“Pagi Onti,” sapa si gemoi Lusia saat masuk ke dapur bersama Sumi, perawatnya sejak bayi.
“Selamat pagi, Sisi sayang.”
Eve langsung berjongkok dan memeluk bocah menggemaskan yang sudah mandi pagi dan terlihat segar.
“Sisi ndak sekolah ?” matanya yang masih sedikit bengkak mengerjap lucu.
Terlalu banyak menangis 2 hari kemarin membuat Lusia merasa tidak nyaman dengan kondisi kelopak matanya.
“Onti sudah minta ijin Miss supaya Sisi tidak sekolah dulu hari ini dan besok.”
“Mata Sisi ndak enak.”
“Jangan dikucek,” Eve menahan jemari mungil yang siap menyentuh matanya sendiri.
“Sisi sarapan dulu, onti sudah buatkan banana pancake dengan sirup maple. Selesai sarapan, onti obati matanya ya ?”
Lusia langsung mengangguk dan matanya berbinar senang saat mendengar Eve menyebutkan menu spesial buatan onti Eve yang selalu menjadi favoritnya.
“Sisi tunggu dulu di meja makan, onti buatkan sebentar biar masih hangat.”
Lusia mengangguk-angguk dan bergegas ke meja makan, menarik kursi lalu duduk dibantu Sumi.
Tidak lama kemudian, Eve datang dari dapur membawa 2 piring yang masing-masing berisi 2 potongan pancake. Eve meletakkan satu piring di depan Lusi dan piring lainnya depan kursi paling ujung.
“Buat papi ?”
“Iya, papi belum sarapan,” sahut Eve sambil tersenyum.
Eve menautkan alisnya saat melihat Adam yang baru turun dari lantai 2 lewat begitu saja tanpa menyapa dan melewati sarapannnya.
“Sisi tunggu sebentar, onti panggil papi.”
Lusia hanya mengangguk karena mulutnya sudah mulai terisi pancake.
“Mas Adam mau kemana ?” Eve menahan lengan Adam yang sudah hampir mencapai pintu utama.
Adam langsung menoleh dan menautkan alisnya. Telinganya masih cukup baik mendengar panggilan Eve barusan.
“Mas ?” Adam menegaskan kembali ucapan Eve. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.
“Saya sudah memikirkan semuanya semalam. Saya sudah memutuskan dengan kepala dingin, hati yang tenang dan tanpa tekanan dari siapapun, kalau saya akan menerima takdir sekaligus memenuhi janji saya pada Mbak Erina untuk membahagiakan Mas Adam dan Lusia dengan belajar menjadi istri dan ibu yang baik.”
“Hanya dalam semalam ?” sinis Adam.
“Tidak juga. Mbak Erina sudah meminta saya menikah dengan Mas Adam 4 hari yang lalu dan hari ini adalah hari ketiga pernikahan kita.”
“Kamu pikir keputusan itu bisa menghapus fakta kalau kamu adalah perempuan pembawa sial dalam hidupku ?”
Eve menghela nafas. Meski hatinya sakit setiap kali mendengar Adam menyebutnya begitu, Eve tetap tersenyum dan berusaha biasa aja.
“Saya tidak bisa melarang Mas Adam membenci saya tapi Mas Adam juga tidak bisa meminta saya berhenti belajar mencintai Mas Adam dan Lusia sebagai suami dan putri saya.”
“Silakan kalau itu maumu. Kita lihat siapa yang akan bertahan sampai akhir,” sahut Adam dengan senyuman sinis.
Adam menghentakkan tangannya supaya jemari Eve lepas dari lengannya.
“Tunggu ! Mas Adam mau kemana ? Bukankah kampus memberikan ijin selama 3 hari dan perusahaan itu adalah milik Mas Adam sendiri ? Lagipula Mas Adam belum sarapan. Sisi sudah menunggu di meja makan.”
“Berhenti memanggil saya begitu !” bentak Adam dengan suara cukup keras membuat Eve mundur beberapa langkah dengan mata membola.
“Bisakah Mas Adam menahan emosi di depan banyak orang terutama Sisi ? Jiwanya masih terguncang dengan kepergian Mbak Erina dan pikirannya belum bisa mengerti tentang arti kematian.”
Adam membuang muka ke lain arah dan tarikan nafasnya terdengar gusar.
“Lalu saya harus memanggil suami sendiri dengan sebutan apa ?” tanya Eve dengan nada lembut.
Adam tidak memberikan jawaban, ia berbalik dan bergegas keluar rumah menghampiri Pak Agus yang sudah siap membukakan pintu penumpang belakang.
Eve yang baru saja sampai di pintu utama menautkan alisnya saat melihat Adam bergeming, tidak langsung masuk ke dalam mobil.
