"Aza apa kau percaya kalau aku bisa membaca isi pikiran orang itu?" bisik Han, Aza mengangguk. Mereka masih terus berjalan dibelakang Fredo dan Graham.
"Jika kau berpikir kau ingin menghindari paradoks dan kecelakaan di masa depan, maka kau juga harus pikirkan keselamatanmu, mereka merencanakan hal yang buruk."
"Hm, maka dari itu kau harus terbuka padaku, saat ini kita harus bekerja sama. Setelah kau rasa Oliver aman untuk dibawa pergi, kita akan melarikan diri dari sini."
"Baiklah, ahh sial saat-saat seperti ini aku sangat berharap si menyebalkan Chan dan Changbin dapat membantuku," dengus Han.
"Semoga mereka bisa mengajak Seungmin, selagi kita ditempat ini," Bang Chan aku yakin kau akan menyelamatkan kami.
Mereka sampai di ruang pusat kendali markas, Han melihat banyak pesawat-pesawat kapsul yang sedang dalam tahap penyelesaian. Ia tak menyangka aliansi itu dapat berbuat sejauh ini tanpa tercium sedikitpun oleh media massa.
"Jadi, berikan koordinat planet mu," pinta Fredo, Graham kembali dan telah diobati. Ia menatap Han penuh amarah, Graham masuk bersama kedua pengawal di bagian keamanan.
"Bawa Oliver kemari!" titah Fredo.
Gadis berambut abu-abu itu ditarik paksa masuk ke ruangan pusat, Han menarik Oliver ke pelukannya dan memeriksa keadaan gadis itu dengan cemas.
"Kau baik-baik saja?" tanya Han. Oliver mengangguk, ia memeluk pemuda Han itu melepas kerinduannya.
"Syukurlah, aku kira kau sudah mati," ucap Han. Aza menghela napas ia mendekati monitor besar itu.
"Jika kalian lihat, aku berasal dari sebuah planet bernama Anscoup. Panet Anscoup mengorbit sebuah bintang bernama Procyon. Procyon, juga disebut bintang anjing kecil. Datang ke langit sesaat sebelum Sirius–bintang anjing besar– yang merupakan bintang paling terang di langit. Canis minor dan konstelasi Canis Major–yang merupakan jangkar Sirius– adalah rasi bintang yang mewakili anjing pemburu Orion, yang juga diabadikan dalam rasi bintang. Procyon juga merupakan salah satu poin, dari asterisme Winter Triangle, bersama dengan Sirius dan Betelgeuse. Anscoup mengorbit Procyon tanpa berotasi. Jadi kalian bisa lihat dua bagian dalam planet Anscoup. Yaitu bagian yang terkena cahaya bintang Procyon dan bagian gelap atau disebut bagian batas kehidupan dan kematian."
"Bagaimana kau bisa sampai ke bumi?" tanya Graham.
"Dengan lubang Cacing, saat ini ada sebuah lubang cacing atau portal dimensi yang berada disekitaran tata surya, jika kalian berhasil masuk kedalam lubang cacing itu, maka kalian akan berada di luar milky way dan dapat mencari Procyon juga Anscoup. Aku tidak bisa memberi titik koordinat yang tepat karena di Anscoup tidak ada istilah seperti itu."
"Kau tidak datang dengan kapal ruang angkasamu?"
Aza mendesah kecil, ia harus merangkai sebuah kebohongan baru. "Pesawat ruang angkasaku hancur, terbakar saat mendarat. Gravitasi di atmosfer cukup kuat untuk menghancurkan pesawatku," jawab Aza.
"Aku tidak bisa mempercayaimu, untuk selanjutnya kau akan ditahan di tempat ini," ucap Fredo, ia mengutak-atik tab yang dipegangnya menampilkan hologram raksasa.
"Kau lihat ini? Ini adalah pancaran elektromagnetik yang ditangkap oleh satelit kami di sekitar planet Jupiter. Hanya ada satu cara untuk membuktikan ucapanmu. Kau bersama kami mendekati gelombang elektromagnetik itu."
"Apa?!!" pekik Han, ia menarik Aza kebelakangnya. "Jangan gila! Dia tidak akan ikut kalian!!" gertak Han.
"Aku tidak mau. Perjanjiannya hanya memberi lokasi planet ku!" tolak Aza.
"Tapi aku juga tidak membahas mengenai kebebasan kau," jawab Graham menyeringai.
"Sialan kalian para bedebah!!" ucap Han.
"Jaga bicaramu jika masih ingin hidup. Habisi pemuda itu dan gadis teknisi itu!!" titah Graham. Pengawal bersenjata itu menyerang Han namun sesuatu terjadi. Waktu berhenti dan hanya Han yang dapat bergerak. Ada apa lagi ini!!
