Pagi hari saat matahari naik dan sinarnya masuk melalui jendela, menyoroti kamar hotel nomor 18. Terlihat sepasang kekasih yang masih tertidur lelap, terbawa mimpi mereka masing-masing, setelah menghabiskan malam bersama.
Tidak lama suara telefon yang berasal dari ponsel Nadia berdering. Sontak membuat gadis itu terbangun. Dengan mata yang masih terpejam, Nadia meraba-raba mencari keberadaan ponselnya yang terdengar berada di dekat lampu tidur samping Kasur. Tanpa melihat siapa yang menelfon, dia langsung mengangkatnya.
“Hallo, Nadia? kapan kamu pulang ke Indonesia?” tanya ayah lembut.
Itu ayah yang menelfon, dia ingin bertanya kapan kiranya putrinya akan berangkat, karena saat pekerjaannya selesai, putrinya langsung memberi kabar akan berangkat kembali esok harinya.
Nadia berusaha bangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing, lalu tanpa sengaja menoleh ke arah cermin meja rias yang ada di depannya. Dia melongo, terkejut melihat dirinya di cermin. Badannya bergetar dan seolah seluruh tubuhnya tiba- tiba tidak bertenaga membuat ponsel yang sedang di genggamannya jatuh. Dan sambungan telefon pun terputus.
“Ahh … tidak!” pekiknya menangis, pekikannya bergema di dalam kamar membuat Rasya terbangun.
“Ada apa? Kenapa berteriak, Nadia?” ucap Rasya yang merasa kesal karena tidurnya terganggu.
Dengan terisak Nadia menunjuk ke arah cermin, lalu Rasya mengikuti kemana arah tangan Nadia. Barulah dia sadar kalau saat ini, mereka berdua sudah tidak berbusana dan hanya berbalut selimut.
Rasya mencoba menenangkan Nadia, yang kini berbaring kembali membelakanginya. Masih dengan suara tangisan, namun kini suaranya perlahan reda, hanya terdengar suara sesegukan karna lelah menangis.
“Maafkan aku! Jangan menangis, aku akan bertanggung jawab dan langsung menikahimu,” ujarnya seraya menatap kekasihnya tersebut dengan rasa bersalah.
Tidak ada jawaban sedikit pun dari gadis itu, yang ada Nadia mengangkat selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya itu. Rasya yang mengerti situasinya dia bangkit dari tempat tidur dan langsung membersihkan diri. Lalu membiarkan kekasihnya untuk sementara sendiri agar benar-benar merasa tenang.
Di dalam kamar mandi, Rasya mendengus kesal. Dia marah pada dirinya sendiri sebab semuanya ini terjadi, karena dirinya yang saat itu sudah mabuk berat, tidak bisa mengendalikan diri.
Padahal sang kekasih sudah memohon untuk tidak melakukannya, karena saat itu Nadia memang masih dalam keadaan setengah sadar, walaupun akhirnya Nadia terbawa suasana juga.
Itulah mengapa antara laki-laki dan perempuan dilarang berdekatan, apalagi ini dalam satu kamar. Pastilah setan sudah berkeliaran diantara mereka berdua, dan langsung menggodanya. Maka dari itu disebutnya godaan setan.
Setelah selesai membersihkan diri dia pun keluar dari kamar mandi, mendapati kekasihnya berdiri menghadap jendela, sudah dengan memakai pakaiannya.
Bulir air mata yang masih membasahi pipinya, membuat Rasya hanya menatapnya dari pintu kamar mandi. Saat ingin melangkahkan kakinya menghampiri gadis itu, Rasya tertegun mendengar sang pujaan hati menyebut nama ayahnya.
“Ayah, maafkan Nadia! Maafkan putrimu, tidak bisa menjaga kehormatan keluarga! Aku sudah mengecewakan ayah, aku tidak bisa menjadi kebanggaanmu lagi,” tangis Nadia pecah segala umpatan terus keluar dari mulutnya untuk dirinya sendiri.
Tidak sanggup melihat kekasihnya seperti itu, Rasya mengurungkan niatnya menghampiri Nadia. Dia bergegas memakai pakaiannya, memilih pergi meninggalkan Nadia sendiri di kamar hotel.
***
Di tengah pikiran dan hatinya yang sedang kalut, Rasya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Setelah dirasa tenang, dia menepikan mobilnya sejenak.
Entah apa sekarang yang tengah dipikirkan olehnya, yang jelas dia harus bertanggung jawab atas perbuatan, yang dia lakukan malam itu. Karena beribu maaf saja tidak akan cukup, serta tidak bisa merubah apapun yang sudah terjadi.
Penyesalan itu pasti, tetapi belum terlambat untuk bisa memperbaikinya.
Rasya memang sangat mencintai Nadia sejak lama, dan memang berniat menikahinya, namun dia tidak menyangka akan menikahi sang kekasih seperti ini.
“Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Kamu tenang saja, Nadia. Aku akan segera menikahimu,” ujarnya sambil mengambil sesuatu dari saku celannya dan menggenggam sebuah cincin.
Sebuah cincin berlian yang memang sudah dipersiapkan oleh Rasya, sesaat sebelum keberangkatannya ke amerika untuk perjalanan bisnis. Rencana diawal sesudah menyatakan perasaannya, dia akan langsung memberi cincin tersebut.
Jika saja dia menolak permintaan temannya waktu itu, Rasya tidak akan pulang dalam keadaan setengah mabuk pada saat sampai ke hotel, dan diperparah lagi dia malah meneruskan minum-minumnya di hadapan kekasihnya tersebut.
Rasya langsung tancap gas menuju hotel kembali, karena khawatir meninggalkan Nadia sendirian terlalu lama.
Sesampainya di kamar hotel, dia melihat Nadia yang sudah siap dengan semua barangnya, yang sudah dikemas di dalam kopernya.
“Kamu sudah kembali? Bisa kita berangkat siang ini? Aku sudah siap. Tapi kalau kamu masih ingin di sini silahkan., maaf aku ingin secepatnya pulang,” ucapnya yang masih menahan tangis.
Tidak ada jawaban, Rasya segera menarik pujaan hati dalam pelukannya, tangis yang sedari tadi dia tahan akhirnya pecah, bersamaan penyesalan keduanya.
Rasya memegangi wajah Nadia, sambil mengusap air matanya dengan kedua tanganya, ”Apa kamu marah padaku? Sampai ingin pulang dan meninggalkanku?” ucapnya lirih.
“Aku tidak marah! Ini kesalahan kita berdua. Lebih baik kita lupakan saja apa yang terjadi malam itu. Anggap saja kita tidak pernah melakukannya,” ujarnya meminta Rasya agar tidak membahasnya lagi.
“Tapi … bagaimana kalau kamu,-“
“Kalau aku hamil?” ucapnya menyela.
Nadia meyakinkan sang kekasih untuk tidak berfikir terlalu jauh, karena dia merasa melakukannya hanya satu kali. Jadi mana mungkin Nadia bisa hamil? Pikirnya dengan penuh keyakinan.
Tanpa berlama- lama lagi, Rasya mengemas semua barangnya lalu mereka pun berangkat untuk kembali ke Indonesia pada malam harinya.
Saat di pesawat Nadia hanya diam, sedangkan Rasya selalu menatap ke arahnya. Sebenarnya Nadia tahu, kalau Rasya selalu menatapnya seperti ingin mengatakan sesuatu.
Nadia menghela nafas kasar dan akhirnya dia menoleh dan memulai pembicaraan.
“Kalau ada yang ingin dibicarakan langsung saja, jangan menatap ku terus! Aku risih!” ucap Nadia sambil mencubit tangan Rasya pelan, tetapi sangat menyakitkan membuat kekasihnya itu meringis kesakitan.
“Galak banget sih! Emangnya gak boleh ya, kamu itu kan pacar ku sekarang! Jadi jangan protes,” ujarnya yang gemas mencubit balik pipi Nadia yang bulat seperti roti bakpao.
Nadia hanya tersenyum manis, lalu dia bersandar di bahu sang kekasih, sambil menatap keluar jendela pesawat, berharap saat sampai nanti hal yang sebenarnya dia takuti tidak akan terjadi. Walaupun dia percaya dengan Rasya, yang tidak akan lari dari tanggung jawab dan pasti akan menikahinya.
Tak terasa Nadia tertidur, Rasya mengelus lembut rambut kekasihnya tersebut, dia segera mengamil cincin berlian dan memasangkannya ke jari manis sang kekasih.
Nadia yang sebenarnya masih belum terlelap, tersenyum bahagia menerima cincin tersebut
“Sungguh indah” batinya
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments