Aza memejamkan matanya sambil memeluk Dori erat, lubang itu menariknya sangat kuat kedalam dimensi itu. Juga dengan gelombang-gelombang yang berwarna yang terasa memusingkan mata. Ia dapat melihat berbagai rasi bintang yang dilaluinya, membentuk pola yang sangat rumit namun cantik. Salah satunya adalah rasi bintang Lyra bintang musim panas yang selalu ia nantikan kemunculannya dimalam hari. Aza termenung mengingat pesan terakhir ayah dan kakeknya, ia tidak cukup percaya diri untuk diemban tugas besar seperti ini. Tetapi bagaimanapun memang ialah satu-satunya orang yang bisa mengembalikan semua ketidakteraturan alam semesta ini. Menutup lubang cacing menuju planet Anscoup dan mengusir para time traveller itu.
"Kemana kita selanjutnya Dori?" tanya Aza pada kucing lucu didekapannya.
"Kita harus mencari tuan Bang, karena dia adalah pemimpinnya."
"Siapa itu tuan Bang?"
"Dialah sang pemimpin dari para pangeran itu, Cristopher Bang Chan."
"Dimana kita akan bertemu dengannya?" tanyanya bingung.
"Entahlah, tapi menurut salah satu syair legenda, kau tidak akan mencari dia, karena dialah Sang pemimpin yang akan menemukan kita, dan memberikan kita kebebasan," ucap Dori yang melantunkan salah satu penggalan syair itu.
"Aku tidak mengerti dan tidak punya rencana," guman gadis itu putus asa. Aza menurunkan bahunya lemas, ia tak kenal Sang pemimpin dan juga pangeran-pangeran yang lain.
"Semangat aza!! Kita baru akan mulai kau harus optimis, demi Anscoup yang damai -miaaw," ucap Dori menyemangati
Aza tersenyum tipis mengangguk dengan mata berbinar menatap portal putih yang semakin terlihat, "Semangat~ aku pasti bisa mencarimu."
Portal itu semakin dekat dengan cahaya putih yang sangat menyilaukan, Aza menutup matanya merasakan medan gravitasi yang sangat kuat menariknya kedalam portal itu, sempat terjadi gemuruh dan beberapa guncangan yang menulikan telinga. Aza terdorong keluar portal itu, ia tidak dapat menahan keseimbangannya dan jatuh tersungkur di pinggir sungai. Masih dengan mata yang terpejam, tak berani melihat apa yang ada di depannya ini, tetapi jika ia benar-benar jatuh ia akan merasakan sakit dan juga dentuman yang lumayan keras, tetapi ia tidak mendengar apapun. Helaan napas seseorang terdengar di telinganya, Aza tersentak membuka matanya. Matanya membelalak terkejut saat menyadari pendaratan yang sangat aneh itu. Tubuhnya menimpa tubuh seorang pemuda yang kini sedang meringis merasakan sakit di kepalanya.
Iris matanya bertubrukan dengan iris pemuda itu. Begitupun pemuda itu yang tertegun menatap mata abu-abu gadis di depannya. Bang Chan terpana melihat wajah gadis berkulit putih dan secerah bulan itu dengan mata abu-abunya yang ia kira itu adalah lensa kontak.
"Maaf," cicit Aza yang tersadar kemudian bangun dengan pipi yang memanas itu. Ia menghampiri Dori Sang kucing lalu menggendongnya.
"Ahh iya, kau tidak apa-apa?" tanya Bang Chan, pemuda itu berdiri membersihkan pakainnya dari rumput dan tanah kering ini.
"Iya," gumam Aza pelan.
Terjadi kecanggungan antara keduanya, Bang Chan menggaruk tengkuknya salah tingkah bingung harus bicara apa.
"Eumm maaf soal tadi, aku tidak tahu kalau ada makhluk bumi– ehh maksudku orang di tempat aku mendarat." Bang Chan mengerutkan keningnya mendengar cara bicara yang sedikit aneh dan terasa familier baginya.
"Yah tidak apa-apa, meski aku bingung bagaimana bisa kau jatuh dari atas sana, ohh tunggu, apa kau ini bidadari?" godanya. Aza membelalakan matanya menggeleng kuat, sukses membuat Bang Chan tertawa, tawanya yang mempesona dan suara yang yang lembut membuyarkan fokus gadis itu.
"Eum kau kenapa bisa ada– kucing itu!!" ucapnya kaget saat melihat kucing yang sedang di gendong Aza, refleks Bang Chan mundur menjauh dari gadis itu. Dori melepaskan diri dari Aza dan melompat kearah Bang Chan.
"Ahhh menjauh dari ku!!" teriaknya menghindari Dori. Aza menatap keduanya tak mengerti, ia mendekati Bang Chan dan menahan lengan pemuda itu.
Mungkinkah? Syair legenda itu...
"Ada apa ini?" tanyanya bingung.
"Darimana kau dapat kucing itu?!" tanyanya panik, ada rasa ketakutan saat melihat Dori yang dengan santai mendekat kearahnya.
"Christopher Bang Chan, Sang pemimpin," gumam Dori, Aza tersentak menatap pemuda disebelahnya itu, dia adalah orang itu? Tanya batinnya tak percaya.
ialah Sang pemimpin yang akan menemukan kita, dan memberikan kita kebebasan, ia tidak perlu dicari. Karena sejatinya semesta akan membawakannya untuk kita yang mencarinya... Sang Pemimpin, Christopher Bang Chan.
"Christopher Bang Chan?" ulang Aza, pemuda Chris itu menatap Aza tak mengerti, ia mulai bergerak risih, dan berjalan mundur menjaga jarak.
"Siapa kamu?" tanyanya.
"Ku bilang siapa kamu!!!" gentaknya pada Aza, "Bagaimana kucing itu disini? Bagaimana bisa??" monolognya.
"Kau–" gantungnya, Aza berjalan mendekat ke arah pemuda itu yang memasang ancang-ancang ingin menghindar. "Bantu aku!!!" teriak Aza ia berlutut di depan pemuda itu.
Bang Chan tersentak kaget mendengar permintaan gadis itu, ia tak mengerti sama sekali dengan situasi ini. "Bantu aku Christopher Bang Chan, Sang Pemimpin. Bantu aku menyelamatkan planetku," ucapnya memohon. Bang Chan hanya bisa membatu dengan permohonan gadis itu, di satu sisi ia masih tidak mengerti apa yang dikatakan gadis itu, di sisi yang lain firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi kepadanya.
"Bisa kau jelaskan dulu siapa dirimu? Dan ayolah jangan berlutut seperti itu!! Aku bukan dewa–" ucapannya tersentak saat mengucapkan kata itu, Dori mendekatinya kemudian melompat kearah pemuda itu.
"Kau adalah Pangeran itu!! Pangeran dan Sang pelindung planet Anscoup, Christopher Bang," ucap Dori.
Bang Chan mengusap peluh di wajahnya frustasi, "tunggu dulu, apa ini?" Bang Chan menatap tajam Dori. "Hei kau Kucing, bagaimana bisa kau ada di sini?" tanyanya pada si kucing.
"Portal yang kau hancurkan bersama para Pangeran telah membuka jalan dimensi ke planet Anscoup, dan para time traveller berhasil memasukinya dan menginvasi planet kami. Kini Anscoup tidak ada pelindung, penduduknya dibantai habis oleh manusia yang ingin menjadikan Anscoup tempat hunian baru mereka untuk bumi di masa depan, hanya kau dan para Pangeran yang dapat menyelamatkan planet kami. Jadi tuan Chan, kembali kesana bersama para Pangeran –Miaww."
Bang Chan terkejut dengan fakta yang baru ia dengar itu, ia kira saat dirinya dan para penjaga portal meninggalkan planet itu, semuanya akan berjalan baik-baik saja. Planet itu telah menorehkan memori menyedihkan baginya dan teman-temannya. Diskriminasi atas dasar standar hidup membuatnya muak dan memutuskan melarikan diri, dan sekarang, karena keputusan nekatnya di masa lalu, planet Anscoup berada dalam kepunahan massal.
Rasa bencinya pada planet itu memintanya untuk tidak peduli dan membiarkan planet itu hilang selamanya, namun rasa bersalah mulai menyelimutinya, kesalahannya telah membuat sebuah kehancuran yang jauh lebih parah daripada rasa sakitnya pada planet itu.
"Hei kau, bangunlah! Jangan berlutut seperti itu. Aku bukan dewa."
Aza mengangkat kepalanya, menatap wajah si pemuda dengan penuh harap. "Kau bersedia membantuku?" tanya gadis itu.
"Eumm begini, siapa namamu?"
"Azalea, kau bisa panggil aku Aza tuan."
"Aishh jangan panggil aku dengan sebutan menggelikan itu!! Kau membuatku frustasi." Bang Chan mengacak-ngacak rambutnya bingung. Pikirannya campur aduk. Bagaimana bisa ia memulainya kembali, 'Orang-orang itu' sudah sulit untuk ditemukan dan diajak kembali ke tempat itu.
"Aku tidak bisa," putusnya, Aza membulatkan matanya tak percaya dengan jawaban pemuda di depannya. Dori berjalan mendekat dan melompat ke sisi tubuh Aza.
"Tuan Chan, kami mohon. Setidaknya bantulah kami atas rasa kemanusiaan mu, planet itu berada dalam kepunahan," pinta Dori, mencoba membujuk Bang Chan. Dori yakin bahwa Chan akan membantunya, ia memiliki tekad yang kuat dan kepedulian besar terhadap orang disekitarnya. Dewa Anscoup mempercayainya sebagai pemimpin bukan tanpa alasan.
"Kau tidak paham, banyak yang terjadi setelah kami pergi dari planet itu!! Mencari dan menyatukan mereka kembali bukanlah hal mudah!!" sentaknya, emosinya mulai naik saat mengingat masa-masa sulit yang dilaluinya di bumi ini.
"Mereka hanyalah anak-anak yang tersesat..." tubuhnya ambruk berlutut ketanah, Aza melihat pemuda di depannya telah melewati banyak hal yang menguras emosinya, meninggalkan memori menyedihkan yang tak ingin ia ingat dan buka kembali.
"Aku dan Dori bersamamu Tuan Chan, apapun yang terjadi aku ditugaskan untuk mencari kalian dan membawa kembali kalian ke planet Anscoup. Kau tidak melakukan ini sendirian!! Semangatlah Christopher Bang, ayo kita lakukan bersama-sama!!" ucap Aza, ia bangkit dan memegang tangan pemuda itu. "Aku memang tidak mengetahui semua hal yang kau alami di masa lalu, tapi aku yakin masa depanmu akan jauh lebih berharga untuk kau perjuangkan, takdirmu adalah melindungi orang-orang yang kau sayangi, membuat mereka bahagia karenamu. Maka dari itu bantu aku untuk menyelamatkan planet Anscoup, aku mohon..."
Bang Chan tersentak dengan ucapan gadis di depannya, pikirannya campur aduk, ia tak yakin untuk memulai kembali perjuangannya, ia tak ingin sesuatu yang buruk kembali terjadi, tapi bagaimanapun ia akan merasa berdosa jika Anscoup musnah, karena ia dan teman-temannya lah yang menyebabkan itu semua terjadi.
"Baiklah, aku kan bantu kau menyelamatkan Anscoup dan mencari pangeran yang lain." Aza mengankat kepalanya, matanya berbinar menampakan kebahagiaan, Bang Chan terkekeh melihat ekspresi gadis itu.
"Dengan satu syarat, kau!" menunjuk Aza.
"Harus jadi Ratu yang baru saat kami berhasil mengusir para time traveller itu dan menutup lubang cacing itu. Bagaimana setuju?"
"Apa? Kenapa harus aku??"
"Karena aku yakin kau bukan orang biasa, dari iris matamu kau adalah salah satu pemilik iris mata dewa, datangnya kau kemari telah meyakinkanku bahwa Grasmus tidak salah menentukan pewaris," jelas Bang Chan. Aza semakin mengerutkan kening tak paham.
"Yang diperbolehkan menjemput para pangeran hanya Sang ratu, bukan begitu Dori?"
"Ahh aku sebenarnya tak ingin memberi tahu ini, Aza. Bang Chan kau benar-benar tak pernah berubah," jawab Dori santai, ia kembali berselonjoran santai dengan Aza yang tertegun.
"Bagaimana bisa aku? Aku tidak bisa untuk menjadi–"
"Yang boleh menjemput kami hanyalah Sang ratu. Aku hanya ingin bekerjasama dengan Sang ratu. Jika kau tidak ingin menjadi ratu maka aku tidak ingin membantu. Memangnya aku mau mengorbankan diriku hanya untuk gadis biasa," ucap Chan acuh, ia bangkit menatap air sungai dan matahari yang akan tenggelam.
"Kau tak ingin menjadi ratu? Baiklah silahkan pulang aku tak bisa membantumu."
"Baiklah, aku akan menjadi ratu planet Anscoup. Ku mohon bantu aku menyelamatkan planetku Pangeran Chan."
Bang Chan berbalik sembari menyeringai, "Apa yang bisa saya bantu, ratu Azalea?"
*****
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments