Swingg....
Gubrak....
"Sialan, bahuku tergores peluru nyasar," umpat Liona. Mereka sampai di markas Antrax dengan pendaratan yang tak mulus.
"Aku ingat kejadian ini. Saat Aza membawa paksa aku dan Han di pelabuhan itu," keluh Hyunjin memegangi kepalanya yang kian terasa pusing.
"Changbin, kau tak apa?" tanya Han, Changbin mengangkat jempolnya dan duduk bersandar pada tembok, kepalanya juga terasa pusing, ia sudah melewati ambang batas kemampuannya. Teleportasi tadi adalah sisa energi terakhirnya.
"Liona, apa kau baik-baik saja?" tanya Jeongin yang melihat darah menetes di bahu wanita itu.
"Aman," jawab Liona. Ia mekan tombol panggilan di meja di ruangan itu. "Sky, bawakan aku mantel dan kotak P3K!" ucap gadis itu memanggil rekannya di mikrofon kecil dekat tombol itu.
"Anda baik-baik saja nona? Kapan Anda tiba?" tanya Sky di mikrofon kecil di meja itu.
"Ya, aku baik-baik saja. Kami baru saja berteleportasi," jawab Liona.
"Saya akan datang sebentar lagi." mikrofon itu dimatikan Liona duduk bersandar di kursi itu. Ia memejamkan matanya kemudian terkekeh pelan. "Sudah lama sekali aku tak dikejar orang-orang itu. Mereka semakin brutal saja," gumam gadis itu masih memejamkan matanya.
Hyunjin membuka jaket yang ia kenakan dan memberikannya pada gadis itu. "Tutupi bahumu sementara dengan ini," ucapnya.
"Terima kasih."
"Woah lihat! bagaimana Han melakukan ide gila dan kita yang nyaris mati jika Changbin terlambat sedikit saja!" seru Chan berdiri antusias. Ia merangkul Jeongin di sebelahnya. "Ini seru bukan? Aku merasa sedang berada di film-film aksi." ucapnya pada pemuda itu.
"Akan lebih seru jika ku panggil Pheonix dan bakar orang-orang itu," jawab Jeongin skeptis.
"Pheonix akan kita gunakan untuk pergi ke luar angkasa, kau ingat? Kau harus menyimpan energi sebanyak mungkin," timpal Han.
"Aku tak menyangka kau bisa menembak sebaik itu, Han," komentar Liona, Han bergidik waktu melihat darah di bahunya, walaupun itu hanya luka gores, tetap saja luka itu robek cukup besar.
"Mingju mengajariku, aku sering berlatih dengan Changbin," jawab pemuda itu. "Sebaiknya kau cepat obati lukamu, aku tak habis pikir kau masih bisa santai meski sudah terluka," ucap Han.
Liona terkekeh pelan, "kau kira berapa tahun aku melarikan diri dari kejaran Graham dan Fredo? Aku bahkan sudah hampir masuk rumah sakit karena itu," jawab Liona. Hyunjin melebarkan matanya mendengar jawaban gadis itu.
Pintu terbuka menampilkan Sky yang membawa kotak P3K dengan mantel panjang. Ia membelalakan matanya melihat Liona yang terluka. "Nona! Apa ada penyerangan saat kembali?" tanya Sky dengan raut wajah khawatir, ia memberikan kotak P3K dan mantel itu pada Liona.
"Aku baik-baik saja Sky, ini hanya luka kecil, dan ya kami sempat di kepung tadi." Liona membuka kotak itu, ia membersihkan lukanya dengan kapas yang sudah dibasahi air hangat, sedikit kesulitan karena luka tersebut berada di bahu kanannya, kemudian ia mengoleskan salep luka racikan tim medisnya.
Hyunjin menatap Sky yang diam saja membiarkan Liona mengobati dirinya sendiri. Sky menoleh dan mendapati Hyunjin yang menatapnya bertanya.
"Nona Liona tidak pernah mengizinkan siapapun mengobatinya selain dirinya sendiri," jelas Sky menjawab tatapan bertanya itu. Pangeran yang lain mengangguk paham dan melihat wanita tangguh itu. Liona benar-benar makhluk yang sempurna dan serba bisa.
"Yah, tidak setiap luka aku obati sendiri, bisa bantu aku membalut luka ini," ucap Liona.
"Ah, biar aku bantu," tawar Hyunjin, Liona tak banyak bicara, ia mempersilahkan pemuda itu menutup luka di bahunya dengan kasa. Walau sedikit meringis karena rasa ngilu dari luka itu sendiri.
"Nah sudah," ucapnya lalu membantu memakaikan mantel panjang itu.
"Jadi, StarTrip sudah tahu pergerakan kita," ucapnya membuka percakapan.
"Sepertinya mereka yang berangkat kemarin itu tak semuanya," gumam Chan.
"Mereka masih mengincar Han. Ini berbahaya jika kita ketahuan melakukan perjalanan bintang juga. Mereka akan mengejar dan menyerang kita di luar angkasa sana," tambah Changbin.
"Kita tak punya pilihan lain selain menyerang." Hyunjin mengangkat bahunya.
"Ya, kau benar. Atau Chan, bagaimana jika kau tutup lubang cacing di tata surya itu agar mereka tak bisa menyusul kita," usul Liona. Semua pangeran menoleh pada Chan.
"Ini akan sedikit beresiko." Chan menimbang ucapannya. "Kalian akan sedikit sulit untuk kembali," lanjut pemuda itu.
"Tak masalah, karena niat awalku adalah menghancurkan StarTrip dan menjelajahi galaksi kembali. Setelah dari planet mu aku akan menjelajahi antariksa dan mencari jalan ke tata surya," jawab Liona.
"Melihat kalian aku seperti kembali memiliki tim." Liona tersenyum ramah. "Sebaiknya kita juga mulai berlatih bertarung dan kalian harus mengendalikan kekuatan kalian juga."
"Kau benar, aku harus melatih ilmu pedang ku," sahut Han.
"Malam ini akan ada pertemuan dengan dewan keamanan PBB dan juga NASA, aku berencana memaparkan pesawat kita pada para pimpinan. Ya, untung-untung kita bisa mendapat izin untuk meluncurkannya," ucap Liona,
"Apa kami perlu ikut?" tanya Chan.
"Aku tidak yakin, tapi sepertinya perlu di coba. Aku akan memperkenalkan kalian sebagai tim baruku, karena dua orang dari tim yang lama sepertinya sudah di rekrut kembali oleh StarTrip."
"Baiklah, kami akan ikut bersamamu. Jaga-jaga akan ada penyerangan susulan di tempat itu, kita harus bersiap," ucap Chan.
"Aku setuju, tetapi menggunakan kekuatan kita akan terlihat sangat mencolok bukan?" sahut Hyunjin.
"Kita hanya bisa menggunakan senjata dan seni bela diri kita." Han menambahkan.
"Dan yang ahli dengan itu adalah Han dan Changbin. Tapi sepertinya semua orang sudah kenal siapa Changbin."
"Kau benar Hyunjin, sepertinya hanya beberapa orang saja yang ikut dengaku, sisanya mengawasi dari luar."
"Bagaimana jika aku, Han, dan Hyunjin yang menemanimu? Changbin dan Jeongin akan mengawasi dari luar. Jeongin memiliki mata yang tajam seperti elang untuk urusan mengamati," usul Chan.
"Aku setuju," ucap Hyunjin. "Kau juga butuh orang tampan seperti aku untuk meyakinkan orang-orang itu," lanjutnya, yang lain mendengus mendengar ucapan pemuda Hwang itu.
"Keberadaan Han dalam pertemuan itu akan sangat berbahaya, Chan," komentar Changbin.
"Aku akan menyamar," usul Han.
"Apa kau yakin?" tanya Chan.
"Kalian tak mengenal aku? Memangnya siapa pemuda hebat yang bisa menipu model papan atas puluhan juta? Tentu saja cuma aku!"
"Sialan kau Han," umpat Hyunjin.
"Baiklah sepertinya sudah disepakati. Changbin dan Jeongin mengamati dari luar. Chan, Han dan Hyunjin akan ikut bersamaku ke dalam. Sebaiknya persiapkan diri kalian tuan-tuan." Liona tersenyum, ia berdiri dan membuka knop pintu. "Aku harus ke ruang medis untuk menjahit lukaku, permisi." ia berlalu meninggalkan ruangan itu.
"Han, apa yang kau rencanakan?" tanya Changbin datar.
"Ahahahah.... Kau selalu tahu apa yang sedang aku sembunyikan ya, Changbin."
"Wow lihat ini, kau selalu bermain rahasia, cih, apa pangeran para arwah harus selalu seperti itu?" Hyunjin mendengus kesal.
"Ck, santai sedikit lah. Kalian sepertinya sangat curiga padaku ya, eoh."
"Kau kan selalu bertindak bodoh, itu sebabnya kau dibawah pengawasan Chan dan juga Changbin," sahut Jeongin.
"Sudahlah biarkan Han dengan rencananya sendiri, lebih baik kita beristirahat." Chan bangkit dan keluar dari ruangan itu. Saat ini, aku lebih mengkhawatirkan mereka yang di portal itu. Aza, apa kau baik-baik saja.
****
Di portal menuju Anscoup....
"Kita akan segera sampai." Dori mengumumkan.
Saat ini, Minho, Felix, Seungmin, Oliver, Dori dan Azalea berada di ruang dimensi, lorong tak berujung yang selalu mengalir dan memberi dorongan energi yang membuat mereka terbawa hingga menuju portal keluar. Cahaya putih di depannya semakin membesar dan menyilaukannya, mereka akan keluar dan mendarat. Terakhir kali Aza menggunakan portal itu, ia bertubrukan dengan Chan, awal yang membuatnya berhasil membawa kembali para pangeran.
Slingggg.... ctasss....
Mereka mendarat dengan baik, hal yang mereka sadari adalah Anscoup yang sudah sangat berbeda. Langit yang berwarna merah dan suara bising senjata terdengar dimana-mana. Mereka mendarat di belakang gedung yang hampir hancur. Aza ingat tempat ini, ini adalah tempat terakhir ia melihat sosok kakeknya. Apa portal dimensi membawanya kemari berdasarkan tujuan yang ia pikirkan? Karena saat di dalam portal ia terus memikirkan kakeknya.
Oliver tertegun dengan pemandangan yang ia lihat. Ini bukan mimpi, planet itu benar-benar ada. Lagit merah, bangunan bertingkat dengan kubah sebagai atapnya, dan suara bising mesin dan senjata yang memekikan telinga. Melihat kekacauan yang ia lihat, Oliver menyadari kalau StarTrip benar-benar telah menginvasi planet ini.
Oliver merasa malu sebagai Manusia bumi yang melihat hal keji ini. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ayahnya sudah sangat keterlaluan, apa yang ayahnya inginkan dari hasil menguasai planet lain? Bukankah lebih baik StarTrip bekerja sama dan membentuk aliansi baru untuk mencari planet berpenghuni lainnya?
Melihat respon Oliver, Seungmin sepenuhnya paham apa yang gadis itu rasakan. Sudah tak ada waktu untuk menyesali sesuatu yang sudah terjadi, walau ia tahu, Oliver juga sudah lama bekerja di StarTrip dan pasti ada salah satu hasil karyanya di StarTrip. Pemuda itu melirik ke kanan, terdapat rumah penduduk yang sudah hancur, perkebunan dan tanaman di halamannya pun sudah rusak dan terbakar. Dilihat dari struktur bagunan tempat ini, ia yakin bahwa saat ini mereka berada di daerah kaum petani dan buruh, yang berarti, StarTrip benar-benar membasmi penduduk berkasta rendah.
Bagaimana dengan para Klan? Apakah mereka juga di ekploitasi atau malah bekerja sama dengan StarTrip? Seungmin harus memastikan ini. Ia melirik Dori yang mulai bertingkah aneh, Dori terus menjilati tangan dan kakinya juga sedikit menggeram.
"Minho, apa yang terjadi pada Dori?" tanya Seungmin.
"Dia akan bertransformasi ke bentuk asli," jawab Minho. "Aku akan melepas segel mu sekarang Dori."
Minho melepaskan cahaya putih ke tubuh kucing itu. Bulu-bulu kucing itu rontok dan terdengar geraman kecil. Semakin lama tubuh Dori semakin membesar dan gigi taringnya memanjang. Dori bertransformasi menjadi makhluk lain yang menyeramkan. Semacam harimau namun memiliki taring yang panjang. Oliver bergidik ngeri melihat wujud asli kucing menggemaskan itu. Ia tak menyangka bahwa para Anima ternyata dapat berubah wujud.
"Kenapa kau mengubah wujud asli Dori, Kak?" tanya Felix.
"Klan Lee memiliki Anima yang terikat dengannya, Anima sendiri adalah makhluk Immortal yang berasal dari tanah para arwah, mereka adalah makhluk asli planet ini. Wujud asli para Anima sebenarnya sangat menyeramkan terlebih dengan kekuatan alam yang dimilikinya. Han sebagai raja dari para makhluk immortal menekan kekuatan para Anima dan menyeimbangkannya dengan Klan Lee. Hanya ketua Klan dan penerus terkuat saja yang dapat mengubah wujud asli para Anima. Aku mengubah wujud Dori karena saat di Anscoup kekuatan ku akan semakin membesar, wujud Dori yang sekarang lah yang dapat menahan kekuatanku."
"Jadi, kau adalah penerus terkuat Klan mu?" tebak Oliver.
"Iya. Dulu sebelum aku terkurung di district 9 bersama para pangeran Klan yang lain. Tapi sekarang aku tidak tahun siapa penerus yang baru, karena saat itu aku menghilang dari Anscoup."
Mereka melanjutkan perjalanannya ke arah hutan, Aza yakin ia dapat mencari kakeknya di dekat sini. Dan juga, hutan adalah tempat persembunyian teraman di Anscoup. Oliver sedari tadi sudah merasa ganjil dengan suasana ini. Terdengar suara bising dimana-mana tetapi tak ada seorangpun yang mereka temui, baik itu prajurit Anscoup, StarTrip, bahkan penduduk. Apa mereka benar-benar sudah sampai di planet itu. Ia menghentikan langkahnya, membuat yang lain menoleh padanya.
"Ada apa Oliver?" tanya Felix.
"Tidak kah kalian merasa ada yang ganjil di tempat ini?" tanya nya.
"Hmmm aku tidak merasakan apapun selain suara bising itu. Bagaimana menurutmu Dori?" tanya Minho pada Dori yang sekarang menjadi seekor harimau. Jujur saja Aza dan yang lainnya belum terbiasa dengan wujud asli kucing menggemaskan itu.
"Benar, ada yang aneh," gumam harimau itu. Ia mengalihkan pandangannya pada sekitarnya, Oliver tersentak saat Felix tiba-tiba mengangkat tangannya kearah rumah tadi, ia berguman kecil dan daerah sekitar mereka berubah dalam sekejap. Mereka baru saja keluar dari ruang ilusi. Aza tersentak, ia menatap sekelilingnya, banyak sekali penduduk di tempat ini yang berlarian tak tentu arah.
Selain itu, mereka melihat pertempuran kelompok yang memakai seragam yang sudah jelas kalau itu adalah StarTrip dan beberapa orang berjubah hitam dengan pohon beringin emas di punggungnya. Siapa orang-orang berjubah ini?
"Ck, yang benar saja langsung hancur." mereka menoleh pada si pemilik suara tadi. Aza terpranjat melihat pemuda bersurai biru dengan mata Hitam miliknya. Dia pasti dari Klan Amigdala. "Bagaimana bisa kalian keluar dari ruang ilusiku? Aku membuatnya selama 2 tahun, loh."
"Dindingnya sangat tipis, bahkan suara senjata itu dapat terdengar," jawab Felix datar. Ia tak menyangka akan bertemu dengan seseorang yang satu Klan dengannya, pemuda pembuat ruang ilusi itu tersenyum cengengesean, ia menggaruk kepalanya canggung.
"Sekarang aku tahu kenapa orang-orang itu tidak menyadari kalian, karena sejak tadi ada seseorang dari Klan ku yang menggunakan kekuatan pikirannya."
Aza menoleh pada Felix, ia tak menyadari sama sekali bahwa Felix sedari tadi melindungi mereka dengan kemampuannya. Seungmin tampak tak terkejut karena sudah menyadari sedari tadi. Oliver sedikit terperanjat dan menatap pemuda berambut biru itu penuh waspada. Ia menarik Aza kebelakangnya, tidak tahu apa alasannya, ia hanya merasa harus melindungi Aza.
"Siapa kalian? Dari pakaian yang kalian kenakan kalian terlihat seperti orang asing," tanya pemuda itu, kini rautnya sangat tidak bersahabat, matanya elangnya menatap tajam Minho dan harimau di sebelahnya. "Ck, Klan Lee. Yang benar saja. Ada Anima dalam wujud asli?" pemuda itu menatap tak percaya sekaligus kagum.
"Sebelumnya bisa kau buat ruang itu lagi?" tanya Felix. "Yang lebih kuat dan dalam gambaran yang berbeda," lanjutnya. Si pemuda mengetuk-ngetuk dagunya untuk berfikir sejenak. "Tidak bisa, itu hanya bisa dilalukan oleh tetua Klan," jawabnya.
Felix mengangguk paham ia melihat sekelilingnya, ada rasa kasihan melihat tempat yang porak-poranda ini. Kenapa mereka saling bertarung tanpa memikirkan bagaimana nasib penduduk di tempat ini. "Kau dari pihak mana? Orang berseragam itu, atau orang berjubah itu. Dan jelaskan siapa mereka Ini!" ucap Felix. Saat ini Felix yang menjadi pembicara di kelompok mereka.
"Tidak keduanya, aku dari pihak oposisi," pemuda itu tersenyum lima jari. "Grasmus pemimpin kami, mereka yang berjubah itu dari kelompok penjahat, sebut saja aliran bulan merah. Dan yang bersenjata itu adalah penjajah planet kita, para Utusan, Cih."
"Tunggu, apa maksud mu Grasmus dari keluarga Brianna?" tanya Aza. Ia benar, Grasmus pasti tak jauh darinya, karena saat di portal itu tanpa sadar telah membawa mereka kepada Grasmus–kakeknya–.
"Woah nona, kau kenal paman tua pemarah itu? Sebenarnya siapa kalian?" tanya pemuda itu.
Seungmin menghela napas, ini terlalu bertele-tele. "Bawa kami pada Grasmus, kami bukan musuh. Kami harus bertemu dengannya."
"Waw siapa kau berani memerintah seperti itu. Kalian tidak bisa bertemu dengan Tuan Grasmus, aku akan mengabari tim yang lainnya. Ada penyusup di tempat ini."
"Tempat yang sedang porak poranda saat ini?! Yang benar saja," Oliver memutar bola matanya. Sama seperti Seungmin ia sudah malas berbasa-basi. "Katakan pada ketua mu Azalea sudah datang."
"Sebaiknya kita bicara di tempat lain, dan hentikan peperangan mereka sebentar. Banyak penduduk yang terluka bahkan tewas," Minho memberi usul, ia tak nyaman saat mereka bicara bebas tanpa disadari tetapi sekeliling mereka adalah pertempuran.
"Aku setuju." jawab Aza.
"Baiklah," putus pemuda itu akhirnya. "Tapi kalian yang hentikan sendiri, aku ingin lihat bagaimana bisa ada Klan Lee dengan Anima yang sudah bertransformasi. Juga Klan Amigdala yang bisa menghancurkan ruang ilusi."
Oliver membelalakan matanya, gila saja mereka harus menghentikan pertempuran kedua kubu itu. Bagaimana caranya?!
Minho mengangguk, "baik, setelah itu kita bicara baik-baik." ia menatap pepohonan di hutan itu. Jika benar perkiraannya, pohon-pohon itu dapat ia kendalikan. Satu-persatu pohon itu hidup dan menyerang kedua kubu itu. Pohon itu terlihat mengamuk dengan sulur yang melempar orang-orang itu. Pasukan StarTrip yang terkejut dengan kejadian itu, menarik mundur pasukannya. Lain halnya dengan kelompok bulan merah itu. Mereka menyerang sulur itu dengan pedangnya.
"Seungmin aku butuh bantuanmu," ucap Minho masih fokus mengendalikan pohon-pohon itu.
Seungmin mengangguk, ia melempar Khy miliknya pada pohon itu. Pohon itu mengeras, batang dan akarnya berubah menjadi logam yang tak dapat potong oleh pedang. Ia juga menghempaskan orang-orang itu dengan telekinesisnya, sehingga mereka memutuskan untuk mundur dan berlari menuju hutan.
Minho menghela napas, ia melirik pemudah di hadapannya. Pemuda berambut biru membelalakan matanya, sangat syok dengan apa yang baru saja ia lihat. "S-si-siapa sebenarnya kalian ini?"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments