Nadia senang naik jabatan menjadi sekretaris, walaupun dia tidak menyangka akan menjadi sekretaris Rasya, yang sebenarnya ingin dia hindari, karena merasa minder dengan penampilan Rasya yang berbeda jauh sekali saat SMA dulu.
Sekretaris sebelumnya mengundurkan diri, karena dia akan menikah dan tidak bekerja lagi setelah itu.
“Kenapa pak Darman memilih aku, yang menggantikan sekretarisnya? Padahal banyak karyawan lain yang sudah bertahun - tahun bekerja di perusahaan ini, yang bisa dibilang lebih berpengalaman dibanding aku yang baru tiga tahun bekerja,” batinnya yang saat ini sedikit ragu, apa bisa dia bekerja tanpa mempunyai pengalaman apapun.
Setelah selesai Nadia bergegas ke ruangannya, untuk membereskan barang – barang dan memindahkannya segera atas perintah Darman, lalu serah terima dengan HRD yang baru.
Dia berjalan menuju ruangan, di sana sudah berada bos barunya yang dari tadi menunggu. Nadia pun masuk menuju mejanya membereskan beberapa dokumen, lalu menata semua barang yang dibawanya.
Rasya pun tengah sibuk dengan pekerjaannya yang harus segera di selesaikan. Tidak ada sepatah katapun dari mereka berdua, seolah – olah tidak saling mengenal satu sama lain.
Padahal dulu mereka sangat dekat, saking dekatnya mereka dijuluki soulmate. Di mana ada Nadia di situ pula ada Rasya yang selalu menempel seperti lem.
Walaupun Nadia merasa risih, tetapi percuma dia menegur temannya itu. Karena dia tidak akan mendengarkannya.
Hari semakin sore waktunya untuk pulang, Nadia segera bersiap – siap, beranjak dari mejanya dia menghampiri Rasya.
“Sore, pak! Apa masih ada pekerjaan lainnya?” tanya Nadia gugup, tertunduk sambil memegangi lengan tangannya.
“Tidak ada, kamu boleh pulang sekarang!” sahutnya yang membelakangi Nadia.
Tanpa menjawabnya, Nadia langsung melangkah keluar ruangan. Saat tangannya meraih handle pintu, langkahnya terhenti ketika mendengar Rasya memanggilnya, lalu dia menoleh seketika terperanjat karena terkejut Rasya sudah berada dihadapannya saat ini.
Jantung Nadia tiba – tiba berdetak dengan tempo cepat. Karena saat ini jarak antara dirinya dengan Rasya sangat dekat, ingin rasanya dia segera pergi namun kedua kakinya terasa berat untuk melangkah.
“Tunggu, Nadia. Sebelum pulang apa kamu mau ke cafe bersamaku?” ajaknya dengan suara lembut.
“Maaf tidak bisa, aku harus pulang sekarang!” ucapnya tergesa – gesa membuka pintu dengan kencangnya hingga mengenai wajah Rasya.
Suara nyaring benturan kayu dengan kening, menimbulkan teriakan sakit dari mulut Rasya. “Ahh … wajahku!” pekik Rasya meringis kesakitan sambil mengusap pelan wajahnya.
Rasya tidak mengerti lagi dengan sikap Nadia yang seperti itu, setiap melihatnya seperti melihat hantu saja. Dia langsung terburu – buru pergi menghindarinya. Padahal Rasya ingin sekali mengobrol dengannya. Melepas rindu, dan bercerita seperti dulu.
***
Beberapa hari pun berlalu, sebelumnya Nadia berfikir dia tidak akan mampu menjalani pekerjaannya sebagai sekertaris. Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, dengan kerja kerasnya belajar tanpa henti, di luar dugaan dia mampu. Bahkan Darman memuji pekerjaannya, dia mengatakan bahwa Nadia lebih baik dari sekertaris yang sebelumnya.
Semua karyawan sudah berkumpul di ruang meeting, yang berlangsung selama 30 menit. Dari hasil meeting tersebut, Rasya akan melakukan perjalanan bisnis ke Amerika, untuk meeting di sana membahas kelanjutan mengenai kerja sama perusahaannya.
“Persiapkan semuanya besok, kita akan berangkat pagi – pagi sekali. Jangan sampai terlambat, apa kamu mengerti, Nadia!” ujar Rasya sambil berjalan menuju ruangannya, dia masih menjelaskan tentang perjalananya besok dengan mode serius.
“Mengerti, pak, “sambung Nadia.
Tibalah mereka di Amerika, menuju hotel tempat mereka menginap. Rasya langsung membereskan pakaiannya, lalu memasukannya ke dalam lemari. Nadia kebingungan karena Rasya tidak memberitahu di mana kamar untuknya.
Nadia hanya diam, sambil memegangi kopernya dia melihat – lihat sekeliling kamar hotel tersebut. Dia terpana, melihat kamar indah nan mewah. Sebelumnya, Nadia hanya mendengar dari teman – temannya di sekolah dulu. Mereka selalu menginap di hotel jika libur panjang sekolah tiba.
“kenapa kamu diam saja. Cepat bereskan pakaian serta barang – barang ke dalam lemari. Kenapa malah bengong?” ujar Rasya sambil merebahkan tubuhnya di Kasur.
Nadia melongo, melihat Rasya dengan santainya tidur terlentang dihadapannya. “Di mana kamarku? Dari tadi aku menunggu bapak untuk mengantarkan aku kesana.
Mendengar kata, bapak. Rasya langsung bangun dan menatap Nadia dengan intens, melangkah pelan menghampiri Nadia sambil menyilangkan tangan.
“kamu satu kamar denganku,” bisiknya menggoda Nadia yang terlihat cemas.
Nadia melotot, “Apa … satu kamar?” pekiknya kesal.
Mimpi apa dia semalam, harus satu kamar dengan orang yang ingin dijauhi. Jika bukan karena perjalanan bisnis. Dia lebih memilih untuk pulang, dari pada harus berada dalam satu kamar dengan laki – laki.
Mereka berada di Amerika selama satu minggu.
Pada hari keempat pekerjaan mereka telah selesai. Rasya dan Nadia kembali ke hotel untuk mempersiapkan kepulangan mereka ke Indonesia.
Sesampainya di hotel, Nadia terlihat sibuk membereskan semua bajunya dan memasukan ke dalam koper besar berwarna ungu miliknya.
Rasya yang tengah duduk menyilangkan kaki, memperhatikan wanita dihadapannya saat ini. Dia bersiul dengan matanya yang mengarah ke kiri dan kanan, berharap sang wanita akan menoleh ke arahnya, namun dia gagal.
“Kita di sini tinggal dua hari lagi. Kanapa kamu sudah beres – beres? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, kamu mau ya!” ajak Rasya dengan tatapan memohon.
Mendengar itu, Nadia berhenti sejenak dari aktivitasnya menoleh ke arah Rasya. “Mau mengajak aku ke mana, pak?” tanyanya lembut.
“Jangan panggil aku bapak dong, ini kan bukan di kantor. Aku itu teman SMA mu dulu. Kenapa sikap kamu berubah banget, Nadia! Dari semenjak aku datang sampai sekarang, kamu selalu cuek dan menghindari ku. Ada apa sebenarnya,” tanya Rasya yang sudah tidak tahan dengan sikap temannya itu.
Nadia hanya tersenyum kecil, dia mengambil pakaiannya kembali dari dalam kopernya, lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai, dia menghampiri Rasya yang tengah duduk bersandar di sofa, dengan menutup mata.
Nadia menepuk pundak Rasya pelan. Membuat Rasya membuka matanya, dan terpana melihat wanita dihadapannya sudah siap untuk pergi. Dengan perasaan senang Rasya langsung menuju mobilnya dan mereka berdua pun berangkat.
Rasya membawa Nadia ke sebuah restoran di Las Vegas. Dia sudah memesan tempat khusus untuk mereka berdua. Nadia terlihat bingung, karena dia merasa tempat yang di pesan oleh Rasya itu untuk sepasang kekasih. Dia melihat banyak sekali bunga mawar merah yang menghiasi meja dan kursi tersebut.
Dengan ragu, Nadia pun duduk bersama Rasya dengan posisi saling berhadapan. Hidangan pun datang satu persatu dengan alunan musik indah, yang membuat suasana menjadi romantis.
“Nadia, mau kah kamu menjadi kekasihku?” Sambil memegang kedua tangan sang wanita.
Rasya akhirnya menyatakan perasaanya, yang sudah lama dia pendam.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Shōyō
aowkwowkwowkw kenal tampol pintu
2024-03-22
0
Shōyō
aww awww awwwww
2024-03-22
0