“Terima kasih,” ujar Eve dengan senyum manis di samping Adam yang mulai mengemudikan mobil meninggalkan kampus.
“Untuk apa ?” Adam melirik dengan alis menaut.
“Karena sudah cemburu,” sahut Eve sambil terkekeh.
”Cemburu darimana ? Jangan asal bicara !” gerutu Adam dengan wajah cemberut.
“Yakin ? Nggak apa-apa kalau Mas Adam nggak mau ngaku, saya tetap bahagia.”
“Yakin bahagia karena aku, bukan gara-gara dikasih hadiah sama mantan ?” sindir Adam dengan senyuman mengejek.
“Bukan hadiah dari mantan tapi barang saya yang ketinggalan di kamar kost. Josh mengantar temannya cari tempat kost di daerah sana dan nggak sengaja ketemu sama mantan ibu kost saya yang langsung menitipkan ini untuk saya.”
“Dikenal baik sama ibu kost karena sering nyogok supaya dikasih masuk ke kamar kamu kalau perlu diijinkan nginap ?”
Adam kembali mengerutkan dahi melihat Eve malah tertawa bukannya kesal.
“Tuh kan Mas Adam cemburu sama Josh, kalau nggak mana mungkin kesal begini terus pakai acara gandeng tangan saya sampai ke mobil.”
“Aku nggak cemburu hanya membantu Josh supaya ingat kalau kamu sudah jadi istri orang jadi jangan berharap bisa balik lagi sama kamu.”
“Iya.. Iya.. Terserah Mas Adam aja. Sebagai informasi kalau isi dus ini bukan tentang kenangan saya sama Josh tapi tempat saya menyimpan memori terindah dalam hidup saya bersama cowok kaku dan pendiam yang saya panggil Mas Damdam.”
Adam terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Eve apalagi gadis itu mengucapkannya dengan wajah dan nada bahagia.
”Sayangnya saya nggak bisa menambah koleksi memori itu karena Mas Damdam tiba-tiba berubah menjadi pria pemarah yang menganggap saya sebagai perempuan pembawa sial dalam hidupnya. Entah apa alasannya, dia tidak pernah mau mengatakan pada saya sekalipun sudah 5 tahun berlalu,” lanjut Eve yang kali ini tertawa getir.
Adam masih terdiam, hatinya tercubit tapi mulutnya masih terkunci rapat karena ia belum siap untuk membahas tuntas masa lalunya bersama Eve.
”Tapi tenang aja, saya bukan tipe cewek yang melow dan susah move on. Ke depannya saya akan mulai menyimpan cerita-cerita indah sebagai istri sah-nya Mas Adam.”
Eve tersenyum lebar sambil menatap Adam dari samping. Adam sempat melirik dan hatinya langsung berdesir. Ternyata cinta dan benci memang terlalu tipis bedanya.
Percakapan mereka terputus karena mobil Adam sudah sampai di sekolah Lusia. Eve bergegas turun karena mereka sudah terlambat 20 menit dari jadwal kepulangan Lusia.
Adam melirik dus sepatu yang Eve letakkan di atas jok mobil. Tangannya menyentuh benda itu setelah menelisik tulisan merk dan keterangan ukuran yang ada di sisi kanan. Sepatu yang pernah menempati dus itu adalah hadiah dari Adam saat Eve berulangtahun ke-15.
Kenapa kamu selalu menyeretku untuk kembali ke masa lalu, Eve ? Kenapa sikapmu saat ini seolah-olah berkata kalau sudah sejak dulu hatimu hanya untukku ? Apakah membuka luka lama bisa menyembuhkan rasa kecewa dan penyesalanku, Eve ?
***
“Biar aku yang gendong,” ujar Adam saat Eve tidak berhasil membangunkan Lusia yang tertidur di kursi belakang.
15 menit pertama saat naik ke mobil Lusia masih semangat mengoceh, bercerita tentang ulangan hari ini yang terlalu mudah baginya sementara teman-temannya ada yang mengeluh susah. Lama-lama nada suaranya makin pelan sampai akhirnya menghilanh karena tertidur dengan posisi berbaring di kursi belakang.
Eve kembali dibuat terkejut saat tangan Adam yang lain menggandengnya masuk ke dalam gedung. Eve masih agak canggung karena para karyawan mengenalnya sebagai adik ipar Adam, belum sebagai istrinya.
“Mas Adam nggak takut jadi bahan gibah karyawan ?” bisik Eve saat mereka berdiri di depan lift.
“Silakan aja mereka mau bicara apa, aku kan bukan lagi selingkuh tapi mengajak istri dan anakku,” sahut Adam santai.
Eve tersenyum canggung saat beberapa karyawan yang keluar dari dalam lift memberi salam boss mereka namun reflek melirik ke arah tangan Adam yang masih setia menggandeng Eve masuk ke dalam lift.
Eve hanya diam sampai akhirnya lift berhenti di lantai 5 dimana ruangan Adam berada dan pria itu masih enggan melepaskan tangan Eve.
“Eve, kamu ikut ?” Leo nampak terkejut dan langsung berdiri dari kursinya saat melihat Adam menggandeng istri sambil menggendong putrinya.
“Ehheemm… Kamu nggak lupa sudah mendaftarkan pernikahan saya dan Eve kan ?” sindir Adam dengan mata melotot.
Leo mengerutkan dahi karena bingung dengan pertanyaan Adam padahal bukti laporannya sudah ia kirimkan lewat whatsapp usai menyelesaikan tugasnya.
“Jadi bisa dibilang Eve adalah istri sah saya, iya kan Leo ?”
Mira menahan senyum karena melihat Leo tidak juga menangkap maksud Adam. Leo tidak fokus karena di dalam ruangan Adam sudah menunggu tamu yang tidak pernah disukai Erina dan Eve.
Belum sempat Leo memberikan laporan, Adam yang kesal dengan kelemotan asistennya membuka pintu ruangan.
“Adam, siang banget sih datangnya, aku hampir mati bosan nungguin kamu,” omel seorang wanita yang sudah duduk santai di sofa.
“Ngapain kamu kemari ?” tanya Adam sedikit galak.
“Siska,” desis Eve yang mengintip dari balik tubuh Adam yang tinggi.
“Itu siapa, Dam ?” wanita yang bernama Siska itu beranjak dengan alis menaut, mendekati Adam untuk memastikan perempuan yang mengintipnya di balik tubuh Adam.
“Ooo kamu Evelyn adiknya Erlan, ya ?” tanyanya dengan wajah lega karena berpikir Adam membawa perempuan yang belum dikenalnya.
“Kalian kok bisa datang barengan ?” Alis Siska kembali menaut tapi saat dilihatnya Lusia masih tidur dalam gendongan Adam ia langsung tersenyum.
“Jadi kamu minta bantuan adiknya Erina untuk menenangkan anakmu yang pasti sedih karena habis kehilangan maminya.”
Eve mendongak, menatap Adam yang masih belum bereaksi. Hatinya harap-harap cemas menunggu kalimat apa yang akan keluar dari mulut Adam.
“Kalau ada masalah penting silakan kamu ngomong langsung sekarang, kalau nggak ada tolong lain kali hubungi Leo dulu untuk membuat janji. Aku lagi ingin menghabiskan waktu bersama anak dan istriku.”
“What ? Istri ?” Mata Siska membelalak, tidak percaya dengan pernyataan Adam namun detik selanjutnya ia malah tergelak, menganggap ucapan Adam sebagai lelucon.
“Jangan bilang kamu dipaksa orangtua untuk menikahi adiknya Erina demi anak,” lanjutnya masih dengan tawa yang tidak enak didengar telinga.
“Bukan urusanmu !” sahut Adam dengan nada kesal.
“Wuuiihg galaknya !” cibir Siska. “Mentang-mentang dapat daun muda, kamu langsung nggak mau meluangkan waktu untukku.”
Eve yang berusaha mengambil alih Lusia supaya Adam lebih leluasa berbincang tidak diijinkan oleh Adam.
“Selamat ya,” Siska mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
“Kalian memang keluarga yang kompak sampai bisa membuat Adam tidak bisa lari kemana-mana. Nggak tahu apa Adam yang kurang kreatif atau memang kalian…”
“Jangan ngomong yang aneh-aneh,” potong Adam.
”Tolong kamu…”
“Ya, ya… Aku akan pergi sekarang,” gantian Siska yang memotong ucapan Adam dan mengambil tasnya yang tergeletak di sofa.
“Aku benar-benar membutuhkan teman bertukar pikiran. Hanya sebatas teman kok, Evelyn.”
Siska yang berdiri tepat di depan Adam melirik Eve sambil senyum-senyum.
“Semoga kamu nggak lupa kalau aku, Adam dan Erlan sudah bersahabat sejak dulu dan biasa berbagi suka dan duka bersama, jadi jangan nethink dulu.”
Eve hanya tersenyum, enggan menanggapi ucapan Siska.
“Aku pulang dulu, Dam, Evelyn.”
Eve yang terus menatap Siska sampai perempuan itu menghilang di balik pintu hanya bisa menghela nafas panjang.
Kamu masih belum berubah Siska. Maaf kalau mulutku enggan memanggilmu kakak atau mbak bahkan saat kamu masih jadi pacar Mas Erlan. Bagiku kamu adalah ular bermuka dua yang memanfaatkan kakakku untuk mendekati Mas Adam. Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat Mas Erlan menertawakan firasatku karena menganggap aku terlalu kecil untuk memahami perempuan dewasa, tapi kali ini aku tidak akan membiarkan kamu mewujudkan niatmu mendapatkan Mas Adam karena sekarang dia adalah SUAMIKU.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Luh Kertiasih
datang dah..pngganggu lgi satu...🤪
lnjut Thor...👍
2023-12-10
1
Tri Handayani
wahhh...blm apa"udh muncul ulat bulu,pdahal adam udah mulai membuka hati bwt eve
2023-12-10
2