Begitu mendengar bunyi remote mobil, Eve baru sadar kalau Adam sedang menatap sosok pria yang baru saja masuk lewat gerbang rumah yang terbuka.
“Selamat pagi Pak Adam;” sapa Josh sambil membungkukan badannya sekilas.
Eve tersenyum dan bergegas ingin menghampiri Josh yang datang membawa tas ransel miliknya. Langkahnya terhenti saat Adam menahan lengan Eve dan mendekati wajahnya ke telinga gadis itu.
“Belum limabelas menit kamu bilang akan belajar menjadi istri yang baik,” bisik Adam dengan nada sinis.
“Begitu melihat kekasihmu datang, lupa dengan ucapanmu sendiri.”
“Saya hanya ingin mengambil barang-barang milik saya,” tukas Eve sambil menunjuk bawaan Josh.
“Wajahmu tidak bisa berbohong kalau kamu begitu bahagia dan bersemangat saat melihat pria itu datang.”
Eve menghela nafas dan langsung memamerkan senyumnya karena posisi Josh sudah berada di dekat mereka.
“Selamat pagi Pak Adam.”
Josh mengulangi sapaannya dan melirik ke arah tangan mantan dosennya yang masih anteng memegang lengan Eve.
Raut wajahnya mulai berubah. Josh tidak bisa menutupi perasaannya yang cemburu melihat Adam memegang lengan kekasihnya sedikit posesif.
Adam tersenyum tipis saat melihat ekspresi Josh. Mantan mahasiswanya yang sedang mengambil program S-2 itu belum mengetahui kalau status Adam dan kekasihnya bukan lagi sekedar saudara ipar.
“Kok kamu yang bawa ke sini ?” Eve melepaskan jemari Adam dan berjalan mendekati Josh. Ia langsung mengambil tas ranselnya namun dilarang oleh pria itu.
“Berat, biar aku yang bawa. Luka di mata kakimu pasti belum sembuh benar.”
“Eh iya, tapi aku masih bisa…”
Eve tampak canggung saat Josh malah menggenggam jemarinya lalu berjalan mendekati Adam yang memasang wajah datar.
“Sudah mau berangkat ke kampus, Pak ? Bukannya masih ada cuti kedukaan ?” ujar Josh sekedar basa basi untuk menghormati Adam sebagai kakak ipar kekasihnya.
“Bukan ke kampus,” sahut Adam dengan nada dingin dan tanpa ekspresi.
“Oh saya kira Bapak sudah langsung mau ngajar lagi.”
Eve membuang muka ke samping karena sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
“Kita masuk saja, Josh, nanti Pak Adam terlambat.”
Eve menarik lengan Josh yang masih menggandengnya membuat Adam tanpa sadar menghela nafas sambil mengepalkan tangan kanannya.
“Onti ! Om Josh !”
Lusia yang mulai kesal karena Eve dan sang papi tidak kunjung datang untuk menemaninya sarapan sudah berdiri di pintu utama. Senyumnya langsung mengembang saat melihat Josh datang.
Hati Adam langsung kesal melihat putrinya tampak senang melihat Josh bahkan bocah itu langsung berlari menghampiri Josh yang sudah siap menangkap dan menggendongnya ke atas kepala lalu mengajak Lusia berputar.
“Josh jangan kelamaan, Sisi baru selesai sarapan,” ujar Eve.
Kedatangan Josh memang bukan yang pertama. Setiap kali Eve menginap di sini, Josh lah yang mengantar dan menjemputnya bahkan Erina pernah mengundangnya makan malam bersama.
Saat itu, Erina merasa sangat bahagia karena akhirnya Eve berhenti menyalahkan dirinya sebagai penyebab kematian kedua orangtua dan kakak tertua mereka dan membuka hati untuk belajar mencintai pria sebaik Josh.
Ketiganya dikejutkan oleh suara pintu mobil yang dibanting dan langsung menoleh ke arah mobil Adam. Ternyata pria itu langsung masuk dan menyuruh Pak Agus berangkat tanpa berpamitan lagi dengan Eve dan Lusia.
“Papi kenapa onti ?”
“Sepertinya papi kesal karena tidak sempat sarapan banana pancake buatan onti,” sahut Eve sambil tertawa.
Lusia mangggut-manggut sedangkan Josh mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan pembicaraan Eve dan Lusia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Sweet Girl
Ndak perlu paham Josh...
2024-02-08
2
Sweet Girl
Ngamuk...
2024-02-08
2
Sweet Girl
Alaaa Josh... kenapa pakek datang...???
Khan Eve sudah jdi Istri nya Adam...
apa kamu belum tau ya...???
2024-02-08
2