“Pagi istriku!” sapa Rasya.
Nadia yang baru saja bangun disambut sang suami yang kini dihadapannya, dia membawakan segelas susu dan sarapan.
Dengan perlahan Nadia membuka matanya,”Hmm aku terlambat bangun pagi, biasanya gak pernah kesiangan kayak gini!” Sambil mengusap matanya lalu bangun menatap suaminya.
“Gak apa-apa kamu pasti cape,” goda Rasya menaruh gelas berisi susu dia atas meja dekat ranjang.
“Bisa gak jangan godain aku terus!” ketus Nadia sambil mengambil susu tersebut lalu meminumnya sampai habis.
“Iya ya maaf sayang, galak banget sih!” sahut Rasya.
Setelah membersihkan diri, saat keluar dari kamar mandi Nadia tidak mendapati Rasya di kamarnya., Lalu dia pun mencari suaminya yang rupanya sedang berada di ruang kerjanya.
“Kamu lagi apa? Kapan kita akan pulang, Rasya?” tanya sang istri.
“Memangnya kamu gak betah di sini? Aku sedang menyelesaikan pekerjaan ku gak papa kan? Nanti aku hubungi mamah apa Hana masih ada di rumah apa gak!” jelas Rasya yang fokus menatap laptopnya.
“Yasudah aku mau keluar sebentar boleh? Mau belanja keperluanku di supermarket sebelah apartemen,” ucap Nadia.
Rasya menghentikan pekerjaannya,”Boleh tapi hati-hati jangan bicara dengan pria lagi,” sindir Rasya.
“Bawel banget sih suamiku,” ucap Nadia sambil mencubit kedua pipi Rasya lalu pergi begitu saja.
Di supermarket.
Sambil mendorong troli menyusuri lorong supermarket, Nadia memilah dan memilih belanjaannya. Tidak sengaja dia hampir menabrak seseorang yang berada di sampingnya,
“Maaf nona hampir saja,” ucap Nadia terkejut melihat wanita itu.
“Bisa kita mengobrol sebentar, nyonya wijaya!” ajaknya sambil melipat tangan dengan wajah sinis.
Mereka pun pergi keluar supermarket setelah Nadia selesai belanja, lalu duduk berdua di tempat yang berada di depan supermarket tersebut.
“Mau bicara apa, Hana?” tanya Nadia.
Ya, wanita itu adalah Hana dia tidak sengaja melihat Nadia saat dia akan menyebrang jalan dari apartemen. Tapi Hana tidak mengetahui jika itu apartemen Rasya lalu dia mengikuti Nadia.
“Langsung saja, Nadia! Suamimu pasti sudah cerita siapa aku kan?” ucap Hana ingin membuat Nadia marah.
“Lalu,” sahut Nadia.
“Lalu aku bingung kenapa Rasya lebih memilihmu daripada aku, kalau dibandingkan denganku kamu tidak ada apa-apanya,” sindir Hana.
“Kalau Cuma itu yang ingin kamu bicarakan mending aku pergi saja!” ucap Nadia
Saat ingin pergi langkahnya terhenti mendengar perkataan Hana
“Sudah berapa kali kamu tidur dengan Rasya?” tanya Hana tiba-tiba.
Sontak perkataannya membuat Nadia menoleh dan kembali menghampiri Hana.
“Jangan asal bicara, Hana!” tegas Nadia.
“Cih, memangnya aku tidak tahu jika saat ini kamu sedang hamil!” ujar Hana.
Deg
“Dari mana kamu tahu,” tanya Nadia dengan sorot mata tajam.
“Aku dan Rasya berteman sejak kecil, tidak ada rahasia sedikit pun antara aku dan suamimu, demi cinta semurah itu kah dirimu,” bisik Hana lalu pergi meninggalkan Nadia sendirian.
Nadia berdiri mematung, rasa kesal dan kecewa menyelimuti perasaanya saat ini, dia tidak tahu harus percaya dengan siapa suaminya atau perempuan itu. Sulit baginya untuk percaya begitu saja pada Hana, tetapi tidak menutup kemungkinan jika Rasya bisa saja bercerita padanya, karena dia sudah lebih dulu mengenalnya dibanding dengan Nadia.
Dadanya tiba-tiba terasa sesak Nadia terduduk dengan air mata yang akhirnya jatuh membasahi pipinya. Selama perjalanan dia terus saja menangis dan rasanya tidak ingin kembali ke apartemen.
Karena merasa khawatir Rasya menghubungi ponsel Nadia, tetapi dia tidak mengangkatnya lalu dia memutuskan untuk menyusul Nadia ke supermarket
Saat membuka pintu Nadia sudah sampai dia langsung saja masuk tanpa menjawab pertanyaan dari suaminya sambil membawa dua kantong belanjaan.
“Kamu kemana ajah, Nadia. Lama banget ke supermarketnya,” tanya Rasya.
Nadia menaruh belanjaannya menghela nafas kasar lalu berbalik menghadap Rasya.
“Seberapa dekat kamu sama Hana?” tanya Nadia.
“Hana? Kenapa bertanya itu lagi, kemarin aku sudah menjelaskannya apa itu tidak cukup!” ucap Rasya.
