“Jadi ini yang kamu namakan istri dan ibu yang baik ? Pergi dengan laki-laki lain tanpa ijin suami ?”
Eve terkejut dan hampir saja memuntahkan air putih yang ada di mulutnya saat melihat Adam berdiri di ujung tangga sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Eve yakin kalau saat ia pulang tadi sebelum berbelok ke dapur untuk mengambil minum, tidak ada siapapun berdiri di situ.
“Saya sudah mengirim pesan untuk minta ijin tapi bapak tidak membuka pesan saya. Ada hal penting yang harus saya selesaikan sama Josh dan sebelum menemuinya saya mengirim pesan lagi ke nomor bapak untuk sekedar memberitahu.”
“Jadi ke depannya kamu akan bertindak seperti ini ?”
“Kenapa dalam hidup perkawinan banyak aturan yang merugikan pihak perempuan,” gerutu Eve.
“Maksudmu ?”
“Kemarin Pak Adam pergi tanpa mau memberitahu saya akan kemana dan baru tadi pagi pulang tanpa penjelasan apa-apa. Apa itu hanya berlaku untuk suami ?”
Adam sedikit terkejut melihat tatapan mata Eve begitu sendu dan menyimpan luka. Untung saja cahaya di sekitarnya agak redup.
“Maaf saya ingin mandi dan beristirahat dulu. Kalau bapak mau memarahi dan memberikan wejangan, jangan malam ini, ditunda sampai besok pagi saja. Saya nggak akan menghindar.”
Adam yang masih kesal menahan lengan Eve saat gadis itu melewatinya hendak naik ke lantai 2.
“Kamu bukan hanya tidak ijin tapi berani membiarkan pria lain memelukmu di depan rumah suami sendiri. Bukan tidak mungkin di belakang saya yang kamu akui sebagai suami, kalian melakukan lebih dari sekedar pelukan.”
“Saya pastikan kalau Josh adalah pria terakhir yang memeluk saya sebagai sahabat meskipun sebetulnya kami masih mengharapkan bisa melakukannya besok dan besok lagi,” sahut Eve dengan senyuman sinis.
“Saya tidak akan membiarkan perempuan semacam kamu menjadi ibu putri saya !” tegas Adam sambil mendekatkan wajahnya ke arah Eve.
“Bapak pikir saya…”
“Berhenti memanggil saya bapak di rumah ini !” bentak Adam dengan suara keras dan cengkraman tangannya semakin kuat membuat Eve meringis.
Eve menarik nafas dalam-dalam sebelum mendongakan wajahnya menatap Adam lekat-lekat dan tiba-tiba ia menghentakkan tangannya dengan keras hingga pegangan Adam terlepas.
Adam sempat mundur saat Eve mendekatinya dan langsung mencengkram kaos Adam dengan kedua tangannya.
“Sampai kapan Mas Damdam akan membenci Eve ? Kenapa selalu menghindar saat ditanya alasan
Mas Damdam membenci Eve ? Kenapa ? Sejak kapan dan apa yang membuat Eve jadi gadis pembawa sial dalam hidup Mas Damdam ? Kenapa ?!” Eve balas berteriak.
“Kenapa Mas Damdam tidak pernah mau menjawabnya ! Eve tahu kalau Mbak Erina dan Mas Damdam diam-diam menganggap Eve menjadi penyebab kecelakaan yang membuat papa, mama dan Mas Erlan meninggal. Tapi kebencian Mas Damdam yang tiba-tiba itu muncul sudah ada sebelum kecelakaan malam itu.”
Air mata Eve terus mengalir di wajahnya tanpa bisa dicegah. Matanya menatap Adam dengan perasaan penuh luka.
Adam terkesima, sudah lama ia tidak mendengar panggilan itu keluar dari mulut Eve. Panggilan yang awalnya membuat Adam kesal karena seperti ejekan akhirnya menjadi panggilan kesayangan Eve kecil padanya.
“Kalian pikir saya tidak merasa bersalah dan membenci diri sendiri karena merasa telah menjadi pembunuh orangtua dan kakak sendiri !” Eve kembali meninggikan suaranya. Sebutan dirinya berubah lagi.
Cengkramannya melemah dan akhirnya terlepas. Eve langsung berjongkok dan menangkup wajah di antara kedua lututnya. Isaknya makin keras membuat hati Adam tercubit.
Keduanya bergeming di posisinya, hanya terdengar isak tangis Eve yang perlahan mulai reda.
Adam maju mundur ingin menyentuh bahu Eve dan sebelum ia mengambil keputusan, Eve sudah berdiri lagi dan sempat terhuyung.
Kedua tangannya mengusap pipinya yang basah tapi tidak bisa kering karena air matanya masih terus mengalir.
“Maaf saya sudah seperti Lusi yang merengek dan hanya bisa menangis. Saya tidak bermaksud mencari simpati seperti yang pernah bapak bilang pada saya. Saya permisi dulu, badan saya benar-benar capek dan perlu mandi.”
Setengah berlari Eve langsung naik ke lantai 2 dan masuk ke kamarnya sedangkan Adam masih berdiri di ujung tangga menatap gadis itu sampai menghilang dari pandangannya.
Adam berjalan ke arah ruang tengah dan duduk di sofa. Beberapa kali ia menghela nafas berat, hatinya kembali diacak-acak, bayangan masa lalu yang indah dan menyakitkan membuat Adam memijat pelipisnya.
Kecelakaan yang merenggut 3 nyawa keluarga inti Eve bukan salah gadis itu. Hanya Adam yang tahu kenapa Eve mengalami demam tinggi di hari pernikahannya dengan Erina.
(Flashback)
“Memangnya Eve kenapa, Ma ?” tanya Erina dengan nada kesal dan raut wajah kecewa.
Pesta pernikahan Adam dan Eve baru saja berakhir di salah satu hotel bintang 3 yang ada di Jakarta. Mengingat jadwal acara yang padat sejak jam 3 subuh, Adam sudah menyiapkan 2 kamar untuk keluarga Erina.
“Daripada pulang lebih baik dia tidur di sini, di luar sedang turun hujan,” ujar Erina masih dengan nada kesal.
Eve sendiri sedang duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya pada pegangannya.
“Papa juga bilang begitu, tapi Eve tidak mau katanya udara di kamar tetap dingin meskipun AC sudah dimatikan. Eve mau pulang naik taksi tapi mana mungkin mama dan papa tega membiarkannya sendirian di rumah dalam keadaan sakit begitu.”
“Mau jalan sekarang ?” Erlan, papa dan Adam yang sempat membahas soal kondisi Eve bergabung dengan mama dan Erina.
“Mas Erlan mau pulang juga ? Kamarnya sia-sia dong,” gerutu Erina.
“Mana aku tega membiarkan papa dan mama mengurus Eve di rumah,” sahut Erlan sambil tersenyum.
“Kamu tahu sendiri bagaimana kondisi Eve kalau sudah demam, dia nggak akan berhenti mengigau kayak anak balita. Lagipula kalau nanti malam panasnya makin tinggi, Mas Erlan akan membawanya ke rumah sakit.”
Adam hanya menjadi pendengar, tidak memberikan komentar apapun meskipun ia tahu apa yang menyebabkan Eve demam tinggi.
2 hari yang lalu Eve nekad datang ke rumah Adam hanya untuk menanyakan alasan pria itu mendiamkannya bahkan membangun medan perang di antara mereka yang sebelumnya sangat dekat.
Adam menolak bertemu dengan Eve meskipun kedua orangtuanya terus membujuk pria itu. Gilanya, Adam melarang siapapun membiarkan Eve masuk ke dalam rumah hingga gadis itu hanya bisa memanggil-manggil Adam dari halaman persis di bawah jendela kamarnya.
Adam yang mendengarkan musik di kamarnya tidak sadar kalau hujan turun begitu derasnya. Saat ia melepaskan headset, suara Eve tidak lagi terdengar hingga Adam berpikir gadis SMA itu akhirnya menyerah. Saat ia berjalan ke jendela, Adam baru tahu kalau hujan turun malam itu dan matanya membola saat melihat Eve baru saja keluar dari gerbang dalam keadaan basah kuyup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Sweet Girl
Ye...ye ye ye... pak Adam akhirnya minta dipanggil Mas Adam.
2024-02-08
1
Luh Kertiasih
spertinya mmg Adam mmpunyai prasaan istimewa kpda eve...tp brusaha utk memungkiri...lnjut Thor...👍
2023-12-07
3
Novi Sri
apa mungkin adam mencintai eve dlm diam
2023-12-07
1