Firasat

"Cepat pertemukan kami dengan Grasmus," jawab Seungmin datar. Ia sudah kesal karena harus menggunakan kemampuannya untuk menghentikan konflik yang sama sekali tak ia pahami.

"B-baiklah, mari ikut aku." Pemuda itu sedikit gugup dengan ekspresi Seungmin dan Minho yang mengintimidasi, jauh berbeda dengan Felix yang terlihat santai.

Mereka mengikuti pemuda berambut biru itu, ia berjalan menjauh dari arah hutan dan malah menuju kota yang bangunannya sudah hancur. "Namaku Noel, aku dari Klan Amigdala, salah satu mata-mata dari kelompok yang dipimpin oleh tuan Grasmus," ucapnya memulai pembicaraan.

"Hai Noel aku Azalea, Grasmus adalah ka_" Oliver sontak membekap mulut Aza. Ia tidak bisa langsung memberitahu identitas aslinya sampai mereka bertemu dengan Grasmus.

"Adalah apa?"

"Grasmus kenalan kami, kami diminta olehnya untuk bertemu dengannya," jawab Oliver, keberadaannya saat ini untuk menjaga Aza agar selalu berhati-hati di planet yang sudah berubah seperti ini.

"Namaku Minho, sebenarnya kenapa Utusan dan orang-orang tadi bertempur?" tanya Minho mengalihkan perhatian Noel. "Dan apa saja yang sudah terjadi di planet ini?"

"Kalian ini bertanya seolah-olah kalian dari luar Anscoup." Noel terkekeh, sejujurnya pemuda ini memiliki pembawaan yang santai dan ramah, juga ekspresif. Hanya saja, ia terkadang sangat sensitif dan mudah curiga terhadap hal yang sangat aneh.

"Saat ini pemerintahan sudah sepenuhnya diambil alih oleh para utusan. Semua kaum selain bangsawan ditahan di district yang baru mereka dirikan, district Zero. Tetapi masih banyak penduduk yang melarikan diri dan mencari persembunyian. Operasi untuk menangkap penduduk Anscoup berkasta rendah semakin digencarkan. Lalu muncul orang-orang yang melawan ketidakadilan itu, mereka mengaku berasal dari kelompok sesat yang hanya mengakui Pangeran tanah para arwah sebagai pemimpin mereka. Mereka dianggap sebagai penjahat oleh pemerintah dan mereka menyebut kelompok mereka sebagai kelompok bulan merah. Lokasi mereka diketahui oleh Utusan dan tak sedikit penduduk yang berlindung di kelompok itu maka terjadilah pertempuran seperti tadi. Bagus juga kau menghentikan mereka karena saat ini, Utusan akan berpikir jika bulan merah memiliki kekuatan lain selain kekuatan bertarung."

"Bagaimana dengan para Klan?" tanya Minho lagi. Mereka berjalan diantara puing-puing bangunan yang sudah hancur itu. Di depan mereka, terdapat bukit kecil yang terletak di tengah kota yang telah hancur. Di sebelah barat tembok raksasa menjulang tinggi membatasi tempat itu.

"Mereka tercerai berai, Grasmus hanya mampu melindungi para tetua Klan dan sedikit Anima. Utusan sedang memburu mereka yang dianugerahi iris mata dewa."

Noel menghela napas pelan, ia melirik Minho dan Dori. "Sejauh ini kelompok oposisi yang dibuat Grasmus tidak pernah melakukan penyerangan. Kita hanya berfokus pada penguatan sistem dan pencarian anggota Klan sebelum mereka tertangkap oleh Utusan. Kalian lihat tembok besar itu? Dibalik tembok itu adalah district Zero, tempat penduduk berkasta rendah di manfaatkan untuk kerja paksa. Ada yang bilang kalau disana terasa seperti neraka."

"Yah, dunia Anscoup saat ini sudah sangat mengerikan. Ada dua kubu yang saling berperang dan kami hanya menjadi kubu lain yang bersembunyi dan terus mengumpulkan kekuatan sampai ramalan dari Syair Legenda terjadi."

"Kenapa kalian tidak bekerja sama dengan Bulan merah?" tanya Oliver, mulutnya akan gatal jika tak ikut campur dalam pembicaraan itu.

"Sudah pernah dilakukan, namun hasil nya sangat kacau. Mereka membenci orang yang diberi kekuatan dari iris mata itu, mereka mengandalkan kemampuan bertarung dengan menganggap pangeran tanah para arwah sebagai pemimpin mereka. Tetapi sebenarnya pemimpin mereka tak pernah ada, bisa dibilang menghilang. Di sana, mereka bertemu Grasmus dan mengira Grasmus telah melakukan sesuatu terhadap pemimpin mereka. Persiteruan terjadi, dan saat itu juga, tiba-tiba Grasmus dapat keluar dari tempat itu, Grasmus bilang kalau ini adalah tanda kalau Pangeran tanah para arwah telah mengikat mate-nya. Sudah lama sih, sekitar setahun yang lalu."

"APA!!"

"Minho, apa kau yakin kalau Han belum bertemu mate nya?" bisik Felix, Minho tersentak, ia menatap Felix dan menggeleng lalu kembali bicara pada Noel.

"Jadi, ada tiga kubu saat ini?" Minho memastikan. Noel mengangguk. Minho melirik Seungmin dan Oliver, ia mengisyaratkan untuk mencatat informasi itu untuk nanti dikirimkan pada Chan dan yang lainnya saat mereka telah membuat alat untuk menangkap radar pesawat Antrax.

"Kita sampai," seru Noel semangat. Mereka berada di depan gudang kecil di dekat bukti. Oliver dan Aza saling berpandangan, melempat tatapan 'sampai dimana? Ini tidak seperti tempat bersembunyi'

"Tetua Klan membuat ruang Ilusi yang sudah diperkuat di depan kita. Gunung ini juga adalah ilusi. Jadi, kita bisa masuk ke dalam gudang itu dan keluar dari pintu belakang gudang untuk ke tempat persembunyian kami." Noel menjelaskan.

"Sebelum itu, kami harus mengetes kalian. Untuk mengetahui apakah kalian musuh tau bukan." Noel melompat mundur kebelakang. Kemudian entah darimana muncul tiga orang berpakaian serba hitam.

Keriga orang itu menyerang mereka dengan belati dan memiliki kecepatan gerak seperti angin. Oliver berhasil menangkis serangan langsung tadi dengan pedangnya lalu membuat orang itu termundur. Felix yang bukan seorang petarung langsung hampir terkena serangan jika Seungmin tidak menghempaskan orang itu. Felix mencoba memasuki pikiran si penyerang namun dihalangi oleh Noel. Ia mengumpat, kenapa saat seperti ini ia harus perang pikiran dengan orang itu.

Seungmin kembali menghindar dengan melempar mereka atau sekedar membelokan arah serangan. Namun orang-orang itu berasal dari Klan Lee, mereka memiliki teknik pengendalian angin yang hebat. Seungmin serang oleh dua orang sekaligus, gerakan mereka yang sangat cepat juga membuatnya sedikit kerepotan.

Oliver melawan satunya secara langsung dengan pedangnya. Sialnya, mereka sangat gesit. Ia juga tidak bisa bergerak bebas karena Aza berada di belakangnya, Oliver harus menghalangi orang itu agar tak menyerang Aza.

Minho sedari tadi mencoba mengendalikan kekuatannya yang terus bergejolak, karena adanya aliran Khy Klan Lee dari ketiga orang itu. Sebisa mungkin, ia mengacaukan kendali angin di tempat itu sehingga membuat pergerakan orang-orang itu melambat. Oliver mengambil kesempatan dengan menyerang orang itu telak dan berhasil melemparkan belatinya lalu mengarahkan pedangnya ke leher orang itu. Tak di sangka, orang itu mampu mengelak ke belakangnya dengan gerakannya yang licin, seperti ular.

Orang itu melayangkan tinjunya pada Aza.

"Aza!!" teriak Minho.

****

"Haah... haah...." Han memegang dadanya yang terasa nyeri, keringat dingin, dan jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.

"Ada apa Han?"

Han melihat sekitarnya. Ah iya, dia sedang berada di dalam mobil dengan balutan pakaian formal dan kacamata hitam. Sekilas ia merasa seperti berada di Anscoup. Disebelahnya, Jeongin dan Hyunjin menatap heran padanya.

"Apa aku baru saja tertidur?" tanya Han.

"Tidak, kau tiba-tiba bersikap aneh."

"Kenapa Han? Apa luka waktu itu masih berdampak?" tanya Chan di kursi belakang.

"Hei, jangan bengong seperti itu sebenarnya apa yang baru saja kau rasakan?" Changbin yang sedang mengemudi teralihkan pada Han yang tiba-tiba bersikap aneh pada saat mereka melajukan mobilnya.

"Entahlah, tiba-tiba jantungku berdegup kencang dan nyeri. Apa mereka yang lewat portal baik-baik saja di sana? Firasatku buruk."

Chan tercekat, ia menatap Han nanar. Apa pangeran tanah para arwah mempunyai koneksi langsung pada Anscoup sehingga bisa merasakan sesuatu meski samar? Atau Han benar-benar memiliki firasat buruk? Tapi jika iya, kenapa hanya ia yang merasakannya.

"Chan kau tahu kan? Kekuatan Minho tidak stabil, kekuatan Seungmin dan Felix bukan tipe pertarung, Oliver juga tidak memiliki kekuatan seperti kita. Apa mereka akan baik-baik saja untuk melindungi Aza di sana?"

Liona menoleh pada Han, "Han, apa mungkin kau bisa merasakan bahaya yang terjadi pada mereka dalam jarak jauh seperti ini?" tanyanya

"Aku tak tahu," jawabnya. Mustahil baginya jika ia mengatakan kalau perasaannya terhubung dengan Aza, jika Han dapat merasakan sesuatu yang juga dirasakan oleh Aza. Termasuk rasa panik dan nyeri tadi.

Chan tersenyum, ia menepuk bahu pemuda yang duduk di depannya itu. "Tenang saja, mereka bisa saling melindungi. Aza bukan gadis yang lemah, dia jauh lebih pintar dari yang kita kira."

"Aku sudah mengajarkannya cara bertarung dengan cara yang sama seperti Changbin. Kekuatan yang dapat mengalahkanku itu sangat mematikan."

Changbin terkekeh, "sialan, itu seharusnya menjadi jurus rahasiaku."

****

"Aza!!"

Aza terkena pukulan tanpa sempat mengelak, tubuhnya terlempar, bibirnya sedikit sobek dan berdarah. Ia meringis merasakan nyeri di lukanya itu. Oliver menghampiri Aza, dengan sorot yang Khawatir. "Kau, kenapa lengah sih?! Jika Minho tidak mengendalikan udara di sekitarmu akan sangat berbahaya tahu!!"

"Maafkan aku," Aza menunduk, ia mengangkat kepalanya dan tersentak saat sosok berpakaian hitam itu hendak menusuk Oliver dari belakang.

Tap

Aza menahan tangan pemuda itu dari samping dan menyilangkannya ke belakang. "Kau tidak boleh menyerang seperti itu." ucapnya yang sudah berpindah ke belakang orang itu. "Aku kunci dulu kekuatanmu ya?"

Tiba-tiba saja orang itu ambruk setelah kekuatannya dikunci oleh Aza. Oliver tersentak melihat kejadian itu. Sejak kapan aza berteleportasi?? Dengan cepat, Oliver mengunci lengan orang itu, agar tak dapat menyerang lagi.

Seungmin masih kerepotan dengan dua orang yang menyerangnya. Ia tak bisa bertahan lebih lama lagi. Sejujurnya ia sangat malas harus bertarung. Seungmin menatap musuhnya tajam. Ia sudah lelah bermain-main. Pemuda itu melemparkan Khy pada kedua kaki orang itu. Sempat meleset, Seungmin membelokan arah Khy itu. Tak sempat mengelak, kaki kedua orang itu berubah menjadi logam dan tak bisa digerakan. Seungmin mengangkat kedua orang itu dengan telekinesisnya. Kemudian menatap Noel tajam.

"Uhukk...." Noel terbatuk, ia mengeluarkan darah di mulut dan hidungnya. Bagaimana mungkin seseorang bisa merusak otak dengan cara memberi mimpi buruk seperti yang dilakukan Felix. Noel menatap Felix ketakutan, ia tersentak saat melihat ketiga penjaga dapat dilumpuhkan.

"Jadi, bisa kita bertemu Grasmus?" tanya Minho. Bahkan Minho dan harimau nya tidak terlibat pertarungan. Apa yang terjadi jika pemuda beraura kuat itu ikut menyerang.

Sialan! Mereka semua monster!!

****

"Wah, aku baru tahu Seungmin bisa sejahat itu jika kesal, harus aku akui caranya cukup cerdas," sahut Liona saat Chan menceritakan kekuatan tersembunyi yang biasa dilakukan para pangeran.

"Dan Felix, apa dia Psikopat? Kenapa harus menghancurkan syaraf-syaraf otak mereka dan membuatnya gila? Seorang pun tak akan bisa melawannya kalau begitu."

"Biasanya ia hanya mengendalikan pikiran musuhnya dengan mimpi buruk. Orang yang tidak akan terkena dampak besar adalah orang yang memiliki kemampuan sepertinya juga. Dengan kata lain, hanya Klannya yang dapat menahan kekuatan itu."

"Mengerikan, jadi ini alasan kau memilih mereka yang pergi dengan potral berdasarkan taktik menyerang nya?" tebak Liona.

"Ahh... Aku harus akui kalau perencanaanmu sangat hebat," puji Han. Ia sudah tak merasakan perasaan itu, mungkin mereka sudah baik-baik saja. Seperti yang dikatakan Chan, Aza akan baik-baik saja.

"Sebenarnya aku tak masalah siapa yang pergi, kami adalah generasi terkuat dalam sejarah Klan di planet Anscoup. Kekuatan kami berbeda jauh dengan kekuatan ketua Klan saat ini. Kami jauh lebih kuat, itulah alasan Grasmus meminta Aza untuk mencari kami ke bumi."

Han menoleh pada Chan. Chan tersenyum bangga, iya, Han tahu kalau Chan selalu mempercayai kemampuan mereka. Wajahnya kembali murung, semakin lama ia semakin sesak, para pangeran akan sangat kecewa padanya. Lebih baik ia menghilang setelah semua berakhir, agar Aza dan Chan dapat bersama.

"Belakangan ini kau selalu murung Han, ada apa?" tanya Changbin. Han lupa bahwa ada satu orang yang sangat peka terhadap perubahannya.

"Aku hanya lelah," ucapnya lalu mengalihkan pandangan jalanan kota Los Angels yang gemerlap.

Mereka sampai di sebuah gedung pencakar langit, banyak wartawan dan mobil di tempat itu. Jeongin menelisik ke arah kerumunan orang-orang itu. Benar saja dugaan nya, banyak mata-mata dan orang-orang mencurigakan di tempat itu.

"Arah pukul tiga, ada empat orang suruhan StarTrip. Orang di depan pintu itu juga mencurigakan, ia hanya melirik pada tamu yang datang, padahan banyak orang mencurigakan di kerumunan para wartawan itu," lapor Jeongin. Han mengikuti arah pandang pemuda itu. Benar saja, ia melihat Glock-17 yang di sembunyikan di kantong belakang seorang wartawan.

"Dengar, aku dan Han akan berperan sebagai bodyguard Liona, Hyunjin menemani Liona di dalam. Jika perkiraanku benar, kami berdua tidak akan diizinkan ikut dalam rapat itu. Aku dan Han akan memanfaatkan timing itu untuk mencari informasi soal StarTrip," Jelas Chan. Mereka semua mengangguk, kemudian keluar menyisakan Changbin dan Jeongin di dalam mobil memantau pergerakan.

Liona dan Hyunjin berjalan duluan dengan Chan dan Han dibelakangnya. Di pintu masuk, mereka di priksa dari segala senjata tajam hal yang di anggap membahayakan. Tentu itu semua tak berlaku untuk Chan yang dapat mengendalikan gelombang elektromagnetik itu.

"Maaf nona, siapa kedua orang ini?" tanya penjaga berbadan besar dengan bekas luka pada pipi kanannya.

"Mereka adalah pengawal bayaranku, aku tak mempercayai pengawalan Aliansi. Bisa kami lewat?" Liona menganggat sebelah alisnya, menantang. Tentu semua orang tahu siapa dirinya yang dilabeli 'anak emas NASA' itu.

Penjaga itu tetap memasang tampang waspada kepada Chan dan Han. "Baiklah silahkan, tapi mereka tak bisa ikut masuk dalam ruang pertemuan."

Liona menggeram kesal, "aturan macam apa ini!? Memangnya kalian menjamin keselamatan kami di dalam?" protesnya.

"Sesuai prosedur yang berlaku, Nona. Semua petinggi juga membawa pengawal pribadi mereka, tetapi demi menjaga kerahasiaan pertemuan, mereka tak dapat ikut kedalam."

Liona mendengus, "ya ya ya atur saja sesukamu, pengawal ku akan menunggu di Lobi." mereka meninggalkan penjaga itu dan masuk ke lobi utama. Liona dan Chan berpisah sesuai rencana yang mereka buat.

"Dengarkan aku, gedung ini memiliki banyak spot untuk CCTV. Sangat sulit mencari titik butanya. Berbaur dengan yang lainnya dan dapatkan informasi sebanyak mungkin." Changbin mengarahkan dari kamera dan mikrofon yang tersemat di aksesoris mereka.

"Wahh aku merasa seperti orang penting," ucap Hyunjin.

Liona terkekeh, "suasananya akan berubah saat rapat ini dimulai."

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!