Tanpa pikir panjang Han mengambil senjata pengawal itu dan menodongkannya pada Fredo. Waktu kembali berjalan, semua dibuat terkejut saat Han menggertakan senjata itu di kepala Fredo.
Graham tersenyum, "Tembak saja!" titahnya pada Han menantang pemuda itu.
Fredo tersenyum licik ia mengepalkan lengannya dan menangkis senjata itu hingga terlempar. Han yang jago berkelahi berhasil menghindari pukulan yang dilancarkan padanya.
Han menyerang kedua pengawal itu tanpa senjata dan berhasil melumpuhkannya, selanjutnya ia mengincar Fredo yang sudah melancarkan tinju kepadanya. Aza dan Oliver mencoba melarikan diri dari cekalan Graham. Aza tidak bisa memakai kemampuan nya untuk bertarung. Ia juga tidak boleh menunjukan bakat teleportasinya. Oliver berhasil menghajar wajah Graham dan melepaskan diri dengan Aza. Ia membuka pintu keluar ruangan itu.
"Ayo kita pergi!!" teriak Oliver.
Aza menyusul Oliver dan Han menghadang Fredo dan juga Graham di depan pintu itu.
"Aku tidak tahu apa bakatku tapi rasakan ini!!" teriak Han, ia mengeluarkan sinar kuning ditangannya dan menghempaskannya kearah Graham dan Fredo. Mereka terpental menubruk dinding.
"Uhhukk..." Fredo menghapus darah yang keluar dari mulutnya. Graham meringis kesakitan memegangi kepalanya. Matanya melotot marah, segera ia hubungkan earphone-nya pada semua divisi keamanan.
"Dengarkan aku!! Tangkap semua penyusup di markas ini. Jangan sampai ada yang terlewat! Bunuh mereka semua!!"
****
"Baiklah dengarkan aku! Felix, kau kelabuhi pikiran orang-orang ditempat ini. Buat mereka melihat kita seperti petugas tempat ini!" titah Bang Chan, mereka berhasil masuk dan berteleportasi ke tempat yang baru saja ditempati Aza dan Han.
"Kita akan menyusup dengan tenang tanpa diketahui. Tapi jika kita ketahuan, Hyunjin, lumpuhkan mereka dengan petirmu! Jangan sampai membunuh, kau atur kekuatan mu," jelas Bang Chan. Hyunjin mengangguk paham. Selanjutnya mereka membuka pintu dan keluar. Felix mengibaskan lengannya dan mengeluarkan gelombang pikiran. Kami adalah pekerja markas ini. Ucapnya dalam hati. Setelah dirasa aman mereka berjalan mencari keberadaan Aza dan Han.
Felix tiba-tiba berhenti, Chan dan Hyunjin menengok padanya. "Sial! Divisi keamanan yang telah ditanam Chip tidak bisa aku pengaruhi," umpat Felix.
"Bagaimana kita tau siapa yang telah dipasang Chip dikepalanya?" tanya Hyunjin.
"Gelombang pikiranku menembusnya, aku dapat merasakannya, tapi bahaya jika kita ketahuan."
"Kita lumpuhkan saja semua yang bertemu dengan kita," usul Hyunjin.
"Baiklah, mari kita lumpukan siapapun itu," putus Bang Chan.
Mereka berbelok dan dihadang oleh tiga pengawal. Felix dengan cepat memasuki pikiran salah satunya dan membuat mereka saling menyerang. Tanpa pikir panjang Hyunjin melontarkan petirnya dan membuat mereka tak sadarkan diri.
"Harusnya kalian tanyakan dulu dimana Han dan Aza," grutu Chan pada kedua pangeran bar-bar itu. Harusnya aku bawa Changbin dan Seungmin yang bisa berpikir panjang.
"Kemana tuan Graham? Sekutu akan mencurigai kita jika beliau belum kembali." suara seorang pemuda terdengar diujung lorong. Chan menatap Felix bertanya. "Dia tidak memiliki Chip, dia tak menyadari keberadaan kita," jawab Felix. Bang Chan menghela napas lega. Pemuda itu terlihat dibelokan dan tampak terkejut melihat mereka.
"Kalian! Penyusup!!" pekik pemuda itu. Chan terkejut begitu juga Felix.
"Kenapa ia bisa kebal dari pengaruhku?" pekik Felix. Chan menguasai situasi. Ia menghentikan waktu, semua berhenti seperti patung ditempat itu. Ia mendekati pemuda itu dan membuatnya tak sadarkan diri dengan khy-nya.
Chan menjalankan waktu kembali. "Ayo kita pergi sebelum orang itu sadar!" ajak Chan. Mereka berlari lalu berbelok menuju ruang pusat.
"Aku masih tidak mengerti kenapa orang tadi tak terpengaruh?" gumam Felix.
"Sepertinya orang itu bukan orang biasa. Jika tidak tertanam Chip, mustahil bisa menyadari keberadaan kita," balas Hyunjin.
"Sial lima pengawal dengan Chip mengarah kearah kita," lapor Felix. Mereka masih terus berlari keruang pusat.
"Aku yang akan menghentikan mereka," ucap Hyunjin. Ia membuat tornado mininya dan mengarahkannya ke jalur orang-orang itu.
Pengawal itu terhempas saat ada tornado tak terduga menyerang mereka. Namun datang beberapa orang lagi dengan membawa senjata listrik. Hyunjin tersenyum, tangannya mengepal dan aliran petir itu mengeras menjadi sebuah pedang yang melekat ditangannya. Hyunjin berlari menyerang beberapa pasukan itu. Senjata listrik yang dibawa pasukan itu tiba-tiba meledak, memudahkan Hyunjin melumpuhkan orang-orang itu. Petir itu hilang dari tangannya, Hyunjin mengusap peluh di dahinya. "Fyuhh... Aku berkeringat. Makin tampan saja aku nanti," gumannya.
Chan dan Felix masih terus berlari menuju ruang pusat, Felix merasakan ada aura Klan Changbin di dekat sini. Chan sudah menduga bahwa itu adalah Aza. Mereka terus berlari hingga Chan melihat sosok Aza berlari kearahnya.
"Aza!!" panggil Chan. Chan menghampiri Aza dan memegang bahu gadis itu. "Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?" tanya Chan khawatir.
"Aku baik-baik saja Chan," jawab Aza. Oliver menatap Chan dan Felix bingung Aza menyadari tatapan Oliver itu. Ia mengenalkan Oliver pada Chan dan Felix.
"Dia adalah teman Han dan Changbin. Ceritanya panjang. Dan Oliver, mereka adalah saudara SpeardB dan Han," jelas Aza. Oliver mengangguk, sebenarnya banyak yang ia ingin tanyakan. Tapi matanya terhenti pada sosok Felix yang menatapnya terkejut.
"Ahh... Maaf. Dimana Han?" tanya Felix.
"Chan!! Kita harus cepat lari dari sini!!" teriakan Hyunjin mengagetkan mereka, Hyunjin berhenti dengan terengah-engah. "Entak bagaimana pasukan itu semakin banyak!" ucapnya.
"Aza, gunakan teleportasi mu, kita pergi dari sini," pinta Bang Chan.
"Tapi Han dia masih menghadang Graham–"
"Chan!! Model bodoh?! Bagaimana bisa kalian kemari dan siapa dia?" panggil Han. Ia menghampiri Chan dan yang lainnya.
"Ini Felix, akan aku ceritakan nanti. Ayo kita pergi!" jawab Chan. Aza mengangguk ia mengarahkan energi nya untuk membawa mereka berteleportasi. Cahaya putih keluar bersamaan dengan Fredo yang sudah mengahadang menembakan pistolnya kearah Aza. Han membelalakan matanya ia memeluk Aza dan membiarkan timah panas itu menembus punggungnya. Bersamaan dengan itu mereka telah menghilang.
Fredo mengumpat melihat mereka yang berhasil lolos. "AKAN KU TANGKAP DAN BUNUH KALIAN JUGA AKAN KU HANCURKAN PLANET ITU!" amuknya
****
Swiingggg.....
"TIDAK, H-HAN!!" teriak Aza begitu mereka sampai di markas Changbin.
Semua orang diruangan itu terkejut, dan langsung mengerubungi Aza yang memeluk Han dengan darah dimana-mana. Oliver menatap Han terkejut, matanya berkaca-kaca juga Aza yang sudah menangis keras.
Changbin membatu melihat kondisi Han yang tak sadarkan diri, "CEPAT PANGGIL DOKTER!!" teriak Changbin frustasi.
Seungmin dengan sigap menguhubungi dokter keluarga Changbin. Chan mendekati Aza dan menarik gadis itu melepaskan Han. Aza masih terus menangis ia menatap tangannya yang berlumuran darah. Adegan itubsangat cepat itu mengejutkannya ia ingat saat tiba-tiba Han memeluknya dan suara senjata terdengar di detik mereka berteleportasi.
Han tak sadarkan diri dengan darah yang terus keluar dari punggungnya. Changbin mengangkat pemuda itu ke ruang rawat.
"Hei bangun bodoh!! Jangan mati! Kau belum pulang ke asalmu sialan!!" pekik Changbin berkaca-kaca, ia menggoyang-goyangkan tubuh Han. Oliver mencoba menenangkan Changbin yang tak terkendali.
"Changbin, tenang biarkan Han ditangani oleh dokter."
Jeongin menatap tubuh Han, ia menutup mulutnya tak percaya, ia baru bertemu dengan saudaranya dan tak lucu jika langsung kehilangan salah satunya. Jeongin mengepalkan tangannya.
"Siapa yang melakukan ini!!" tanya Jeongin, Hyunjin mendekati Jeongin dan memeluk pangeran muda itu. Mencoba menguatkan saudaranya.
"Ini salahku... Ini salahku... Kalau saja Han tidak melindungiku maka harusnya aku yang–" Bang Chan menutup mulut Aza dengan jarinya, ia memeluk aza, tubuh gadis itu bergetar ketakutan dengan isakan tangisnya. Aza hanya mampu menangis dan menyalahkan dirinya.
Felix dan Seungmin datang bersama dengan dokter keluarga Changbin. Mereka memasuki ruangan tempat Han. "Tuan Changbin, anda mundur dulu. Saya akan menangani J.One," ucap dokter itu. Oliver menarik Changbin keluar dari ruangan itu. Semua yang ada di tempat ini sangat kacau. Terutama Aza dan Changbin.
Minho terdiam memandang saudara-saudaranya, kenapa seperti ini? Dori apakah Han akan baik-baik saja?
"Pangeran Han tidak akan mati tuan Minho. Kau tenang saja,"
Semoga....
Sudah tiga Jam semenjak Han diobati, Changbin menolak untuk Han dilarikan kerumah sakit. Ia mampu mendatangkan tenanga medis termahal ketempat ini tanpa harus membawa Han ke rumah sakit, alhasil Han dirawat intensif dengan segala peralatan canghih di tempatnya. Selain itu, kondisi Han dan keadaan darahnya adalah hal yang harus dirahasiakan, hanya dokter kepercayaannya saja yang boleh mengobati orang-orang penting Changbin. Para pangeran hanya bisa menurut keinginan Changbin. Dokter itu bilang, Han dalam keadaan koma dan kehilangan banyak darah. Karena darahnya tak teridentifikasi, tidak ada yang bisa ditolong selain berharap pada sebuah keajaiban.
"Dokter, apa darah Changbin tidak bisa didonorkan?" tanya Oliver, ia kenal dua orang yang memiliki kasus darah yang sama, yaitu Changbin.
"Tidak bisa, walau darah Changbin juga sama seperti J.One. kita tidak bisa mendonorkannya, banyak kemungkinan yang beresiko karena kita sama-sama tidak bisa mengidentifikasi darah keduanya."
"Saat ini jantungnya mengalami kerusakan parah. Kami sudah mengeluarkan peluru itu tetapi lukanya cukup dalam. Kita hanya bisa bergantung pada keajaiban." dokter itu keluar dari tempat mereka. Semua terdiam, Changbin mengusap mukanya lelah, Oliver disebelahnya menenangkan.
"Akan aku hancurkan StarTrip itu!" sentak Jeongin kobaran api keluar dari tubuhnya, Chan terkejut ia bangkit menghampiri Jeongin yang sangat marah.
"Tenang Jeongin, ada saatnya kita menghancurkan mereka," ucap Bang Chan.
"Mereka menghancurkan pertemuan lengkap kita!!" sentak Jeongin, suara Pheonix terdengar di luar. Keadaan akan semakin parah jika Anima milik Jeongin datang. Bang Chan menepuk pahu pemuda itu menatapnya tegas.
"Dengarkan aku! Ini perintah, kendalikan amarahmu jika tidak ingin masalah ini semakin rumit," ucapnya dingin. Jeongin menurunkan bahunya, tubunya lemas dengan pandangannya yang meneduh.
Seungmin menghela napas menghampiri keduanya. "Jeongin ayo kita bicara ke rooftop, kau harus menenangkan pikiran," ajak Seungmin. Ia membawa Jeongin keluar.
Chan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia mengusap wajahnya dan menghela napas keras. Bagaimana jika Han tak dapat diselamatkan? Ia akan merasa sangat gagal menjadi pemimpin jika Han sampai tiada.
"Semua akan baik-baik saja," ucap Minho yang duduk disebelah Chan. Chan menoleh pada Minho kemudian menatap Dori yang tetap tentang walaupun situasi sedang kacau.
"Apa yang kau sembunyikan Dori?" tanya Chan.
"Minta Aza untuk bangkitkan kekuatan Han," ucap Dori. Chan terkejut sama hal nya dengan Minho.
"Selama ini kau tidak pernah tau kan siapa sebenarnya Pangeran dari Klan Han itu?" tanya Dori.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments