Setelah selesai makan malam Belinda kembali ke rumahnya yang berantakan karena dia sibuk membereskan rumah Evan yang sudah seperti kapal pecah setiap kali si kembar selesai bermain. Dia sibuk dengan urusan orang lain sedangkan urusan sendiri diabaikan tapi tak jadi soal selama dia senang.
Meski lelah, Belinda membereskan rumahnya terlebih dahulu barulah dia pergi mandi. Bisa bersama dengan si kembar ternyata sangat menyenangkan. Dia tidak menduga akan mendapatkan keuntungan seperti itu meskipun mereka berdua sangat nakal.
Belinda segera berbaring setelah dia selesai mandi. Dia jadi ingin segera tidur tapi sayangnya dia tak bisa mengabaikan ponselnya yang berbunyi. Belinda segera menyambar benda itu namun setelah melihat siapa yang menghubunginya dia justru terlihat enggan padahal yang menghubunginya adalah ibu.
Tidak mau mendengar ocehan ibunya yang mungkin akan sepanjang lagu jalan kenangan, Belinda buru-buru menjawab untuk mencari aman. Dia harap tidak ada ocehan yang meminta dirinya untuk pulang karena dia tidak mau.
“Aku sudah mau tidur,” ucap Belinda.
“Kenapa terdengar tidak senang seperti itu?” tanya ibunya pula.
"Aku lelah Mom, aku sudah mau tidur. Apa yang hendak Mommy bicarakan, katakan saja secara singkat jelas dan padat!” pinta Belinda
“Hei, apa itu sikapmu terhadap ibumu? Apa kau tidak senang aku menghubungi dirimu?”
“Bukan begitu, Mommy Jangan salah paham. Sekarang katakan apa yang hendak Mommy bicarakan padaku. Aku akan mendengarkannya .”
“Aku hanya ingin tahu bagaimana dengan keadaanmu di sana. Kau tidak lagi menangisi pecundang itu, bukan?” tanya ibunya curiga.
“Tidak, aku sudah punya idola baru sekarang jadi aku tidak akan menangisinya!”
“Idola baru? Siapa?” kini terdengar suara ayahnya yang mendengar percakapan mereka.
“Daddy tidak boleh tahu, dan kali ini aku pasti bisa mendapatkan idolaku!”
“Dengan tubuh gemukmu itu siapa yang mau, Belinda? Kau sudah seperti gorila dan para pria akan lari ketakutan karena tubuh gemukmu itu!”
“Daddy jahat!” teriak Belinda pada ayahnya.
“Dasar bodoh, kenapa kau mengatai putrimu sendiri? Jika putrimu adalah gorila berarti kau adalah ayah gorila!” ucap ibu Belinda.
“Oh, benar juga dan kau adalah ibu gorilanya!”
“Ya dan kita adalah keluarga gorila!” ucap ibu Belinda lagi.
“Kalian berdua tidak lucu!” ucap Belinda kesal.
“Ayahmu yang tidak lucu, bukan aku!”
"Hei, kenapa menuduh aku?” ucap ayah Belinda.
“Menyebalkan, anak gorila ini lebih baik tidur saja!" ucap Belinda kesal.
“Tunggu, Belinda!” cegah ibunya sebelum Belinda mengakhiri pembicaraan mereka.
“ Ya ampun, Mom. Aku sudah mau tidur karena aku banyak pekerjaan besok.”
“Jangan menjadi orang yang sok sibuk. Memangnya apa yang kau kerjakan? kita bicara sebentar jadi awas Jika kau berani mengakhiri percakapan kita!” ancam ibunya.
“ Memangnya Mommy mau melakukan apa jika aku mengakhiri percakapan kita?”
“Aku dan ayahmu akan pergi ke sana dan menarik pulang jadi jangan coba-coba untuk mematikan ponselmu!”
“Memangnya kau kuat menarik putrimu pulang?” tanya ayahnya.
“Kau lagi, pergi sana!” ibunya justru terdengar mengusir sang ayah yang hanya mengganggunya saja sedari tadi tapi yang dikatakan oleh ayah Belinda memang benar. Mana mungkin mereka kuat menarik Belinda pulang?
“Ayolah, Mommy ingin bicara apa?”
“Dengar, Stuard mencarimu dan ingin bertemu denganmu. Apa kau tidak mau menemui dirinya?”
“Tidak mau, aku tidak mau menemui siapa pun. jadi jangan katakan pada Stuard jika aku berada di kota ini!” pinta Belinda karena dia tidak mau kesenangannya terganggu padahal dia sudah mendapatkan sang idola meski hanya hubungan palsu tapi dia sudah senang karena hubungan yang serius lebih menyakitkan jadi seperti itu lebih baik.
“Kau tidak menangisi pecundang itu bukan?” ibunya kembali bertanya demikian karena dia tidak mau Belinda menangisi pria yang telah menghinanya secara habis-habisan dulu sehingga membuat Belinda jadi seperti saat ini.
“Tidak, sudah aku katakan aku memiliki idola baru jadi jangan mengatakan pada Stuard aku berada di kota ini. karena aku tidak mau bertemu dengan siapa pun apalagi dengan mereka yang selalu menghina dan menertawakan aku!”
“Baiklah, jika begitu. Sekarang pergi tidur, Mommy hanya ingin menanyakan hal ini padamu saja!”
Belinda mengiyakan perkataan ibunya. Stuard atau siapa pun itu, dia tidak mau bertemu dengan mereka lagi. Belinda sudah memeluk bantalnya Karena dia sudah ingin tidur namun suara yang terdengar di luar jendela mengalihkan perhatian Belinda karena seperti ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamarnya.
Belinda segera beranjak dan berjalan menuju jendela. Dia kira itu hanya ranting pohon tapi ketika melihat Evan berdiri di luar jendela membuat Belinda cukup terkejut. Dengan cepat Belinda membuka jendela agar Evan tidak kedinginan di luar.
"Evan!" Belinda bersorak girang dan hendak memeluknya namun Evan segera mendorong wajah gemuknya.
"Jangan memeluk dan membuat aku trauma!" ucap Evan.
“Menyebalkan. Kenapa kau ada di sini, apa yang mau kau lakukan?” tanya Belinda sambil melihat kanan dan kiri.
“Jangan salah paham, aku datang untuk mengantarkan sesuatu,” sesungguhnya dia tidak mau tapi entah kenapa dia jadi ingin melakukannya.
“Mana kedua putramu? Apa mereka sudah tidur?”
“Jika mereka belum tidur maka aku tidak akan bisa datang untuk menemui dirimu!” seperti pencuri yang takut ketahuan Evan pun melihat sekitar karena dia tidak mau ada tetangga yang melihat dirinya lalu mengira dia menyukai si gendut jelek itu sehingga datang menemuinya saat malam hari.
“Kenapa. Apa kau mencari sesuatu?” Belinda pun seperti mencari sesuatu karena dia pikir Evan menjatuhkan sesuatu atau semacamnya di sekitar kamarnya.
“Hm, ini untukmu!” Evan memberikan sesuatu kepada Belinda.
“Apa ini?” Belinda mengambilnya dengan cepat lalu melihat benda yang diberikan oleh Evan dan ternyata itu adalah krim khusus jerawat.
“Jangan salah paham, aku menemukannya di lemari dan aku pikir kau lebih membutuhkannya daripada aku. Jadi gunakan secara rutin agar jerawat di wajahmu itu berkurang!”
“Terima kasih, Evan. Padahal kau tidak perlu repot dan bisa memberikannya besok tapi terima kasih untuk niat baikmu ini, akan aku gunakan nanti.”
"Kau memang harus menggunakannya dan mulai sekarang, lakukanlah perawatan diri dan lihat?" Belida terkejut karena Evan mengangkat dagunya lalu memandangi wajahnya dengan ekspresi wajah yang serius.
"Jika dilihat, kau memiliki wajah yang cukup menarik tapi karena tidak kau rawat jadinya seperti ini. Apa pun yang terjadi sebelumnya padamu dan siapa pun yang menghina dirimu, jangan membuat dirimu hancur. Cintailah dirimu sendiri dan lakukanlah perawatan agar jerawatmu bisa segera sembuh," mendadak dia jadi peduli dengan Belinda.
"Terima kasih, Evan. Aku akan mencobanya."
"Bagus, coba pakai itu dan jika cocok aku akan membelikannya lagi untukmu!" ucap Evan seraya melangkah mundur. Dia harus pergi agar tidak ada yang melihat.
“Terima kasih!” teriak Belinda meski Evan sudah cukup jauh. Evan begitu baik dan dia tidak akan menyia-nyiakan kebaikan Evan.
Evan melompat masuk ke dalam kamarnya melalui jendela, sepertinya dia sudah gila karena dia sedikit peduli pada Belinda tapi saat mendengar perkataan si kembar, entah kenapa dia jadi tidak tega.
Belinda melompat karena girang, dia tidak menduga Evan akan mendatanginya dan memberikan obat jerawat itu. Belinda melihat wajahnya di cermin, benar yang Evan katakan. Selama ini dia tidak peduli pada penampilannya sampai membuatnya jadi seperti itu. Karena Evan sudah bersusah payah mengantarkan obat jerawat itu maka tidak akan dia sia-siakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Muh. Yahya Adiputra
ck.. ternyata nitamu mengumpulkan dan mengoleksi barang pemberian evan untuk kamu jual kembali toch😂😂😂
2024-01-04
0
Muh. Yahya Adiputra
seharusnya kamu buktikan pada mereka kalau kamu bisa berubah jadi cantik, sehingga kamu tdk lagi di hina dan direndahkan 💪💪💪
2024-01-04
0
ᥫᩣ 🕳️ Chusna
cieee yg sudh perhtian
2023-12-30
0