“Tadi aku bertemu dengannya dia menghinaku! Dia tahu kalau aku sedang hamil, dan kamu mau tahu dia bilang apa lagi?” Nadia menangis terisak ketika menjelaskan apa yang terjadi tadi saat dia bertemu dengan Hana.
“Dia bilang apa?” tanya Rasya dengan tatapan sendu melihat istrinya menangis seperti itu.
“Kalau aku wanita murahan yang sengaja tidur dengan mu sampai aku hamil demi mendapatkan mu!” pekik nadia.
“Apa?” sahut Rasya terkejut.
***
Malam harinya setelah bertengkar dengan Nadia yang membuat dirinya diabaikan sang istri, Rasya memutuskan untuk ke rumah orang tuanya.
Dengan perasaan kesal dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sesampainya di rumah orang tuanya dia langsung mencari keberadaan Hana yang saat itu sedang bersantai di balkon atas.
“Kenapa kamu masih di rumahku, Hana?” tanya Rasya yang saat ini berada tepat dihadapannya.
“Rasya, aku senang kamu kesini,” ucap hana senang hendak memeluk Rasya namun Rasya buru-buru menghindar.
“Tidak perlu basa-basi denganku! Aku kira saat pertemuan kita yang terakhir setelah kejadian itu, kau sudah menyadari kesalahanmu dan menyesalinya. Tapi ternyata aku salah besar membiarkanmu untuk datang kesini!” sungut Rasya.
Saat Asih baru datang dia mendengar kegaduhan dari atas balkon rumahnya. Dia segera pergi menuju balkon dan terkejut melihat putranya yang sedang menahan amarah.
“Ada apa, Rasya? Kenapa kamu terlihat marah seperti ini!,” tanya Asih bingung.
“Suruh Hana kembali secepatnya, mah! Karena aku tidak bisa membawa Nadia pulang ke rumah ini jika dia masih berada di sini,” ujar Rasya kesal
“Aku gak mau pulang!” balas Hana.
Benar-benar Hana tidak tahu malu masih mengharapkan Rasya, padahal dia sendiri tahu jika itu tidak mungkin. Lalu dengan lantangnya Hana bilang jika dia tidak ingin pulang dan kembali ke Australia tempat orang tuanya tinggal.
“Biar mamah yang bicara padanya kamu cepat kembali ke apartemen, tidak baik meninggalkan Nadia yang sedang hamil muda,” ucap Asih.
Di apartemen
Masih menyendiri di kamarnya Nadia berusaha menenangkan dirinya sendiri, berusaha untuk tidak memikirkan omongan Hana yang menyakitkan itu. Dia teringat perkataan dokter tentang kandungannya yang sangat lemah.
Suaminya sudah kembali dan membawa makanan untuk makan malam, namun Nadia tetap diam tidak ada jawaban apapun darinya.
“Sayang aku taruh makanannya di dapur ya, kamu harus makan pikirkan kandunganmu. Jika masih marah dan tidak ingin bicara denganku tidak apa-apa yang penting kamu harus makan!” pinta Rasya berharap ada jawaban dari sang istri.
Rasya kembali dengan pekerjaannya, dia belum bisa masuk kantor karena tidak ingin meninggalkan Nadia sendiri. Sebenarnya dia pernah menawarkan untuk memakai jasa asisten rumah tangga, namun Nadia menolak dengan alasan tidak terbiasa dijaga orang lain selain orang tuanya.
Jadi Rasya memutuskan untuk bekerja dari rumah masih dengan bantuan sekretarisnya Yuli. Dia akan ke kantor jika ada yang sangat penting saja.
Malam pun tiba Nadia yang merasa sangat lapar memutuskan keluar kamar dengan mengendap-endap seperti pencuri yang beraksi pada malam hari.
Namun langkahnya terhenti melihat sang suami tertidur di meja kerjanya lalu dia beralih menghampiri Rasya.
Ada rasa kasihan melihat suaminya tertidur dengan posisi seperti itu, Nadia mengangkat tangannya lalu mengusap lembut rambut suaminya agar dia terbangun tanpa terkejut.
Rasya pun terbangun,”Oh kamu belum tidur?” tanya Rasya parau.
“Aku akan menyiapkan makanan kamu pasti belum makan,” ucap Nadia.
Setelah selesai menyiapkan makan malam mereka pun makan bersama tanpa ada bicara sedikitpun diantara mereka.
Bukannya tidak ingin bertanya lagi, melihat istrinya sudah mau keluar kamar saja dan makan bersama dengannya membuat Rasya sedikit lega dan senang, lalu mereka membereskan meja makan bersama.
“Maafkan atas sikapku tadi yang membentak mu! Itu sangat kekanakan,” ucap Nadia tiba-tiba lalu pergi ke kamar diikuti suaminya dari belakang sambil tersenyum manis.
Saat dikamar Nadia masih melanjutkan bicaranya.
“Harusnya aku percaya dengan suamiku sendiri dibanding dengan orang lain yang baru saja bertemu,” ujar Nadia menyesal.
Rasya memeluk Nadia dari belakang,”Sudah jangan dipikirkan lebih baik kita istirahat saja, nanti akan aku ceritakan semua tentang Hana agar kamu tidak salah paham lagi seperti ini,” jelas Rasya.
Nadia mengangguk pelan dan mereka pun segera tidur dengan posisi memeluk satu sama lain, seperti orang yang melepas rindu setelah seharian bertengkar.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments