Sesampainya di indonesia, Rasya dan Nadia sepakat untuk melupakan kejadian malam itu, atas permintaan Nadia sendiri.
Mereka melakukan aktivitas seperti biasanya di kantor, tetapi berbeda dengan Rasya yang masih khawatir, dengan keadaan sang kekasih, tanpa sepengetahuan Nadia, setiap pulang ke rumahnya, Rasya selalu mengikutinya.
Bukannya tidak ingin mengantar Nadia, tetapi dia selalu menolak, dengan alasan tidak ingin semua karyawan mengetahui hubungannya dengan Rasya.
Sebenarnya Nadia bingung, kenapa bisa Rasya begitu mencintainya, apalagi dalam waktu yang lama. Mungkin kalau Rasya ingin, masih banyak wanita di luar sana, yang lebih cantik, lebih kaya, dan setara dengan keluarganya.
Sore itu, saat jam pulang kantor, Nadia seperti biasa pulang dengan naik bis. Lalu Rasya mengikutinya dari belakang bis yang ditumpangi Nadia.
Sesampainya di depan gang rumahnya, saat turun dari bis, ada sebuah mobil besar menghalangi mobilnya dan dia pun kehilangan jejak kekasihnya.
“Loh kenapa tidak ada? Apa dia sudah pulang lewat jalan gang itu?” gumamnya sambil keluar dari mobilnya serta mencarinya menuju dalam gang.
“Benar-benar tidak ada! Apa iya secepat itu jalannya, padahal tadi baru sebentar mobil besar yang melewati mobil ku,” gerutunya sambil kembali menuju mobilnya, lalu mengambil kunci dan masuk ke dalam mobil dia pun bergegas pulang ke rumah.
Di tengah perjalanan menuju rumahnya, rupanya Rasya putar balik menuju ke rumah Nadia kembali. Dia penasaran, apakah Nadia sudah sampai rumahnya atau belum?
Saat Rasya sudah sampai, dia berjalan menyusuri gang yang hanya bisa dilalui oleh motor, serta jaraknya yang teramat jauh dari tempat dia menaruh mobil.
“Jauh juga ternyata. Apa dia setiap hari jalan kaki seperti ini ke rumah? Rasanya aku tidak sanggup lagi berjalan!” ucap Rasya sambil terus melangkah, padahal dia sendiri sudah sangat lelah.
Rasya kebingungan Di mana tepatnya rumah kekasihnya tersebut, Dia bertanya Pada orang yang ada di sekitar, sampai akhirnya dia menemukan rumah yang dia tuju.
Dengan ragu Rasya mengetuk pintu tersebut, dan disambut oleh ibu Nia, Ibunya Nadia.
“Permisi! Apa benar ini rumahnya Nadia?” tanya Rasya.
“Iya, benar” sahut ibu.
Rasya memperkenalkan diri dan bermaksud ingin bertemu dengan Nadia. Lalu ibu Nia mempersilahkannya untuk masuk.
Mereka mengobrol banyak hal, seperti sudah mengenal satu sama lain. Ibu Nia memang sosok yang lembut, siapapun yang mengobrol dengannya pasti langsung akrab.
“Nadia, banyak cerita tentang kamu. Tapi ibu gak nyangka kalau kamu sangat tampan” ucap ibu Nia yang menggoda Rasya, sampai dia tersipu malu.
Rasya hanya bisa tersenyum, karena ibu Nia terlalu memujinya. Nadia belum kembali setelah pulang kantor, dan hari sudah semakin sore hingga dia memutuskan untuk pulang.
Satu jam kemudian Nadia sampai rumah.
Dia terlambat pulang karena, sehabis pulang kantor temannya mengajak Nadia, untuk makan di sebuah restoran. Pada saat dia turun dari bis, salah satu temannya datang menjemputnya. Sebelumnya Nadia di hubungi temannya, dan dia meminta agar dijemput di gang rumahnya.
itu lah kenapa Rasya dan Nadia tidak bertemu.
Ibunya memberitahu kalau Rasya tadi ke rumah mencarinya. Sontak dia terkejut, dan langsung bergegas menuju kamar untuk melihat ponselnya, karena tertinggal.
Itulah sebabnya Nadia tidak menghubungi sang ibu, pada saat pergi dengan temannya.
Dilihat ponselnya yang begitu banyak panggilan, dan pesan dari sang kekasih, lalu saat itu juga Nadia langsung menghubungi balik Rasa, namun kali ini ponsel Rasya tidak aktif.
***
Dua minggu berlalu.
Pagi ini saat Nadia ingin pergi ke kantor, tiba-tiba dia merasa tidak enak badan. Ibunya menyarankan untuk izin tidak masuk kantor dan Nadia menurutinya.
Nadia menghubungi salah satu karyawan di sana, dan menitip pesan ke pada Rasya, karena ponselnya tidak bisa dihubungi.
Saat di kantor, Rasya mencari keberadaan kekasihnya itu, karena biasanya, dia sudah lebih awal berada di ruangannya.
Terdengar ketukan pintu, salah seorang karyawan datang menemui Rasya. Dan mempersilahkannya untuk masuk.
“Permisi pak, Rasya! Saya ingin memberitahu, Nadia tidak masuk hari ini karena dia sakit,” ujarnya.
Setelah itu, karyawan itu pun keluar meninggalkan ruangan.
Rasya mengambil ponselnya dan dia baru menyadari jika ponselnya mati.
“Pasti dia menelfon ku. Dia sakit? Apa aku kerumahnya aja ya?” ujar Rasya bermonolog.
Tiba-tiba Darman masuk ke ruangan tanpa mengetuk pintu.
“Siapa yang sakit? Kamu mau ke rumah siapa?” tanyanya penasaran.
Deg
Rasya hanya tersenyum, dia mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, dengan bertanya tentang pekerjaannya. Karena dia bingung, biasanya Nadia yang mempersiapkan semuanya.
“Siapa yang menemaniku untuk meeting hari ini, pah?” tanya Rasya sambil menghidupkan ponselnya.
“Untuk meeting hari ini biar papah yang gantikan, Karena hari ini klien kita adalah teman papah waktu SMA dulu. Dan baru bertemu kembali, jadi biar tidak putus silahturahmi, dia mengajak perusahaan ini untuk bekerjasama. Tapi papah sudah bicara dengannya, kalau kamu adalah pemilik perusahaan ini sekarang!” jelas Darman lalu segera pergi dari ruangan putranya tersebut.
Disisi lain Nadia yang sedang berbaring di tempat tidur melamun, karena dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Kepalanya terasa pusing, lalu dia memutuskan untuk pergi ke klinik tak terlalu jauh dari rumahnya.
Sesampainya di sebuah klinik, dan setelah selesai pemeriksaaan, Nadia merasa takut dengan hasilnya. Dengan ragu dia membuka amplop putih. Dan hasilnya adalah dia positif hamil.
“Bagaimana bisa, padahal aku baru melakukannya satu kali?” tanyanya pada dokter tersebut.
“Itu bisa saja terjadi, kemungkinan bu Nadia saat itu sedang berada di masa subur,” jelas dokter lalu memberikan resep vitamin kehamilan.
Dengan langkah yang gontai, karena menahan air matanya dan dadanya yang teramat sesak, Karena bingung harus berbuat apa, Nadia memutuskan untuk pulang. Namun dia belum bisa memberitahu orang tuanya, perihal kehamilannya saat ini.
Serta enggan memberitahu Rasya, karena saat ini Nadia hanya ingin sendiri, dan menenangkan hati serta pikirannya.
Sudah hampir seminggu Nadia tidak masuk kantor. Sang ibu yang cemas dan khawatir ingin membawa putrinya ke rumah sakit, namun Nadia selalu menolaknya.
Putrinya hanya ingin istirahat di rumah saja , ibu nia tidak ingin memaksa dan membiarkan Nadia untuk sendiri.
Karena sang kekasih sudah lama tidak masuk kantor, setelah pekerjaannya selesai, akhirnya Rasya bergegas pergi ke rumah kekasihnya itu, karena ponselnya tidak pernah aktif.
Sesampainya Rasya di rumah Nadia, saat ingin mengetuk pintu, Nadia yang ingin keluar langsung membuka pintu. Dia terkejut karena kini Rasya tepat berada dihadapannya.
“Kamu ngapain di sini? Aku kan udah izin ke kantor! Lagi juga sekarang ga ada orang tua aku. Mending kamu pergi ajah sekarang!” ketus Nadia menatap tajam Rasya.
Rasya bingung dengan sikap Nadia yang tiba-tiba kasar, tidak seperti biasanya.
“Ada apa denganmu Nadia, apa aku berbuat salah, kenapa kamu seperti marah padaku?” tanya Rasya bingung.
Nadia kembali masuk kedalam kamarnya, hendak mengambil sesuatu dan Rasya masih menunggu di luar.
Saat kembali ke hadapan Rasya, dia memberikan sebuah amplop putih, dengan cepat Rasya membaca surat itu. Dan sama halnya dengan Nadia dia pun terkejut.
“Sekarang bagaimana? Aku bingung, gimana caranya kita memberitahu keluarga masing-masing!” ucap Nadia yang frustasi.
Nadia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dan kembali menangis terisak.
Tak tega melihat kekasihnya menangis, Rasya menghampiri Nadia dan langsung menariknya dalam pelukan.
"Sayang! Ayo kita menikah, dan hidup bahagia bersama calon anak kita,” ajak Rasya berusaha meyakinkan Nadia, kalau dia tidak akan lari dari tanggung jawab
Nadia tertegun, dengan apa yang baru saja diucapkan kekasihnya itu, dia melihat ketulusan dari pria yang amat sangat mencintainya.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments