamnya sedang meringkuk di sudut kursi.
“Kenapa kamu ada di sini sayang kamu pasti ketakutan.” Ingin rasanya Ruby mencabik-cabik wajah gadis yang pura-pura sedih itu.
“Kok, bisa ada di dalam mobil, jelas-jelas tadi Non Ruby udah bawa keluar. Kenapa ada di dalam?” gumam sopir itu.
“Kalau memang Roka sudah dikeluarkan tadi, berarti ada yang memasukkannya lagi ke dalam mobil. Isi pasti ulah, lo,” teriak Gladis pada sopir paruh baya itu.
“Bukan, Non. Saya dari tadi ada di depan, saya nggak masuk gedung sama sekali,” bela sopir itu.
Ruby yang tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya hanya diam. Ini jelas ulah Gladis sendiri.
“Alah! gak usah bohong. Lo mau jual Roka!”
“Enggak, Non. Saya gak mungkin berani ngelakuin itu.”
“Banyak alasan mulai hari ini lu gue pecat.” Mengambil paksa remote mobil, lalu meninggalkan Ruby bersama sopir itu. Ruby menatap iba pria paruh baya itu, dia harus kehilangan pekerjaannya karena kesalahan yang di buat Gladis sendiri.
“Maaf, Pak. Gara-gara saya papa jadi di pecat.”
“Enggak apa-apa, ini bukan kesalahan, Non, Ruby. Walaupun saya kehilangan pekerjaan, tapi sisi baiknya saya bisa lepas dari orang yang tidak punya sopan santun seperti Gladis. Pasti saya dapat pekerjaan yang lebih baik dari ini.” Mendengar ucapan sopir itu, membuat Ruby berpikir. Apakah dia juga harus keluar dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan lain yang bisa memperlakukannya lebih baik?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments