Seseorang masuk ke kamar rawat tersebut secara tiba-tiba, membuat semua orang di ruangan tersebut pun menoleh secara bersamaan.
“Pa papah di sini?” tanya Rasya terkejut.
Darman menghampiri Danu
“Pak Danu aku ingin anak-anak kita segera menikah, sebelum ada orang yang tahu tentang kehamilan Nadia. Jangan salah paham aku hanya ingin menjaga nama baik keluarga kita,” jelas Darman.
“Aku mengerti! Tapi bagaimana dengan istri anda?” tanya Danu khawatir.
“Kau tenang saja dia sudah merestui hubungan mereka,” ujar Darman berusaha meyakinkan keluarga Nadia.
“Bagaimana bisa padahal dia sudah sangat keterlaluan waktu aku ke rumahnya, dia juga menuduh putriku yang tidak-tidak. Tapi sudahlah mungkin memeng benar dia sudah berubah,” batin Nia tidak percaya.
Semuanya memutuskan untuk kembali ke rumah dan Rasya yang menjaga Nadia di rumah sakit.
“Kamu dengar kata dokter tadi!” ketus Rasya melirik Nadia sekilas.
“Iya aku dengar,” jawabnya singkat.
Sejenak mereka berdua terdiam, tetapi Rasya menatap Nadia dengan sorot mata tajam.
“Kenapa menatap ku begitu? Mending kamu pulang ajah deh kalau gak niat nungguin aku!” ketus Nadia.
“Gak peka!” gerutu Rasya.
Wajahnya terlihat muram Rasya menghela nafas kasar dia berpindah tempat menuju sofa dengan langkahnya yang amat pelan, lalu segera merebahkan tubuhnya dan akhirnya tertidur.
“Dia itu kenapa? Tunggu! Tadi dia bilang apa? Gak peka?” monolog Nadia.
Keesokan paginya Nadia sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Rasya mengantarnya pulang tidak ada satupun kata yang keluar dari Rasya.
“Aduh perutku,” ucap Nadia tiba-tiba.
Rasya yang terkejut menepikan mobilnya
“Perutmu kenapa? Sakit lagi? Kita kembali lagi ke rumah sakit ya!”ucapnya panik.
“Perutku … lapar,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
“Gak lucu tahu,” ketus Rasya.
Dengan perasaan kesal Rasya melajukan mobilnya kembali.
“Aku benar-benar lapar bisa kita makan dulu,” ucap Nadia
Tidak ada jawaban dari Rasya namun dia tetap membawa kekasihnya ke sebuah restoran.
Nadia makan dengan lahap rasa mualnya sudah tidak terasa yang dia rasakan saat ini hanyalah rasa lapar terus menerus.
“Kamu tidak makan?” ucap Nadia masih mengunyah makanan yang belum habis di mulutnya.
“Melihat mu saja aku sudah kenyang,” ujarnya sambil minum kopi yang tadi dipesannya.
Setelah selesai makan Rasya hendak membayar makannya.
“Tunggu di sini aku akan membayar makanannya,” ucapnya lalu beranjak dari tempat duduknya.
“Apa kamu berubah pikiran, Rasya?” tanya Nadia serius.
“Soal apa!” tanya Rasya.
“Menikahi ku, kenapa kamu berubah saat papah mu datang dan bilang jika mamah mu sudah merestui kita. Tapi kamu dari tadi diam saja padaku tidak kelihatan senang,” ujar Nadia.
Rasya duduk kembali ke kursinya melanjutkan pembicaraannya dengan Nadia. Mereka bertengkar hanya karena hal sepele yang mungkin hanya Rasya yang tahu apa penyebabnya hingga dia tidak bicara dari sepulangnya dari rumah sakit.
Wajar jika Nadia merasa kesal dengan sikap Rasya yang seolah mengabaikannya seperti tidak menganggapnya ada, padahal sedari tadi Nadia berusaha mengajaknya bicara, namun jawabannya selalu singkat.
“Siapa laki-laki itu!” tanya Rasya.
“laki-laki? Maksudnya apa, laki-laki yang mana?” ucap Nadia bingung.
“Saat kau pergi dari rumah ku diantar seorang pria kan?” jelas Rasya.
Dengan keadaan bingung Nadia mengingat kembali saat berada di rumah Rasya dia pulang dan bertemu dengan seorang pria. Mungkin saja pria yang di maksud adalah Tirta.
Tiba-tiba Nadia tersenyum dan tidak lama berubah tertawa karena merasa ada yang lucu menyadari kekasihnya sedang cemburu.
Kesal melihat Nadia tidak menjawab pertanyaannya malah tertawa tidak jelas dia meninggalkan Nadia lalu pergi membayar semua makanan tersebut.
Sesampainya di rumah Nadia
“Turunlah! Aku langsung pulang saja salam untuk orang tuamu,” ujarnya tanpa menoleh ke arah Nadia
Bukannya langsung turun dari mobil Nadia menatap kekasihnya dengan tatapan sendu. Dia memegang tangan Rasya begitu eratnya,
“Dengarkan penjelasanku dulu! Maafkan aku waktu itu langsung pergi tanpa pamit dulu, rasa bersalah membuat aku tidak berani bertemu kedua orang tuamu. Demi aku kamu harus pergi dari rumah membuat mamah mu sakit,” jelas Nadia
Rasya masih dengan diamnya seolah tidak ingin mendengarnya dia masih menatap keluar kaca mobilnya.
“Pria itu teman kecil ku dia tetangga sebelah rumah, kami tidak ada hubungan apapun! Kalau masih gak percaya itu terserah kamu, terimakasih sudah mengantarku sampai rumah,” ucap Nadia lalu membuka pintu mobil.
Tangan Rasya menahan Nadia yang ingin pergi,”Setelah menikah kamu jangan pernah dekat-dekat sama pria lain apa lagi sampai diantar pulang seperti kemarin, aku tidak suka!” ucap Rasya penuh penekanan.
“Iya sayang posesif sekali jadi cowo, ” ucap Nadia mendekati Rasya.
Cup
Ciuman Nadia yang mendarat di pipi kirinya membuat Rasya seperti patung karena terkejut. Sedangkan Nadia sudah keluar dan langsung masuk kerumahnya.
Rasya tersenyum sambil memegangi pipinya lalu bergegas melajukan mobilnya dan segera pulang.
***
Pagi harinya
Tidak ingin menundanya lagi keluarga Rasya datang ke rumah Nadia untuk melamar. Mereka membicarakan kapan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan.
Semua persiapan sudah disiapkan oleh kedua orang tua Rasya, dan minggu depan akan dilaksanakan pernikahan mereka.
Kedua keluarga sedang berbincang Rasya memberi isyarat kepada Nadia untuk menemuinya di luar.
“Ada apa?” tanya Nadia menghampiri Rasya.
“Tidak ada! Aku hanya ingin mengobrol denganmu. Apa kamu bahagia, Nadia? Aku sangat bahagia karena akhirnya kita akan menikah,” ucapnya senang.
Rasya memeluk Nadia sekilas lalu mengajak Nadia untuk kembali lagi masuk ke dalam.
Saat di pintu orang tua Rasya keluar untuk langsung berpamitan setelah selesai membicarakan persiapan pernikahan.
Dalam perjalanan pulang Rasya yang masih penasaran dengan sang mamah tiba-tiba memberi restu akhirnya bertanya.
“Mamah kenapa tiba-tiba mengijinkan ku menikah dengan Nadia?” tanya Rasya.
“Sebenarnya Nadia wanita yang baik, sopan, cerdas mamah menyukainya. Tapi sudah turun temurun di keluarga kalau keturunan wijaya harus mencari pasangan yang setara,” jelas Asih.
“Saat kamu pergi dari rumah mamah mu sadar kalau kamu sangat berharga, Rasya. Dia tidak ingin kehilangan putra satu-satunya,” sela Darman.
“Biar gimana pun Nadia sedang mengandung cucu mamah, mungkin jika wanita lain ada di posisinya saat ini mereka akan menemui mamah dan papah lalu memanfaatkan keadaan. Tapi Nadia berbeda sampai sekarang dia tidak mengatakan apapun dan memilih diam, mamah sudah salah menilai dia. Jadi mamah memutuskan untuk merestui kalian,” jelas Asih.
“Terimakasih mamah mau menerima Nadia, dia memang gadis yang baik, tidak banyak menuntut apapun dari ku. Saat aku mengajaknya untuk pergi dia selalu meyakinkan ku untuk pulang dan membicarakan pada keluarga dengan baik-baik, tetapi aku menolak. Aku takut jika mamah akan memisahkan ku lagi dengannya,” ujarnya sambil fokus menyetir.
“Kamu ini nekat banget bawa anak perempuan orang, kalau anak perempuan mu dibawa seperti itu gimana, Rasya!” ucap Asih sambil memukul punggung putranya itu dari belakang.
“Iya, iya mah makanya aku sekarang menyesal bertindak tanpa berfikir dulu,” ucap Rasya.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments