UCLA, Los Angels. USA
"Tuan Kim, bisa bantu aku untuk membawa berkas-berkas ini?"
"Ah iya bisa, apa ada tugas akhir yang sedang kau kerjakan?"
"Yah benar, kali ini kasusnya berkaitan dengan SpeardB dan artis papan atas yang hilang di tempat yang sama."
"SpeardB yah? Orang itu memang tidak pernah hidup dengan baik setelah lolos dari hukuman itu."
"Kabarnya ia juga dibantu oleh tangan kanannya."
"Tugas akhir seperti apa yang kau dapatkan?"
"Yah cukup sulit, aku ditawari bekerja di StarTrip dan diminta menyelidiki SpeardB dan tangan kanannya, J.One. Dosen bilang ini akan menjadi tugas akhir yang sangat spesial untukku."
"Wahh kau sudah ditawari pekerjaan, tunggu aku 3 tahun lagi, Kak. Aku akan menyusulmu."
Pemuda berkacamata itu tersenyum, "terima kasih Kim Seungmin."
"Sejauh ini IPK kau sudah sangat sempurna, seperti nya kau bisa lulus lebih cepat."
Seungmin menggaruk tengkuknya, "Ahahahaha... Entahlah aku tidak yakin bisa lulus cepat," ucapnya pesimis.
"Dengar! Kau ini cerdas, sangat berbakat. Aku yakin kau akan menjadi Hakim agung di majelis peradilan PBB!!"
Seungmin tersenyum menatap mata lelah kakak tingkatnya itu. "Terima kasih, kak Joe..."
****
...
...
Dimana ini?
Kenapa orang-orang mengerumuniku?
Silau... cahaya apa ini? Apa aku sudah mati?
"Kau yakin dia orangnya?"
"Tentu saja, tuan Graham tidak mungkin salah. Dia akan jadi senjata besar untuk menaklukan jagat raya."
"Dia hanya manusia biasa Fredo. Apa istimewa nya anak ini?"
"Tuan Graham menemukan anak ini di tempat penjualan budak. Ia ingin melakukan semacam penelitian terhadap manusia. Namun, yang ia dapatkan adalah harta karun. Anak ini tidak memiliki aglutinin dan aglutinogen bahkan Rhesus. Darah nya tidak dapat diidentifikasi."
"Wah menarik."
"Makanya ayo, kita bawa dia untuk di teliti lebih lanjut."
"Tidakk!!!" teriak Han, napasnya tersenggal-senggal. Ia mengamati ruangan tempat dirinya sadarkan diri. Ternyata bukan di tempat itu dan pembicaraan tadi adalah mimpi. Ia menghela napas. "Syukurlah..."
"Kau sudah bangun?" suara gadis yang membawanya berteleportasi. Han menoleh ke arah pintu, dimana Aza masuk dan menghampirinya.
"Ck, pergi dari sini! Mana SpeardB? Aku harus bicara dengannya."
"Changbin, Chan dan beberapa Pangeran lainnya di ruang tamu sedang membicarakan suatu hal. Aku tidak berbohong tuan Han, kau dan yang lainnya bukanlah makhluk bumi."
"Baiklah, sebelum itu aku ingin bertanya. Apa warna darahmu?"
Aza mengerutkan keningnya menimbang pertanyaan pemuda di depannya. "Tentu saja merah."
"Golongan darahmu?"
"Di planet kita tidak ada istilah itu, kita hidup berdasarkan Klan dan iris mata. Apa itu warna mata aslimu?" tanya Aza, Han tersentak.
"Ahh yah, ini warna mataku."
"Berarti kau adalah pengendali element alam?"
Han menatap Aza datar, "hei, mana aku tahu. Aku tidak ingat apapun. Tetapi dari ingatan yang kulihat dari Chan itu. Aku tidak pernah terlihat mengeluarkan kekuatan apapun."
"Jadi, kau sudah percaya padaku?" tanya Aza, matanya berbinar-binar menatap Han. Han mengangguk enggan, ia tidak sepenuhnya percaya.
Ia menatap mata gadis itu, iris mata itu pernah ia lihat pada SpeardB. Ia ingat bagaimana Mingju yang membantunya melarikan diri dari tempat itu dan mempertemukannya dengan Changbin, yang bermata abu-abu itu.
Aza menatap Han yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya. "Kenapa kau melihatku segitunya?"
"Mata ini..." gumamnya. "Berapa banyak orang yang memiliki warna mata ini di planetmu?" tanyanya.
"Yang aku ketahui hanya aku dan Changbin," jawab gadis itu.
"Oh..." lamunnya. Han masih mengamati warna mata itu. Sedangkan Aza dibuat gugup oleh pemuda itu.
"Berhenti melihatku seperti itu," ucapnya canggung. Han tersentak menyadari kebodohannya. Ia mengalihkan wajahnya menahan malu. Dan juga Aza yang pipinya sudah merona sedari tadi.
"Jangan salah paham. Aku melihatmu dengan mata itu seperti mayat hidup tau, kau cocok dengan gelar nenek sihir itu."
Aza tersentak, "Heh apa maksudmu?! Aku bukan nenek sihir, astaga orang ini benar-benar yaa.." geramnya.
"Yah saranku kau menutupi iris aslimu itu. Nenek sihir seperti mu akan ditangkap oleh aliansi tau. Aku sih hanya menyarankan."
Aza tersentak, "sebenarnya aliansi seperti apa yang kau maksud?" tanyanya.
"Mereka bekerja secara ilegal, sangat gila akan ilmu pengetahuan dan menyuarakan projek jangka panjangnya yaitu perjalanan bintang. Orang-orang tak berguna sepertiku dieksploitasi untuk jadi bahan penelitian. Ditanamkan sebuah Chip yang mirip seperti kecerdasan buatan untuk bekerja disana."
"Wah kejam sekali, ternyata makhluk bumi memang sejahat itu."
"Heh tidak semua makhluk bumi jahat tau! Jangan sok tau!"
"Yah yah, baik dan jahat relatif dalam sebuah siklus kehidupan, lalu bagaimana kau bisa lolos?"
"Ayah dari SpeardB lah yang menyelamatkanku, ia mengetahui aku berbakat. Oleh karena itu aku mendapat perlindungan dari komplotannya SpeardB dan SpeardB mendapat bantuan dariku saat melaksanakan bisnisnya. Aku menyaksikan bagaimana penghianatan dalam keluarga itu terjadi, dan Mingju berpesan untuk kita agar saling melindungi."
"Wah hebat sekali," puji Aza.
"Dan kau. Bagaimana di planet itu? Apa indah? Dimana letaknya?"
"Anscoup terletak jauh di luar tata surya, kami juga memilki bintang seperti matahari di bumi. Namanya Procyon, dalam bintang itu terdapat sebuah inti yang menjaga kehidupan di planet kami. Inti itu dianugrahkan dewa kepada penduduk kami. Inti itu terletak di Procyon B, yang menyebabkannya tidak termampat oleh gaya tarik masa di planet itu."
"Tunggu, Procyon? Salah satu dari rasi bintang segitiga musim dingin? Rasi yang terletak di canis minor?!"
"Bagaimana kau tahu itu?"
"Yah aku tahu banyak soal bintang itu. Ternyata disana ada sebuah Planet yang memiliki kehidupan?"
"Dan jangan lupakan bahwa kau dan 7 orang lainnya adalah penduduk planet itu," timpal Aza.
"Jadi, inti itu yang menyebabkannya tidak menjadi katai putih? Karena massa Procyon A kan lebih besar. Ada kemungkinan Procyon B bisa meledak."
Aza mengangkat bahunya, "Entahlah aku juga tidak paham dengan bintang-bintang seperti itu."
Han terdiam, ada sesuatu hal yang mengganjal dan ingin ia tanyakan.
"Apa disana aku bisa bertemu ibuku?" Aza tersentak, ia kehilangan kata-kata. Sampai saat ini ia tidak pernah mengetahui silsilah dari para Pangeran.
"Maaf, aku juga tidak tahu," ucapnya.
"Yah lupakan pertanyaanku tadi, aku hanya sedang ngawur. Baiklah aku harus menemui mereka, nanti kita lanjutkan ngobrol-ngobrolnya nenek sihir." Han bangkit dari kasurnya dan berjalan menuju pintu.
"Tunggu Han." Han menghentikan langkahnya.
"Setelah semua ini berakhir, aku akan membantumu mencari ibumu dan juga keluargamu. Aku janji," ucap Aza sungguh-sungguh, Han tertegun.
Ia menoleh kepada Aza, sambil tersenyum. "Kemarilah," ucapnya, Aza mengembangkan senyumnya, berjalan menyusul Han.
"Kau ini nenek sihir yang menyebalkan tau." ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut gadis itu.
"Hei hentikan, dan berhenti memanggilku nenek sihir." Aza menyingkirkan tangan Han menatap pemuda itu datar. Han tertawa nyaring tetap mengacak-ngacak rambut gadis itu.
"Wah lihat mereka! Apa yang terjadi di dalam sana sampai kalian se akrab itu?" tanya Hyunjin sinis, ia menyeruak ketengah-tengah memisahkan Han dan Aza.
"Apa?" tanya Hyunjin datar pada Han yang menatapnya dingin.
"J.One! Kau baik-baik saja?" Changbin tiba-tiba menghampiri pemuda itu.
Bukk...
Sebuah tinju dilayangkan ke pipi Changbin. Semua yang ada di ruangan itu membeku terkejut melihat hal itu. Bahkan Aza menutup mulutnya karena Syok.
"Ini untuk menyusahkanku di pelabuhan itu." ucapnya krmudian menonjok pipi kirinya Changbin. "Dan ini untuk menghilang tiba-tiba dan muncul bersama mereka," lanjutnya.
"Hei apa-apaan kau ini!" pekik Chan, ia bangkit dari kursinya.
Changbin tersenyum menyeka sudut bibirnya yang berdarah.
Bukkk...
Ia melayangkan tinjunya juga kepada Han. Semua yang ada di ruangan itu semakin tersentak.
"Ini untuk membuatku khawatir dan susah dihubungi."
Bukk...
"Ini untuk merusak pintu Minho, dan aku harus membayarkanya karena mu sialan!"
Bukk...
"Dan ini untuk uang yang ku keluarkan karena kebodohanmu sebagai pemandu wisata palsu!"
"Hei apa-apaan ini! Kau memukulku tiga kali," protes Han.
"Kau juga memukulku duluan!"
"Hei kalian berhenti bertengkarnya, kalian membuat kami semua kaget tau!" lerai Chan. Ia melirik pada Aza yang membatu menatap Han dan Changbin.
"Ini cara kami menyampaikan ke khawatiran tau," ucap Han, ia tertawa menyeka darah di pelipisnya dan bibirnya.
"Tinjumu makin kuat saja, lain kali kita bertarung pakai pedang," keluhnya pada Changbin.
Changbin tertawa menjitak temannya itu. "Jika kau buat masalah yang merugikan uangku, akan aku pastikan kau akan masuk rumah sakit selama seminggu!"
"Orang ini aneh," gumam Hyunjin. Ia menepuk bahu Aza, menarik gadis itu dari lamunannya. "Kau baik-baik saja?" tanyanya lembut.
Aza mengangguk, "yah, aku hanya kaget. Aku kira akan ada perkelahian besar di sini," jawab gadis itu.
"Hei hentikan ini! Kalian berdua apa-apaan! Membuat kaget saja." lerai Chan.
Han menatap Chan sekilas, kemudian tersentak. Bagaimana bisa ia pingsan saat melihat ingatan pemuda itu. Auranya sangat kuat, dan seolah-olah menariknya kedalam lubang hitam yang besar. Han sebaiknya tidak mencari masalah dengan pemuda itu.
"Siapa sebenarnya kau ini?" tanya Han.
"Cerita nya panjang, aku malas menceritakannya lagi. Kau tanya saja nanti pada Changbin."
"Yah Baiklah. Lagi pula aku tidak terlalu penasaran dengan cerita mu." aku sudah membaca pikiranmu.
"Jadi, kita sudah berkumpul. Ada 8 Pangeran dan sekarang kita ber-lima. Sisa 3 Pangeran lagi."
"Aku menyarankan kita mencari Felix, agar aku bisa mengingat semua itu. Dan juga agar lebih mudah mengajak Pangeran yang lain." usul Minho, semua di ruangan itu setuju dengan usul pemuda itu.
"Felix dan aku berhubungan baik. Setelah kita berpisah, hanya aku dan Felix yang tidak menghapuskan ingatan. Karena aku merasa bertanggung jawab atas kalian. Selama ini aku menjalankan karir ku dan juga memantau kalian dari jauh. Aku tahu keberadaan kalian dan bagaimana hidup kalian. Yah kecuali Han. Dia menghilang bertahun-tahun dan tiba-tiba muncul di Malaysia lalu aku kira kau menetap disana. Tanpa ku sangka kau dan Changbin berteman baik."
"Yah aku memang hebat sampai kau tidak tahu keberadaanku ini, aku bisa berpindah-pindah tempat tinggal se-sukaku" timpal Han santai.
"Aku mengakui kau memang hebat." Chan menjawab datar, Han tersenyum sinis pada Chan.
"Tapi, kita tidak bisa menemui Felix."
"Apa?! Kenapa!? Jika kau dan Felix berteman baik maka akan lebih mudah bukan untuk kita mengajaknya?" tanya Hyunjin.
"Demi melindungi Felix, aku meminta ia berpura-pura menjadi seorang pasien rumah sakit jiwa. Dia menyerahkan tubuhnya pada YoungBoy, alter ego nya."
"Apa! Dia orang tidak waras?" pekik Hyunjin.
"Hey berhenti kaget seperti itu," timpal Han, Hyunjin tak menanggapi, ia menatap dingin Han.
"Felix tidak bisa bertahan hidup dengan kekuatannya, aku ingin melindunginya dari orang-orang yang ingin memanfaatkannya. Jadi aku memasukannya ke rumah sakit jiwa untuk ia bersembunyi, dan kami pun membuat perjanjian. Aku hanya akan mengunjunginya setiap 3 bulan sekali. Dan sekarang sesuai perjanjian, kita hanya bisa menemui Felix bulan depan."
"Apa kau tidak bisa menemui Felix besok atau lusa?" tanya Changbin.
"Tidak, karena hanya dia yang menentukan tempat kami bertemu. Rumah sakit yang ia tempati selalu berpindah-pindah, karena ia tidak ingin merusak syaraf pada pasien lainnya saat kekuatannya menggila. Dia seorang Brain Controller."
"Baiklah, jika tidak ada pilihan lain. Kita cari dua orang yang lain," usul Han. Entah kenapa ia merasa jika mengikuti mereka akan terjadi sesuatu yang seru, walaupun sebenarnya ia tidak peduli dengan planet Anscoup atau yang lainnya.
"Sisa Seungmin dan Jeongin. Seungmin sedang menjalankan kuliahnya di LA dan Jeongin juga kuliah di Busan."
"Los Angels?" tanya Han, Chan mengangguk.
"Ayo kita cari Seungmin ke Los Angels!" serunya semangat.
"Hei kau bodoh? Jika Jeongin lebih dekat kenapa kita harus ke Los Angels? Kau kira biaya pergi kesana tidak mahal dan tidak semua dari kita yang memiliki Visa," ucap Hyunjin.
Tidak! Aku harus ke LA untuk mencari tahu hubungan Aliansi dengan orang-orang ini. "Ahh begini... Jeongin itu bisa kita cari setelah menemui Felix, akan lebih memakan biaya dan waktu jika kita membawa lebih banyak orang kan jika ke LA dan juga akan sangat berbahaya."
Changbin menatap Han curiga, seperti nya ia sedang menyembunyikan sesuatu. "Aku setuju," ucapnya.
"Sebenarnya, dari sifat antara kedua pangeran ini memang sangat berbeda. Seungmin sangat sopan dan ramah. Ia juga rajin dan giat belajar, ia mendapat beasiswa untuk kuliah di Los Angels." Chan memberi informasi.
"Nahh akan lebih mudah bukan untuk mengajaknya melihat bagaimana sifat pemuda itu, ayoo kita ke LA!! Aku ingin jalan-jalan," ucapnya merengek. "Hei nenek Sihir. Aku akan menunjukan padamu bagaimana indahnya bumi kau tau."
"Bagaimana menurutmu Minho?" tanya Chan, karena Minho sedari tadi tak ikut bersuara. Bang Chan menoleh dan menghela napas melihat Minho yang sedari tadi bermain dengan Dori.
"Bagaimana menurut mu Dori?" ucap pemuda itu pada kucing nya. "Ayo kita ke Los Angels." jawab Dori
"Aku setuju kalo Dori setuju," jawab pemuda itu.
"Pemuda ini benar-benar," keluh Chan.
"Baiklah, kita ke Los Angels dan mencari Seungmin. Kita harus menyusun rencana untuk mengajaknya bernegosiasi terlebih Seungmin akan sangat sulit untuk mempercayai hal ini."
"Tunggu dulu, kalian pikir pergi keluar negeri semudah menaiki transportasi umum?! Membuat paspor dan Visa untuk Aza dan Minho juga akan memakan waktu yang lama." Hyunjin memotong.
"Sebenarnya aku punya rencana hebat," ucap Han, semua menatap penasaran pada Han. Han melirik Changbin penuh maksud.
"Sialan kau tupai licik!! Jangan bermain-main!" sentak Changbin.
"Hei ayolah siapa yang tidak kenal SpeardB? Barang seperti sabu dan ganja saja sangat mudah berkeliling dunia apalagi manusia seperti kita."
"Ahh... Aku mengerti," potong Chan. "Tapi akan sedikit aku ubah."
"Kita akan pergi secara terpisah."
"Changbin, kau atur ini," pinta Chan.
"Yey, orang kaya seperti mu tidak boleh pelit tuan," goda Han.
"Ahh... Harusnya aku memasukan orang menyebalkan ini ke gua di Malaysia waktu itu," keluh Changbin.
****
Di bandara...
"Sialan Changbin!! Kau ingin mengerjaiku?!" pekik Han di telepon.
"Ini sudah aku atur, dan cara pergi yang paling aman. Jangan banyak protes! Ini uangku."
"Sudahlah... Yang penting kita berangkat." bujuk Aza.
"Kenapa aku harus pergi bersama kau dan Chan sih? Aku bisa ambil penerbangan sendiri," keluhnya.
"Karena Changbin tau, kau akan merencanakan sesuatu." Han tersentak mendengar jawaban Chan. Ia hanya bisa menghela napas keras.
"Apa yang kau rencanakan?" tanya Chan.
Han melirik Chan, "Kau tau aliansi StarTrip?" tanya Han. Chan mengangguk.
"Aku hanya mengasumsikan bahwa ada benang merah antara aliansi yang mengejarku dulu, planet Anscoup dan utusan yang diceritakan nenek sihir ini."
Han menatap awan-awan dari jendela pesawat itu. "Kau tahu sesuatu? Seungmin mendapat beasiswa dari Aliansi itu." Aza dan Chan melebarkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan Han.
"Kalau begitu kita harus berhati-hati," ucap Chan.
"Aku tidak menyangka di otakmu yang cetek ini kau bisa berpikir jauh?" puji Aza sarkas.
"Hahaha diam kau nenek sihir."
Penerbangan itu masih panjang dan malam menyelimuti langit itu, Han sedari tadi tidak tertidur. Ia menatap keluar jendela pesawat itu berkali-kali. Pikirannya resah, ke negara itu sama seperti bunuh diri baginya. Tetapi Changbin sepertinya mempercayakan ia kepada Chan dan gadis itu untuk membantunya mencari tahu kebenarannya.
Ia melirik Aza yang duduk di sebelahnya, gadis itu sudah tertidur dengan posisi yang tidak nyaman, berulang kali kepalanya tertunduk kebawah dan ia tegakan kembali. Han mengulurkan lengannya kepucuk kepala gadis itu dan bersamaan Chan melakukan hal yang sama sepertinya. Han mendecih kemudian menarik kembali tangannya. Dasar gadis bodoh, jika tertidur seperti itu hanya akan membuat lehermu sakit.
Ia melirik Aza kembali dan Chan yang juga sepertinya sudah tertidur. Karena gemas, Han menarik kepala Aza bersandar dibahunya, ia mengalihkan kepala ke jendela itu. Tubuhnya tersentak saat tiba-tiba Aza memegang tangannya, dengan napas gadis itu yang masih teratur. Ia melirik wajah gadis itu lalu tersenyum tipis. Menggengam erat tangan gadis itu.
****
To be continue...
Han aku patah hati loh. 😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments