"Chan, apakah aku tidak bisa kembali ke planet itu? Dia ada di sana."
"Tidak mungkin Minho, jangan mengada-ngada. Kau masih memiliki Songi dan Dongi."
"Tidak Chan!! Dia juga keluargaku! Kau bilang kau paham tapi sebenarnya kau tidak paham!!" teriak Minho. Ia dan para pangeran lainnya baru saja menampakan kaki ke planet baru mereka, bumi. Pemuda bermata hazel itu tampak marah dan ingin kembali ke planet asalnya untuk menjemput salah satu keluarganya.
"Dengar Minho, dia tidak bisa ke tempat ini. Dia berbeda, dia tidak ingin ikut bersamamu karena dia memiliki tugas disana," bujuk Chan. Minho mengepalkan tangannya menahan amarahnya, ia memejamkan matanya mengingat perpisahannya dengan salah satu keluarga dari Klannya. Songi dan Dongi disampingnya menetralisir aura penghancur pemuda itu yang tiba-tiba keluar.
"Hentikan Kak! Kau bisa membunuh Songi dan Dongi yang ada di sampingmu!" teriak salah satu dari pangeran yang menyaksikan pertengkarannya dengan Chan.
Minho tersentak, ia menurunkan bahunya, mengendalikan auranya. "Maafkan aku, Songi, Dongi. Harusnya ia juga ikut bersama kita," ucapnya menyesal, "Aku tidak yakin kekuatanku dapat ku kendalikan di tempat ini tanpa dia," ucapnya lirih, Minho menghela napas mengusap kepala kedua binatang kesayangnnya itu.
"Kau benar, jika emosi mu tak stabil, kau bisa berbahaya di tempat ini Kak," ucap si pangeran paling muda.
"Aku tidak ikut bersama kalian," putusnya, semua pangeran membulatkan matanya terkejut.
"Apa! Kenapa? Kau lupa jika kita pergi dari sana untuk memulai hidup yang lebih baik, kau lupa?!" tanya Chan, ia menarik kerah baju pemuda itu, Chan mengepalkan tangan satunya mencoba mengendalikan emosinya.
"Aku akan jadi senjata penghancur yang sangat berbahaya, Songi dan Dongi bisa mati jika terus menetralisir auraku." Chan mengendurkan cengkraman di kerah pemuda itu. Pandangannya meredup melihat keputusasaan pemuda itu.
"Akulah yang paling membahayakan kalian, aku bisa membakar sesuatu, membuat tornado, bahkan meledakan apapun yang aku inginkan. Kalian tidak bisa pergi bersamaku, aku berhenti sampai sini."
***

Napas pemuda itu tersenggal-senggal, lagi-lagi mimpi itu kembali menghantuinya. Tidak tahu kapan tepatnya setelah sekian lama, ia kembali memimpikan hal itu. Lee tidak kenal orang-orang di mimpinya bahkan kedua kucing yang bernama Songi dan Dongi, tetapi kenapa sesuatu memaksanya memimpikan hal itu berkali-kali.
Lee mengusap peluh di pelipisnya, turun dari ranjangnya memakai sendal rumahnya, ia mengambil teko yang berisi air putih dan menuangkannya ke gelas di nakas itu kemudian meminumnya dalam satu tegukan. Mimpi itu mengusik pikirannya, Chan, Songi, Dongi, dan pangeran. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa mereka dan bagaimana mereka ada dalam mimpinya.
Tok tok tok...
Lee tersentak dengan ketukan di pintu apartementnya, siapa orang sinting yang mengunjunginya dini hari begini? Ditaruhnya gelas itu di tempatnya kembali, Lee mengambil sebuah tongkat base ball di rak sebelah pintunya, mengintip melalui lobang di pintu itu. Ia melihat seorang pemuda bersama dengan seorang gadis yang menunggu di depan pintunya, Cihh mereka hanyalah pasangan tak tahu malu yang ingin menginap.
Lee membuka pintu itu, pintu itu berdecit kemudian terbuka, menampilkan wajah tamunya.
"Jika kalian ingin meminjam kamarku pergilah!! Aku tidak ingin apartementku dikotori oleh kalian," ucap pemuda itu menodongkan tongkat base ball nya, matanya menatap tajam tak suka kepada kedua orang itu, lalu pandangannya turun ke bawah melihat kucing berwarna keemasan di dekat kaki si gadis. Seperti ada ikatan batin yang kuat dengan kucing itu, Lee tersentak menatap mata kucing itu. Tongkat bassballnya jatuh ke lantai, "Kucing itu... Dori..."
"Halo Lee Minho, kau ingat aku?" ucap si pemuda yang berdiri di sebelah gadis itu.
Sebelum di apartement Lee...
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Chan, mereka masih berada di tepi sungai itu, Chan sedari tadi hanya melempar batu batu kecil kedalam sungai itu menghitung seberapa jauh batu-batu itu bersentuhan dengan permukaan sungai lalu tenggelam. Sedangkan Aza hanya duduk memeluk lututnya berpikir. Malam semakin larut dan keduanya masih enggan berajak dari tempat mereka. Dori sudah merasa ngantuk dan malas untuk buka suara ia hanya duduk manis di sebelah Aza sambil menjilati kakinya sendiri.
"Menemukan para pangeran, hanya itu rencanaku."
"Kau sudah menemukan aku. Ralat, kita bertemu secara tak sengaja, lalu kita harus mencari para pangeran yang lainnya bukan? Mereka tidak akan tiba-tiba menemuimu atau berpapasan denganmu."
"Kau benar." Aza mengangguk menyetujui pernyataan Chan.
"Kau ingat nama-nama dan tempat tinggal para pangeran itu?" tanya Aza kemudian. Bang Chan membalikan badananya menatap lawan bicaranya itu, ia menghentikan kegiatannya lalu duduk di sebelah gadis itu.
"Ya, tentu saja. 'Dia' tidak bisa menonaktifkan ingatanku, aku ingat semuanya bahkan aku selalu mengawasi dan mencari tahu kabar tentang mereka, karena selama mereka tinggal di bumi ini, mereka akan tetap menjadi tanggung jawabku sampai kapanpun," jawab Chan.
Aza mengerutkan keningnya. "Siapa dia yang kau maksud Chan?" tanyanya.
"Ouh dia adalah Lee–" ucapannya terhenti saat Dori melompat kesamping mereka dan merebahkan tubuhnya, Chan mengangkat alisnya melihat Dori, tiba-tiba ia teringat seseorang yang ia yakin akan sangat mudah untuk mengajaknya bergabung.
"Lee siapa?" ulang Aza.
"Lee Minho."
"Apakah Lee Minho yang menonaktifkan ingatan para pangeran?" tanyanya.
Bang Chan tersentak, "ahh bukan Lee yang itu, tapi Lee satunya." ia menggaruk tengkuknya tertawa meringis, "tapi akan mudah jika kita membawa yang paling berbahaya dulu bersama kita, bukan?" ucapnya mulai serius.
"Siapa itu? Lee Minho?" tebak gadis itu. "Tapi bukankah yang paling berbahaya akan paling sulit?" lanjutnya.
"Iya, jika hanya aku yang datang kepadanya. Tapi tidak, jika kita bersama kucing itu," ucapnya menyeringai menatap Dori.
"Hai Dori! Apa kau tidak rindu tuanmu?"
****
Minho tersentak menatap kucing itu haru, ia berjongkok didepan kucing itu, "Dori..." ucapnya gemetar menyentuh bulu-bulu kucing itu. Dori mendekat dan menggosok-gosokan kepalanya nyaman di kaki tuannya.
"Ini aneh, aku tidak merasa pernah bertemu dengan kucing ini. Tetapi kenapa aku tau namanya dan merasa dekat dengannya?" gumam Minho tak percaya, matanya berbinar mengelus-ngelus bulu si kucing.
"Permisi tuan Lee... Minho, aku Aza pemilik kucing ini, bisa kita masuk dan bicara sebentar?"
Minho menenggakan kepalanya melihat gadis yang bicara padanya, ia menghela napas kemudian menggendong kucing itu. "Silahkan masuk," ucapnya mempersilahkan lalu masuk lebih dulu.
"Yes, ini akan menjadi lebih mudah. Aku paham sekarang kenapa Gasmus menyuruhmu membawanya," ucap Chan mengepalkan tinju ke udara, Aza tertawa kecil menanggapi kemudian masuk menyusul Minho kedalam.
"Silahkan duduk." Minho berjalan menuju dapur menurunkan Dori dan mengambil minuman kemudian kembali ke tempat tamunya menunggu, Dori mengikuti dibelakangnya.
"Jadi tuan Lee Minho, aku dan temanku membutuhkan bantuanmu, tapi pertama-tama kau harus mengingatku terlebih dahulu," ucap Chan yang mengawali penbicaraan mereka.
"Aku Christopher Bang Chan, kau ingat aku?"
"Christopher... Bang... Tunggu Chan?" tanyanya memastikan, "Aku pernah mendengar namamu di mimpiku, tapi siapa dirimu? Aku juga mendengar Pangeran, Songi dan Dongi, kau kenal mereka?"
Chan mengangguk, "Tentu, tetapi Songi dan Dongi sudah mati. Ahh lebih baik aku ceritakan sesuatu dulu padamu."
****
"Dia berbahaya Kak! Kau gila untuk tetap mengajaknya bersama kita?!"
"Dia telah membunuh Songi dan Dongi karena auranya yang tidak bisa dikendalikan di planet ini!!"
"Aku setuju. Minho pergilah dari kami, kau bisa sangat membahayakan."
"Aku tidak setuju! Minho akan tetap ikut dengan kita. Kalian lupa? kita ber-delapan ini sama berbahayanya dengan Minho, apa kalian lupa akan fakta itu haah?"
"Hentikan perdebatan ini! Kalian semua membuat aku muak!! Jangan buat aku marah atau aku hancurkan seluruh saraf otak kalian!!"
"Tidak, teman-temannya tenang sedikit, tolong. Minho baru saja kehilangan kedua kerabatnya karena kekuatannya yang tak terkendali itu. Dia yang paling bersedih di sini." Chan akhirnya ikut ambil suara dalam perdebatan tanpa henti itu, setelah mereka mengijakan kaki di bumi ini, semua ujian dan cobaan datang tak henti, pertengkaran diantara para pangeran semakin sering terjadi, yang paling parah adalah mereka tidak punya tempat tinggal karena tempat yang mereka tempati telah hancur diledakan oleh Minho.
Songi dan Dongi yang tak sanggup lagi menyerap aura tuannya itu ikut meledak bersama rumah yang terakhir mereka tempati itu. Kini para pangeran itu hanyalah anak-anak yang tersesat yang berusaha bertahan hidup dan mencari jati dirinya di planet asing bernama bumi ini.
"Kalian benar. Apa lebih baik aku mati saja?" ucap Minho, tak ada yang ingin menjawab karena mereka semua juga terkejut dengan pertanyaan saudaranya itu.
"Tidak Minho, jangan berpikir untuk mengakhiri hidup saat kita telah melewati banyak hal di planet baru ini," ucap Chan, ia mendekat dan merangkul pemuda rapuh itu.
"Aku juga tahu Chan! Sudah berapa banyak bencana yang aku buat di tempat ini?? Memang melarikan diri dari Anscoup bukanlah jalan terbaik, aku harusnya mendengarkan Dor–"
"Cukup Minho! Jangan sebut kucing dan planet itu lagi! Aku tidak bisa bersabar lagi denganmu! Kita akhiri ini, kau pergi dari kami atau mati." Chan bangkit menahan Hyunjin yang maju ingin menghajar Minho.
"Hyunjin, jangan gila!! Han benar. Kita semua berbahaya di sini!! Kau tidak bisa menjamin dengan perginya Minho ataupun salah satu dari kalian semua akan baik-baik saja. Kehidupan memang akan seberbahaya itu dimanapun kita berada!" cegah Chan, ia berdiri memunggungi Minho dibelakangnya.
"Jadi apa yang sebenarnya ingin kau katakan? Kita semua berbahaya dan sebelum semuanya terlambat lebih baik kita kembali ke planet Anscoup itu, Haah!!" sentak Hyunjin, pusaran angin di tangannya semakin terbentuk.
"Tidak. Tidak seperti itu–"
"Hentikan perdebatan ini!!" Felix akhirnya buka suara, ia berjalan ke sebelah Chan yang berdiri melindungi Minho yang ingin dihajar Hyunjin. Membuat Hyunjin mengumpat dan menyimpan tornado kecilnya.
"Aku punya cara lain," ucap pemuda itu.
"Kita sampai di sini saja. Semua menjadi berbahaya karena kita bersama-sama. Maaf Chan, tapi untuk menjalani kehidupan yang normal, kita tidak bisa melakukannya bersama-sama dan juga dengan kekuatan ini."
"Felix apa maksudmu? Kita akan tetap bersama sampai kapanpun, kalian semua tanggung jawabku di planet ini!!"
"Aku setuju," ucap Hyunjin.
"Aku juga setuju."
"Kedengarannya masuk akal," ucap Han dan Seungmin.
"Hentikan omong kosong ini, bagaimana bisa__"
"Bisa saja Chan, Aku akan menonaktifkan ingatan kalian. Changbin akan menyegel kekuatan kita, kita akan menjalani hidup seperti manusia yang lainnya. Tanpa saling mengenal dan tanpa kekuatan." Felix menyeringai membuat Chan mengepalkan lengannya kuat.
"Dia benar." Minho kini ambil suara. "Aku dan kekuatan ku hanya akan menjadi mala petaka dibumi. Aku setuju, biarkan kita berpisah dan menjalani kehidupan masing-masing," ucapnya sambil mengacak-ngacak rambutnya, helaan berat terdengar dari pemuda itu.
Chan memandangi teman-temannya satu persatu, ia tak ingin mereka berpisah. Dunia ini penuh dengan orang-orang yang berbahaya, Chan tidak bisa lepas tanggung jawab meninggalkan mereka. Lagi pula ia tidak yakin dengan usulan menjalani hidup masing-masing itu.
"Semua telah setuju Chan, termasuk Minho," ucap Felix.
"Yang Jeongin dan Changbin, bagaimana pendapatmu?" tanya Chan pasrah.
"Aku setuju, Kak."
"Aku tidak peduli jika kita akan bersama atau berpisah. Tapi menyimpan kunci kekuatan kalian adalah hal yang mustahil aku lakukan, kekuatan kalian akan membunuhku nanti," jawab Changbin.
"Tidak akan Changbin, kau juga akan aku nonaktifkan ingatanmu, juga tentang kunci itu. Kau adalah satu-satunya pangeran bermata abu-abu disini. Tidak ada yang bisa mengaktifkan kekuatan kita selain dirimu, jadi semua aman kan?" ucap Felix meyakinkan. Changbin tak bisa membantah ia kehabisan kata-kata. Semua yang dikatakan pemuda ber-Ras Lee itu benar.
Ia menghela napas kemudian mengangguk, "Baiklah. Ayo kita lakukan ini," putusnya.
****
To be continue...
Ngga nyangka bakal panjang wkwkwkwk bisa tebak dongg abis ini pangerannya siapa??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments