Akhirnya Nadia bisa lega, sudah memberitahukan kehamilannya pada orang tuanya. Sekarang dia hanya pasrah, dengan keputusan ayah dan ibunya
Diusir sekalipun dari rumah, bukan hal yang menakutkan lagi baginya. Karena Nadia sadar kesalahan yang diperbuatnya kali ini sudah benar-benar membuat kedua orang tuanya menanggung malu.
Sedangkan Rasya, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, jika ayahnya Nadia ingin memukulnya sekarang dia akan menerimanya. Karena Rasya merasa sudah menghancurkan harapan satu-satunya ayah dan ibunya Nadia, putri semata wayangnya yang sangat mereka banggakan.
“Lebih baik sekarang kamu pulang!” ujar Danu menatap Rasya penuh emosi.
“Tapi, pak!” tanya Rasya
Tanpa basa-basi Danu langsung menarik Nadia masuk ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintunya dari luar.
“Bu, suruh Rasya pergi dan jangan pernah menemui Nadia lagi!” titahnya tegas.
Mendengar ayahnya melarang Nadia untuk tidak bertemu lagi dengan kekasihnya, membuatnya terkulai lemas bersandar di pintu kamarnya. Badannya bergetar, terasa sesak menerima kenyataan jika dia memang tidak akan bisa bersatu dengan Rasya.
Nadia pun menangis terisak di dalam kamarnya.
Sedangkan Rasya masih menunggu di ruang tamu, dia berharap ayahnya tidak menyakiti Nadia, dan membiarkan mereka untuk segera menikah.
Ibu Nia menghampiri Rasya yang masih duduk dengan perasaan gelisah.
“Sebaiknya kamu pulang saja dulu, Rasya! Situasinya sedang tidak baik,” ucap Ibu Nia.
“Baiklah, bu. Tapi saya akan kembali, meminta restu kalian. Dan satu lagi bu, tolong jangan menyalahkan Nadia atas kejadian ini. Semua yang terjadi adalah kesalahan saya, jadi tolong jangan marahi Nadia,bu. Saya sangat mencintai dia,” ujarnya memohon.
Ibu Nia hanya mengangguk pelan. Dia melihat ketulusan dari Rasya, yang sangat mencintai putrinya.
Dengan perasaan kecewa, khawatir, Rasya meninggalkan rumah Nadia. Sebelum masuk ke mobil, sesekali dia kembali menatap ke rumah itu dengan tatapan sendu.
Kemudian Rasya langsung melajukan mobilnya, dan bergegas pergi meninggalkan rumah Nadia.
Mobilnya berhenti di salah satu kafe, kali ini Rasya tidak ingin pulang dan bertemu siapapun, dia hanya ingin sendiri. Menenangkan diri, sambil berfikir bagaimana caranya agar hubungan mereka bisa direstui oleh masing-masing keluarga.
“Mau pesan apa, pak?” tanya seorang pelayan yang menghampiri Rasya.
“Aku ingin pesan kopi saja!” jawabnya.
Sambil menunggu pesanannya datang, Rasya memainkan ponselnya, dan sesekali melihat orang-orang disekelilingnya.
Tidak lama pesanannya pun datang, sambil menyeruput kopi miliknya dan ponsel yang masih berada di tangannya. Tiba-tiba Rasya terusik dengan kegaduhan yang berasal dari meja di sebelahnya.
Terlihat sepasang kekasih yang sedang bertengkar hingga membuat ketenangan Rasya sedikit terganggu. Namun sesekali dia mendengar pembicaraan kedua pasangan tersebut.
“Orang tua ku tidak setuju dengan hubungan kita, mas!” ujar sang perempuan.
“Apa yang membuat orang tuamu tidak setuju?” tanya sang laki-laki
“Karena pekerjaanmu yang hanya seorang karyawan biasa. Orang tua ku ingin aku menikah dengan seorang direktur perusahaan, aku sudah mencoba menjelaskan pada mereka untuk bersabar. Dan meyakinkan mereka jika suatu saat nanti kamu juga akan naik jabatan,” jelas sang perempuan.
“Orang tuamu itu tidak sabaran, mereka pikir semudah itu menjadi direktur! Kecuali jika orang tuaku memiliki perusahaan, baru aku bisa menjadi direktur,” ucapnya sang laki-laki sedikit emosi.
“Lalu, apa kamu menyerah gitu ajah? Kalau kita gak cepat menikah, orang tua ku akan menjodohkan ku, mas!” ujarnya sangat khawatir.
Yang tadinya merasa terusik, Rasya diam-diam menguping pembicaraan mereka dengan serius, Karena dia merasa masalahnya sama dengan pasangan itu.
Pasangan tersebut terdiam sejenak, dan tiba-tiba sang laki-laki berkata
“Bagaimana jika kita kawin lari saja” ucap sang laki-laki
Mendengar kata kawin lari membuat Rasya tersedak, saat ingin meminum kopinya lagi. Sampai-sampai pasangan tersebut balik menatapnya heran. Rasya yang menyadari diperhatikan balik oleh pasangan itupun terkejut hingga minumannya tumpah membasahi meja, dan mengenai kemejanya.
Rasya buru-buru mengambil tissue di atas meja, dan mengelap noda yang menempel di bajunya. Dia meringis merasakan kulit perutnya sedikit terbakar. Akibat tumpahan kopi yang masih panas.
Pasangan tersebut berbisik satu sama lain hingga akhirnya Rasya merasa malu segera mengeluarkan dompetnya mengambil sejumlah uang dan diletakkan di atas meja, lalu segera pergi meninggalkan kafe tersebut.
“Sial sekali aku hari ini! Mimpi apa aku semalam,” ucapnya kesal.
***
Di ruang tamu terlihat Nadia sedang duduk berhadapan dengan kedua orang tuanya yang menginginkan penjelasan dari Nadia, kenapa dia bisa sampai hamil seperti ini?.
Dengan menahan tangis Nadia pun menjelaskan semuanya pada ayahnya, dari mulai dia berangkat untuk perjalanan bisnis, saat mereka mabuk, hingga mereka menghabiskan malam bersama di kamar hotel.
Danu yang yang mendengarnya syok dan histeris, begitu pun Nia ibunya. Sontak Nadia bertekuk lutut di hadapan kedua orang tuanya, memohon maaf dengan bercucuran air mata yang tidak dapat dia bendung lagi.
Satu keluarga pun menangis atas musibah yang menimpa keluarga mereka.
“Maafkan Nadia, ayah, ibu. Aku telah menghancurkan harapan kalian, apapun hukumannya aku akan terima. Asal jangan menyuruh ku menggugurkan bayi ini,” ucapnya memohon ampun dengan posisi masih berlutut di kaki kedua orang tuanya.
Tidak tega melihat putri kesayangannya bersimpuh, Danu mengangkat tubuh Nadia dan langsung memeluknya erat.
“Walaupun ayah kecewa dengan perbuatanmu, Ayah tidak sampai hati dan juga tidak ada niat sekalipun untuk menyuruhmu menggugurkan bayi yang ada di dalam kandunganmu, Nadia!” ujar Danu yang ikut menangis terisak.
“Iya , Nadia. Bagaimanapun dia cucu ibu,” ucapnya sambil mengelus rambut putrinya.
Perasaan Nadia saat ini sudah lega dan sedikit tenang, dia mengira akan diusir dari rumah setelah mengatakan yang sebenarnya, namun kenyataannya orang tuanya sangat menyayanginya walau dalam keadaan apapun Nadia saat ini, orang tuanya mau memaafkannya.
Tapi tetap saja Nadia masih merasa bersalah pada kedua orang tuanya.
“Besok kamu datang ke kantor untuk mengundurkan diri dari perusahaan Rasya! Dan ayah ingin kamu tidak menemuinya lagi!” titah Danu penuh penekanan.
Nadia terkejut, namun kali ini dia tidak ingin membantah ayahnya, memilih untuk menurut.
“Tapi kenapa, pak? Bukankah Rasya ayah dari anak yang di kandung Nadia?” tanya Ibu Nia bingung
Danu menjelaskan kepada istrinya, jika dia tidak bermaksud untuk memisahkan mereka. Karena Danu mengetahui jika orang tua Rasya tidak menyetujuinya hubungannya dengan putrinya. Danu hanya takut jika mereka menikah pun tidak akan bahagia.
Pagi harinya Nadia memberanikan diri ke kantor, menemui Rasya. Dia langsung menuju ke ruangannya. Seperti biasa Rasya belum datang. Nadia pun menunggu sambil mengobrol dengan Yuli, sekretaris yang menggantikannya.
Tiga puluh menit kemudian datanglah Rasya yang langsung masuk, Dia terdiam sejenak saat melihat Nadia berada di ruangannya. Dengan senyum yang melebar dia menghampiri kekasihnya tersebut, dan hampir memeluknya di hadapan Yuli. Namun dengan cepat Nadia menghindarinya, dia langsung menyapa Rasya.
“Selamat pagi, pak!” sapa Nadia.
“Pagi, Nadia! Apa kabar, apa kamu sudah sembuh?” tanya Rasya merasa canggung karena baru menyadari jika diantara mereka ada Yuli.
“Sudah, pak!” sahutnya lembut.
Sebelum melanjutkan obrolannya, Rasya menyuruh Yuli untuk keluar dari rungan. Karena dia ingin bicara dengan Nadia berdua saja. Yuli pun akhirnya keluar dan sekarang hanya ada mereka berdua saja.
Rasya langsung menarik Nadia ke dalam pelukannya, berbagai pertanyaan pun dilontarkan kepada kekasihnya. Karena dia sangat khawatir jika orang tuanya menyalahkan Nadia, dan membencinya.
Tidak ada jawaban satu pun dari semua pertanyaan yang diucapkan Rasya. Nadia hanya diam membuat Rasya melepaskan pelukannya.
“Ada apa? Kenapa diam saja, sayang? Katakan sesuatu,” tanyanya bingung.
“Aku kesini hanya ingin mengantarkan surat pengunduran diri,” ucapnya sambil memberikan surat tersebut dan langsung dibaca oleh Rasya.
“Setelah ini lupakan aku ini pertemuan kita yang terakhir, tolong jangan pernah menemui aku lagi. Aku permisi,” jelasnya dan berlalu pergi.
Tidak terima dengan apa yang diucapkan nadia, sambil meremas surat yang sudah dibacanya tersebut Rasya langsung menghampiri Nadia yang hendak membuka pintu, lalu Rasya menariknya kasar.
Nadia terkejut dan meringis kesakitan, Rasya menatapnya dengan penuh amarah membuat Nadia merasa takut, dan memohon untuk di lepaskan.
“Sekarang ikut dengan ku, Nadia! kita akan kawin lari!” Ucap Rasya dengan tatapan tajam.
“Apa?” pekik Nadia terkejut.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments