“Eve !” Hani melambaikan tangan saat melihat Eve sedang celingukan di pintu kafe.
Eve tersenyum dan segera menghampiri meja kedua sahabatnya dengan wajah cerah. Pengajuan 2 bab terakhir skripsinya sudah disetujui, hanya ada sedikit perbaikan namun tidak perlu diajukan kembali.
“Gimana ? Aman sama Prof Yusak ?”
“Lolos, tinggal penutup dan kesimpulan aja. Lega banget rasanya.”
“Semoga skripsi gue dan Lisa bisa cepat beres juga kayak elo biar kita bisa barengan diwisudanya,” ujar Hani penuh semangat.
“Pasti bisa. Gue pesan makan dulu, laper.”
Eve memanggil pelayan dan langsung memesan makanan favoritnya di kafe ini tanpa melihat buku menu. Mereka bertiga sudah sering menghabiskan waktu di sini karena selain letaknya tidak terlalu jauh dari kampus, dari sisi harga masih cocok untuk kantong mahasiswa.
“Eve, gue benar-benar minta maaf. Seandainya hari itu gue nggak ngotot ajak kalian berdua foto-foto…”
“Lisa, nggak usah berkali-kali minta maaf kayak gitu,” potong Eve sambil menggenggam jemari sahabatnya.
“Gue udah bisa menerima takdir kalau kepergian Mbak Erina adalah kehendak Sang Pemilik Hidup. Sekalipun elo nggak foto-foto yang membuat kita terpisah dari rombongan atau Husni nggak menjawab panggilan Mbak Erina saat handphone gue dipegang sama dia atau apapun lainnya, itu semua nggak akan bisa menunda suratan hidup Mbak Erina. Gue benar-benar udah ikhlas, Lis.”
“Terus sekarang nasib elo bagaimana ?” tanya Hani.
“Sesuai permintaan terakhir Mbak Erina, gue akan menjadi ibu sambung untuk Lusia.”
“Kalau jadi ibu sambung berarti elo harus menikah sama Pak Adam, dong,” ujar Lisa dengan wajah polosnya.
Eve tersenyum tipis membuat Lisa dan Hani saling bertatapan sambil menautkan alisnya. Tidak lama pelayan mengantarkan pesanan minuman Eve.
“Ya, gue udah nikah sama Pak Adam sebelum Mbak Erina menutup mata.”
“What ?!”
“Beneran Eve ?”
Eve mengangguk sambil tersenyum. Bukan ingin pamer, tapi tidak ada guna juga merahasiakan pernikahannya dengan Adam pada Lisa dan Hani yang selama ini sudah seperti saudara bagi Eve.
“Terus ?” tanya Hani sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Eve.
“Kalian berdua udah MP ? Josh gimana ?” lanjut Hani dengan suara berbisik.
“Iya Eve, apa Josh udah tahu kalau elo nikah sama Pak Adam ?”
Eve menghela nafas dan wajahnya langsung berubah sendu. Hatinya kembali tertusuk karena belum sepenuhnya rela melepaskan pria sebaik dan setulus Josh.
“Baru hari ini gue akan memberitahunya. Gue juga nggak mau menundanya dan berharap Josh nggak akan lama-lama merasa sakit hati,” lirih Eve.
“Pak Adam sendiri gimana Eve ? Apa dia beneran bisa menerima elo sebagai istri pengganti dan berhenti membenci elo ?” tanya Lisa.
“Gue nggak tahu ke depannya, Lis. Saat ini belum ada yang berubah, gue masih sekedar adik ipar buat Pak Adam. Saat ini yang penting buat gue adalah Lusia. Anak itu masih kecil banget, pikirannya belum bisa menangkap arti kematian. Buat Lusi maminya hanya pergi untuk sementara jadi gue udah bertekad, bagaimana pun sikap Pak Adam sama gue dan pernikahan kami hanya sekedar permintaan Mbak Erina, gue selalu akan menjadi ibu pengganti buat Lusia. Mbak Erina nggak mau ada perempuan lain yang membesarkan putrinya selain gue.”
“Semangat Eve. Kita berdua akan selalu mendukung keputusan yang elo ambil,” ujar Hani menggenggam jemari Eve.
“Iya Eve, dan kalau sedang ada masalah, kita berdua selalu siap jadi tempat curhat elo atau kalau elo butuh bantuan apapun, jangan sungkan bilang sama kita berdua.” Lisa ikut menggenggam hingga ketiganya saling berpegangan erat.
“Thankyou my besties,” Eve tersenyum menatap Lisa dan Hani bergantian.
“Sekarang boleh gue makan dulu ? Naga di perut gue udah berontak terus,” ujar Eve sambil terkekeh.
Lisa dan Hani melepaskan genggaman mereka dan tanpa sadar menatap Eve dengan peraaan sedih, terenyuh dengan nasib sahabat baik mereka. Keduanya berharap semoga kehidupan Eve dengan Adam tidak menjadi mimpi buruk yang berkepanjangan.
*****
“Maaf aku terlambat,” ujar Josh yang baru datang belakangan dan langsung duduk di depan Eve.
“Nggak apa-apa, yang penting pekerjaan kamu udah beres kan ?”
“Udah, biasa deadline akhir bulan.”
Josh mengangkat tangannya memanggil pelayan untuk memesan makanan. Dilihatnya Eve baru memesan minuman dan itupun sisa setengah gelas.
“Kamu mau makan apa ?”
Josh berniat menyodorkan buku menu yang sudah dibukanya tapi Eve menolak sambil menggeleng.
“Tadi aku sempat lihat-lihat jadi sudah tahu mau pesan yang mana.”
Josh mengangguk-angguk sambil tersenyum menbuat hati Eve rasanya tidak karuan. Ia buru-buru mengalihkan pandangan dan memesan makanan pada pelayan yang sudah siap mencatat disusul oleh Josh yang menyebutkan pesanannya.
“Gimana tadi dengan Prof Yusak ?”
“Aman sudah lolos hanya dengan sedikit catatan tapi Prof bilang aku nggak usah buat janji ketemu lagi, cukup lewat email dan wa ke beliau kalau sudah terkirim.”
“Wuuih keren, sebentar lagi ada yang menyandang gelar sarjana nih,” ledek Josh sambil menoel dagu Eve yang langsung tersipu malu,
“Doakan saja.”
“Kamu ada masalah apa ? Ikhlaskan saja kepergian Kak Erina, Tuhan pasti punya rencana yang belum kita ketahui tapi pasti baik untuk semuanya termasuk untuk Pak Adam dan Lusia.”
“Iya, aku udah ikhlas kok.”
“Maaf kalau ucapan aku tadi pagi membuatmu tersinggung, tapi sebagai pacar aku tidak bisa berbohong kalau aku khawatir dengan keputusanmu untuk tinggal satu rumah dengan kakak iparmu kecuali dia perempuan. Sebagai sesama lelaki aku paham akan kebutuhan pria apalagi Pak Adam sudah pernah menikah, aku khawatir kalau suatu saat nanti…”
“Bisakah kita membahasnya sesudah makan ? Aku lapar banget, tadi siang cuma makan spagheti sama Lisa dan Hani.”
Josh tertawa dan mengangguk. Meskipun ia menangkap sesuatu yang tidak biasa dari tatapan dan bahasa tubuh Eve, tapi Josh tidak ingin mendesak gadis itu untuk menceritakan kegelisahan hatinya.
Sepanjang mereka makan, Eve memilih jadi pendegar cerita-cerita Josh tentang pekerjaan dan kuliah S-2 nya. Rasanya hati Eve semakin porak poranda karena tidak ingin memutuskan hubungan mereka tapi akan lebih menyakitkan kalau menundanya lebih lama.
“Eve,” Josh menyentuh jemari gadis itu usai menghabiskan makanan mereka.
“Aku sempat bicara dengan orangtuaku hari Minggu kemarin dan mereka…..”
“Josh, tujuanku mengajakmu bertemu malam ini karena aku ingin mengakhiri hubungan kita, Maafkan aku, Josh,” potong Eve sambil menarik tangannya dan berusaha terlihat tegar saat menatap mata Josh.
Eve sudah tahu kelanjutan kalimat Josh barusan dan hatinya malah semakin sakit mendengar fakta kalau pria itu akan membuat Eve jadi wanita paling bahagia malam ini.
“Apa maksudmu, Eve ? Kenapa kamu mengambil keputusan seperti itu ? Jangan bilang kalau Pak Adam sudah berbuat sesuatu padamu.”
“Jangan rusak pikiranmu dengan prasangka buruk seperti itu.”
“Kalau begitu kenapa tiba-tiba kamu ingin hubungan kita berakhir ?”
Eve menghela nafas saat mendengar suara Josh meninggi. Wajah pria itu mulai merah padam. Untung saja Eve memilih tempat agak pojok dan pengunjung kafe bisa dibilang lumayan sepi.
“Karena aku sudah menikah dengan Pak Adam sebelum Mbak Erina menutup mata.”
“Bohong !”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Sweet Girl
Bener Josh...
2024-02-08
1
Tri Handayani
kasian eve...meninggalkan pria sebaik josh....next thorrr
2023-12-07
2
Luh Kertiasih
the best...👍
nex's...!!!
2023-12-07
0