Saat Malam tiba di kediaman orang tua Nadia mereka berkumpul di ruang keluarga, sambil menyantap cemilan lalu bercerita hal-hal lucu yang membuat mereka tertawa bersama
“Oh iya … kamu akan tinggal di sini lagi kan, Nadia?” ibu Nia bertanya membuat suasana menjadi hening dalam sekejap.
Rasya dan Nadia saling menatap lalu Rasya memberanikan diri untuk menjelaskan dengan sehalus-halusnya agar orang tua Nadia tidak salah paham, dia menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan lalu mulai pembicaraan.
“Begini bu … hmm sebelumnya Rasya minta maaf karena sebenarnya sebelum menikah aku dan Nadia sudah sepakat untuk tinggal di rumahku bersama orang tuaku, bu,” jelas Rasya yang melihat wajah kecewa ibu mertuanya.
“Ibu …” Nadia menggenggam tangan ibunya merasa serba salah sedangkan dia harus menurut dan menerima apapun keputusan suaminya.
Bukan tanpa alasan Nia ingin putrinya tetap tinggal di rumah bersamanya, dia belum siap menerima jika putrinya harus tinggal di rumah kediaman Rasya mengingat jika Asih terlihat tidak suka dengan putrinya walaupun besannya sudah memberikan restu, tetap saja hati kecilnya masih ragu.
Ibu Nia ingin sekali mengatakan kepada Rasya namun dia memilih diam karena takut jika menantunya akan salah paham.
“Yasudah tidak apa-apa ibu hanya berpesan pada Rasya agar menjaga Nadia dan jangan pernah menyakitinya ya, nak!” jelas Nia.
“Ibu tenang saja itu tidak akan pernah terjadi, karena aku sangat menyayanginya, dia adalah cinta pertama ku bu mana mungkin aku menyakitinya,” Sambil merangkul Nadia di depan orang tuanya dia pun merasa risih.
“Lepasin gak! Malau tahu,” ucap Nadia sedikit kesal.
“Memangnya kenapa? Kita kan sudah sah jadi suami istri!” balas Rasya tidak mau kalah.
“Sudah-sudah kalian kenapa jadi bertengkar kalau begini gimana Ibu akan percaya sama kalian,” ujar Nia sambil terkekeh melihat mereka seperti anak kecil yang harus dipisahkan saat bertengkar.
Di dalam kamar Nadia sudah terlelap tidur, lain lagi dengan Rasya yang masih sibuk berkutat dengan laptopnya, jam dinding menunjukkan sudah hampir pukul 12 malam.
Tidak lama Nadia terbangun karena mendengar suara keyboard laptop tepat di sampingnya sedikit mengganggu.
“Hmm … kamu belum tidur? Ini sudah hampir malam, Rasya?” tanya Nadia dengan suara khas bangun tidur.
“Sebentar lagi sayang. Kenapa bangun aku berisik ya?” tanya Rasya.
“Sedikit,” sahut Nadia parau lalu tertidur kembali karena memang dia sangat lelah.
Rasya yang melihatnya tersenyum lalu dia menutup laptopnya dan bersiap untuk tidur, sebelum itu Rasya Mendaratkan ciuman di rambut sang istri dia pun ikut tidur.
Saat pagi hari Nadia tengah sibuk membongkar isi tasnya, dia mengeluarkan semua isi tasnya tanpa terkecuali. Rasya yang baru saja keluar dari kamar mandi selesai mandi pun melongo melihat seisi kamar penuh dengan pakaian.
“Ya ampun Nadia kenapa berantakan begini?” tanya Rasya sambil mengelap rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil.
“Kamu itu cari apa? Sampai mengeluarkan isi tas begitu,” tanya Rasya lagi karena tidak ada jawaban dari istrinya.
“Aku … aku mencari obatku,” jawab Nadia gugup karena sudah berbohong.
Rasya mengernyitkan dahinya karena sebenarnya dia tahu istrinya sedang berbohong, dan dia juga tahu apa yang sebenarnya dicari istrinya itu.
“Obat ini,” tanya Rasya yang mengangkat sesuatu di depan istrinya membuat Nadia menoleh ke arahnya.
“Itu … bukan, maksudku, itu apa?” Nadia pura-pura bertanya pada suaminya dan sedikit terkejut kenapa foto itu ada di suaminya.
Ya, Rasya menunjukkan foto yang dia temukan di dalam dompet milik istrinya yang terjatuh saat masih di apartemen waktu itu saat dia selesai mandi. Dia bertanya-tanya darimana istrinya mendapatkan foto yang hampir lusuh itu dan kenapa tidak meminta penjelasan darinya malah menyembunyikan foto itu.
Sempat ingin bertanya saat itu juga, tetapi dia mengurungkan niatnya karena menunggu waktu yang tepat, walaupun Rasya takut jika Nadia salah paham lagi terhadapnya karena di dalam foto itu terdapat seorang wanita yang dia potret dari belakang, dia takut jika istrinya mengira Rasya sedang berduaan dengan wanita itu padahal saat itu ada dua orang temannya lagi sedang memotretnya.
“Sekarang jawab aku! Darimana kamu menemukan foto ini, Nadia. tidak usah berpura-pura begitu Karena aku menemukan foto ini di dalam dompet milikmu,” ucap Rasya meminta penjelasan dia mengajak istrinya untuk duduk dan bicara serius.
Nadia memilih diam jika bicara dia takut akan bertengkar seperti yang sudah-sudah di karenakan rasa cemburunya yang berlebihan.
Rasya menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
“Baiklah! Mungkin sudah saatnya aku menceritakan semuanya padamu,” Rasya mulai bercerita dan Nadia mengangguk pelan mengiyakan.
***
“Namanya Lisa dia merupakan murid baru di sekolah waktu Rasya masih SMP, dia duduk bersebelahan denganku karena kebetulan bangku sebelahku suda lama kosong karena temanku sudah pindah sekolah, Hana sempat ingin duduk di sebelahku. Tapi aku menolak jika dia tetap ngotot aku tidak ingin bicara lagi dengannya dan akhirnya Hana pun menurut. Aku dan Lisa menjadi akrab karena dia berbeda dengan yang lainnya aku berpikir dia menyukaiku seperti yang lain ternyata tidak dia tulus hanya ingin berteman denganku itu saja,” Rasya bercerita sambil sesekali melihat Nadia yang mulai cemburu, lalu dia merangkul istrinya.
“Mau di teruskan tidak?” tanyanya karena sedikit khawatir.
“iya,lanjutkan!” Jawab Nadia singkat.
Suatu hari kepala sekolah menyuruhku membantu Pak Doni penjaga sekolah untuk membawa barang-barang yang sudah tidak terpakai ke gudang belakang sekolah. Setelah selesai semuanya sudah pergi tinggal aku sendiri karena harus mengunci pintu gudang yang agak susah.
Saat aku ingin melangkah terdengar seseorang berteriak meminta tolong tepat di samping gudang tersebut, dan terdengar seseorang sedang memaki dengan kata-kata kasar. Aku Pun penasaran dan memberanikan diri untuk melihatnya. Hal tidak terduga sedang terjadi, aku menyaksikan Hana sedang menyiksa Lisa dengan sadisnya membuatku buru-buru menghampirinya dan langsung menghentikan aksi Hana yang hendak menampar Lisa.
“Hentikan, Hana!” teriak Rasya sambil berlari menghampiri mereka berdua sontak membuat Hana menoleh dan menghentikan aksinya itu.
“Jangan salah paham aku … aku hanya memberi dia sedikit pelajaran karena sudah berani dekat-dekat denganmu membuatku merasa kesal dan cemburu,” jelas Hana gelagapan.
“Tidak waras menyiksa orang hanya karena alasan rendah kayak gitu,” ketus Rasya yang menghampiri Lisa dan membantunya berdiri, dia merasa kasihan melihat keadaannya yang penuh luka di sekujur tubuhnya dan merasa bersalah.
“Kau sudah keterlaluan Hana aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah biar kamu dikeluarkan dari sekolah! Ayo Lisa kita pergi dari sini,” dengan langkah gontai Lisa berjalan pelan karena merasa sakit di bagian kakinya.
“Awww ….”ringis Lisa.
“Kenapa? Apa ada yang sakit!” tanya Rasya khawatir.
“Kaki ku sakit sekali,” seketika Lisa jatuh karena tidak kuat berdiri.
Rasya memutuskan untuk menggendongnya, Hana yang melihat mereka dari kejauhan merasa kesal dan dia kan terus menjauhkan Lisa dari Rasya apapun caranya.
Balik ke Rasya dan Nadia
“Foto ini adalah terakhirku bersama Lisa saat kami study tour ke Bandung, saat itu aku dan teman-temanku sedang berfoto lalu Lisa menghampiriku dia memintaku untuk memotret dirinya aku sih gak masalah. Tapi aku heran kenapa dia memintaku memotret dirinya dari belakang dan meminta temanku untuk memotret ku juga dengan posisi seperti ini,” ucap Rasya sambil terus memandangi poto tersebut.
“Dua hari kemudian aku mendapat kabar duka dari wali muridku bahwa Lisa meninggal dunia di rumahnya karena bunuh diri, aku terkejut karena sehari sebelumnya dia memberikan foto ini dan bilang jika dia akan pindah ke luar kota karena pekerjaan sang ayah dipindahkan kesana, dia berterimakasih karena aku sudah mau berteman dengannya. Lisa mengatakan jika dia sulit sekali mendapatkan teman karena dia selalu berpindah-pindah tempat, sekolah, dan dia tidak gampang akrab dekat dengan orang yang baru dikenalnya. Lisa menganggap ku sudah seperti kakaknya sendiri yang sudah tiada dia sangat merindukan kakaknya dan merasa menemukan kakaknya kembali di dalam diriku.
“Lalu apa Lisa benar-benar bunuh diri?” tanya Nadia penasaran.
“Tidak!” jawab Rasya lirih dan hampir menangis.
“Aku baru tahu jika setelah Lisa memberikan foto itu dia … dia diberi racun oleh Hana di rumahnya saat Hana main kerumahnya, sebelum itu Hana menyuruhnya menulis sesuatu jika dia sendiri yang berniat bunuh diri jadi tidak ada seorang pun yang tahu jika dia sebenarnya dibunuh,” jelas Rasya menangis terisak.
“Ternyata kamu benar itu namanya obsesi bukan cinta mati. Tapi kamu tahu darimana kalau Hana lah yang membunuh Lisa, dan kenapa saat itu polisi tidak menemukan kejanggalan atas kematian Lisa, ya walaupun dia sudah menulis sesuatu dan menjadi bukti kalau itu real bunuh diri,” tanya Nadia.
“Di belakang foto itu ada tulisannya kan?” ucap Rasya.
“Ada … tapi aku tidak bisa membacanya dan tulisannya juga aku tidak mengerti.
“Ya memang karena dia menulisnya dengan tulisan Bahasa Thailand karena dia berasal dari sana, tetapi karena sudah lama tinggal di Indonesia jadi sudah lancar bicara Indonesia. Aku meminta saudaraku yang tinggal di Thailand yang kebetulan sedang di indonesia untuk mengartikannya, dan terkejut dengan isi tulisannya akhirnya keluargaku pun mengetahuinya, namun mereka tidak ingin masalah ini berlanjut karena pada saat itu orang tua Hana sudah banyak membantu perusahaan papaku yang saat itu hampir bangkrut,” jelas Rasya yang terlihat menyesal sampai sekarang atas apa yang menimpa Lisa.
“Maka dari itu setelah pesta pernikahan aku memutuskan untuk membawamu langsung ke apartemen, dan saat aku mendengar kamu habis bertemu dengannya aku langsung pulang ke rumah dan menyuruh mamah untuk mengusirnya, karena aku takut hal itu terulang lagi. Aku khawatir dia berbuat nekat lagi Kalau Lisa aku bisa terima karena dia hanya sebatas teman, tetapi kalau hal yang sama menimpamu akau sampai kapanpun tidak akan terima. Bahkan aku bisa saja balik membunuhnya,” marah Rasya.
“Hus… jangan bicara macam-macam!” pinta Nadia.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments