"Kau tahu, apa yang paling aku benci saat ini?" tanya Changbin pada Han. Mereka baru saja menjalankan bisnisnya di Afrika seminggu setelah kematian Mingju. Kini keduanya berada di Rooftop rumahnya.
Han membuka jasnya, melonggarkan dasi yang mengikatnya, "apa itu?" tanya Han penasaran.
Changbin memandang langit yang sebentar lagi akan turun hujan, "tidak mengingat keluarga, masa kecil dan alasan aku di adopsi oleh Mingju."
Han mendecih, "sampai ia mati pun kau tak memanggilnya ayah. Hei, kita ini sama, kau dan aku. Jangan membenci hal itu sendirian. Saat ini hanya kau yang aku percayai begitu juga kau."
"Apa di luar sana ada orang yang seperti kita juga?" suara gemuruh petir tiba-tiba terdengar.
"Hmm, entahlah. Di dalam markas itu aku tidak pernah bertemu siapapun selain Oliver." jawab Han.
"Apa kau yakin gadis itu telah mati?"
"Kau ini banyak bertanya sekali, kita sudah lihat, kan, bagaimana dia tertembak saat itu." Han bangkit dan berjalan menuju pintu.
"Tunggu Han!" langkahnya terhenti ia membalikan badannya dan melihat iris mata pemuda itu yang berubah menjadi abu-abu. "Suatu saat nanti, saat ada sesuatu yang mengharuskan kita kembali kesana. Berjanjilah untuk membawa Oliver juga," ucap Changbin. Han tersentak, baru pertama kali ia melihat warna mata itu.
Han tersenyum pahit. "Yah yah baiklah, segitu cinta nya kau padanya, jika ia sudah mati. bagaimana Perasaanmu?"
"Aku akan baik-baik saja walau tanpa dia, tapi dia memiliki pesan terakhir Mingju padaku. Aku benci mengakui ini, dia membuat pilihan yang tepat, jika saat itu kau yang tertembak aku akan sangat marah pada diriku sendiri."
Han terkekeh pelan. "Bahkan saat itu kau tidak mengenalku, konyol." ia menutup pintu itu dan meninggalkan Changbin yang terdiam di rooftop itu tepat saat hujan turun.
Changbin menatap pemuda yang terbaring itu. Ia mengepalkan tangannya, konyol katamu, ini semua karena mata ini telah membuka ingatanku tentang dirimu, bodoh!!
"Changbin, bisa kita bicara?" Oliver menghampiri Changbin, pandangannya menyendu menatap Han yang tak sadarkan diri. Ia melihat dirinya beberapa tahun yang lalu, Oliver tidak mengerti alasan Han melindungi gadis itu, apakah sama dengan alasannya melindungi Han dulu.
"Apa alasanmu melindungi Han waktu itu?" tanya Changbin, Oliver tersentak ia menundukan kepalanya.
"Dia berharga dan pantas untuk bebas, selain itu aku masih punya alasan diriku tetap di markas. Mingju benar, kau berasal dari luar bumi. Kau dan Han juga orang-orang itu, kan?" jawab Oliver.
"Ada pesan terakhir dari Tuan Mingju. Ini yang kau inginkan dariku kan?"
"Katakan!"
"Pergi ke Graffith Observatory. Temui Liona, dia memiliki pasukan Khusus yang akan menghancurkan StarTrip. Dan pelaku penghianatan di keluarganya pada saat itu adalah Taejin, kepala departemen StarTrip, Ayahku." Changbin tersentak, ia mengepalkan tangannya, mengeraskan rahangnya.
"Akan ku diskusikan hal ini dengan mereka," jawab Changbin.
Oliver memeluk Changbin dari belakang. Melingkarkan lengan kecil gadis itu pada pinggang Changbin. "Dia akan baik-baik saja, Han tidak bisa mati. Kau harus yakin itu," ucap Oliver lirih.
"Ya." sahut Changbin datar, ia melepaskan tangan Oliver, lalu keluar tanpa bicara sepatah katapun. Oliver menghela napas, kau selalu dingin dan menyembunyikan kesedihamu. Aku meragukan perasaanmu padaku Changbin.
"Oliver?" panggil Aza. Ia memasuki ruangan rawat Han. Oliver menoleh kemudian menyaut. Aza menghampiri gadis tinggi berambut silver itu.
"Kau dipanggil Chan, ia ingin bicara denganmu," ucap Aza. Oliver tak menampilkan ekspresi apapun, ia hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
"Sekarang, mari kita coba. Saatnya kau bangun pangeran dari tanah para arwah." guman Aza menatap Han yang terpejam.
****
"Aza, apa kau bisa melakukam ini?" tanya Chan. Aza diam. Apa semua pangeran tahu siapa sebenarnya Han, bahkan mengaktifkan kekuatannya pun Aza tak yakin karena iris mata berwarna merah itu tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Chan, apa kau tahu siapa sebenarnya Han? Dari mana ia berasal di Anscoup?" tanya Aza. Bang Chan mengangguk.
"Dia adalah pangeran penjaga kereta bintang. Ratu Airina yang membawanya, tapi aku tidak tahu dimana Han tinggal sebelum berada di district 9," jawab Chan. Mereka semua tak mengetahui nya?
"Baiklah, aku akan mencoba membangkitkan kekuatannya."
****
Felix menghentikan langkahnya. Di depannya, Minho menghadangnya. "Ada apa Minho?" tanya Felix.
"Aku siap mendapatkan ingatanku kembali," jawab Minho. Felix tersenyum menepuk pundak pemuda itu.
"Ikut aku," ajak Felix, mereka menuju kebun di lantai atas rumah Changbin. Minho tersentak saat Hyunjin dan Jeongin juga berada di tempat itu.
"Ada apa ini?" tanya Felix.
"Aneh sekali, Pheonix tiba-tiba saja menghilang. Juga dengan tornado Hyunjin. Para Anima Klan Lee menghilang. Bagaimana dengan Dori, kak Minho?" tanya Jeongin.
"Aku belum bertemu Dori. Sebelumnya ia bersama Aza dan Bang Chan," jawab pemuda itu.
"Kalian sendiri, kenapa ke tempat ini?" tanya Hyunjin, ia menatap Felix curiga.
"Minho menginginkan ingatannya," jawab Felix, Minho mengangguk membenarkan.
"Kita lakukan ini dengan cepat," tambah Minho.
Felix berdiri berhadapan dengan pemuda itu. Felix mengangkat tangannya ke arah Minho. Kabut abu-abu mengelilingi mereka. "Cle Mind On!" dorongan energi yang sangat kuat membuat pusaran angin di sekitar mereka. Hyunjin sebagai pengendali angin tak terpengaruh dengan energi itu sama sekali. Angin itu berubah menjadi kobaran api dan lahar panas. Minho menahan semua itu setiap aura yang keluar menampakan potongan-potongan ingatannya di masa lalu. Juga kematian Songi dan Dongi, pertumpukan memori dalam kepalanya terjadi, ia kembali mengingat semua itu dan juga mengingat yang terjadi setelahnya. Lahar panas yang menyelubungi Minho berubah menjadi dedaunan Hijau kemudian pecah berserakan. Minho berdiri dengan tatapan yang kosong. Perlahan matanya mengeluarkan air mata, ia melihat tangannya dan juga daun-daun yang berserakan.
Jeongin dan Hyunjin hanya bisa mematung melihat reaksi kakak tertuanya dari Klan Lee itu. Rasa bersalah menyelimuti mereka. Felix telah selesai menjalankan tugasnya, tinggal ingatan Han yang belum ia berikan, mungkin setelah pemuda itu sadar, ia akan memberikannya.
Jeongin dan Hyunjin menghampiri Minho dan merengkuh pemuda itu. "Maafkan kami, Kak," ucap Jeongin. Minho menatap kedua adiknya bergantian terutama Hyunjin. Hyunjin hanya diam menunduk tak enak pada Minho.
"Ayo kita mulai semua itu kembali tanpa ada perpisahan lagi," ucap Minho merangkul mereka berdua.
****
Changbin melangakah keluar dari ruangan Han, ia berpapasan dengan Aza di depan pintu. Aza menundukan kepalanya, hendak mengeluarkan suara, "sudahlah, ini bukan salahmu. Jika kau masih seperti itu, aku akan benar-benar menyalahkanmu." Changbin menjawab, Aza mengantupkan mulutnya.
"Baiklah, apa aku bisa menemui Han?" tanya Aza.
"Sana, temui dia," jawab Changbin, ia melanjutkan langkahnya mencari keberadaan Chan dan Seungmin.
"Seungmin!" panggil pemuda itu setelah menemukan Seungmin di dapur.
Seungmin menoleh pada Changbin yang menghampirinya, garis wajah pemuda itu sangat dingin dan datar.
"Kau tahu Griffith Observatory?" tanya Changbin pada Seungmin.
"Ya aku tau, ada temanku juga disana," jawab Seungmin. Ia memotong dadu buah-buahan di depannya . Seungmin sedang membuat salad buah.
"Bagus, kita harus menemui seseorang disana, tapi sebelum itu kita bicara dengan Chan."
"Ada apa Changbin?" Chan masuk ke dapur itu.
Seungmin meletakan pisaunya kemudian beralih ke bupet mengambil mayones disana. "Aku dan Chan berencana membuat salad buah untukmu. Hm yah, tapi kau mendatangi ku duluan," ucap Seungmin masih melakukan aktivitasnya.
Changbin tersentak, ia menjitak kepala saudaranya yang sedang menuangkan mayones pada buah-buahan itu. Seungmin mengaduh, lalu menyikut lengan Changbin.
"Changbin bilang kita harus menemui seseorang di Graffith Observatory," adu Seungmin pada Chan.
Changbin menghela napas, "Kita harus bertemu Liona. Dia dulunya rekan tim Graham di StarTrip. Karena sebuah perseteruan di tim itu, dia membelot dari StarTrip dan bekerja di Observatorium itu, ia juga kenal baik dengan Mingju." Changbin menjelaskan.
"Mengapa kau ingin bertemu dengannya? Kita tidak bisa melibatkan orang luar lagi setelah kau membawa Oliver, Changbin," jawab Chan.
"Aku di sini," ucap Oliver mendatangi ketiga pemuda itu, "tetapi sepertinya aku memang akan terlibat, karena pimpinan besar StarTrip adalah ayahku."
Seungmin membelalakan matanya, ia meletakan mangkuk berisi salad buah itu ke meja dengan keras. "Oh lihat ini, kita bersama putri dari musuh kita?!" sinisnya.
"Aku tahu kau ingin membalaskan kematian Ibumu Oliver, tapi ini masalah yang sangat besar. Kita bicara tentang perjalanan ke luar galaksi," jelas Chan.
"Sejujurnya kita bisa bekerja sama. Kau tau bagaimana kemampuan ku bukan, Changbin?" Oliver melirik Changbin yang masih diam. "Aku adalah Teknisi di markas itu," jelas Oliver.
Oliver duduk di Bar dapur itu sambil bertopang dagu. Sangat terlihat menawan!! "Dengar, Kau tahu kenapa Tuan Mingju memintamu mencari Liona?" tanya Oliver
"Kenapa kalian repot-repot mencampuri urusan planet kami?" tanya Bang Chan kemudian.
"Sederhana saja, sebenarnya dahulu StarTrip adalah aliansi yang sangat hebat. Mereka memiliki tim untuk menjalankan proyek perjalanan bintang dan sebenarnya NASA telah membentuk liga perjalanan Bintang, StarTrip bagian dari beberapa liga yang ada di dalamnya. Liona, Mingju, Graham, ayahku dan 3 orang lainnya adalah Tim dari proyek luar angkasa itu. Mereka berhasil mendarat di pluto dan menyaksikan badai di Mars, mereka juga hampir berhasil menemukan letak Proxima Centauri–bintang terdekat matahari– sebut saja mereka adalah penjelajan luar angkasa. Keberhasilan itu yang membuat ayahku berambisi mencari bintang-bintang lainnya dan memecahkan teori tentang Supernova dan Lubang Hitam juga relativitas yang digagas oleh Einsten." Oliver menusuk potongan buah di depannya dengan garpu. "Tetapi Ambisi ayahku manfaatkan oleh Graham ke hal yang lebih buruk, Graham ingin menguasai alam semesta. Ia percaya bahwa bumi bukanlah satu-satunya planet berpenghuni, ia ingin mencari planet-planet itu dan menguasai energi dari bintang-bintangnya. Ayahku terhasut oleh ambisi Graham, ia menyetujui untuk mengembangkan StarTrip lebih jauh. Anggota tim merasa Cara Graham dan ayahku telah salah dan keluar dari tujuan utuma mereka, mereka juga beroperasi secara ilegal. Bersama Liona, Tuan Mingju dan 2 orang lainnya mengajukan Protes dan keluar dari tim itu. Mingju melanjutkan hidupnya sebagai seorang mafia dan Liona berambisi untuk menghentikan StarTrip." Oliver memasukan potongan buah itu ke mulutnya.
"Kau paham? Kita memiliki musuh yang sama, Chan. Jangan khawatirkan aku atau Liona. Liona adalah anggota termuda di StarTrip, kecerdasannya dan kemampuan luar biasanya berhasil menjadikan ia sebagai lulusan termuda MIT, ia mendapat gelar doktor di usia 19 tahun. Jika kau ingin menyelamatkan planet mu, maka bekerja sama lah dengan kami."
Seungmin melebarkan matanya, ia melirik Bang Chan meminta pendapat pemuda itu. "Baiklah, mari kita bekerja sama," putus Bang Chan.
Changbin menghela napas, "baiklah kalau begitu, siapa yang akan menemui Liona?" tanya Changbin.
"Sepertinya Seungmin, Kau dan Hyunjin bisa ke sana. Aku akan melatih aura Minho dan Aza. Oliver bisa merawat Han. Felix dan Jeongin akan disini membantuku." Chan selalu cepat dan tepat dalam membuat keputusan. Ia juga sangat mempercayai kemampuan para pangeran.
"Aku membawa Hyunjin sebagai penengah kalian," lanjutnya saat melihat Changbin yang hendak protes.
Changbin mendengus, mengalihkan perhatiannya pada Oliver. "Jaga Han untuku," ucapnya pada gadis itu. Oliver tersenyum lalu mengangguk. Bang Chan mengangkat alisnya melihat interaksi Oliver dengan Changbin.
Getaran besar tiba-tiba terjadi, seperti ada gempa dan gemuruh angin di gedung itu. Tak lama getaran itu berhenti. "Minho telah mendapatkan ingatannya," jelas Seungmin melihat kepanikan kedua saudaranya itu.
Pzztaass....
Lampu ruangan itu tiba-tiba pecah, suara Dori, Pheonix dan tornado Hyunjin datang keruangan tengah, Chan dan yang lainnya mendatangi para Anima itu. "Ada apa ini?" tanya Chan.
Brukk...
Terdengar suara dari kamar rawat Han. Changbin berlari membuka pintu ruangan itu, tubuhnya terkejut melihat Han yang dilingkupi cahaya Merah dan Aza yang tak sadarkan diri. Hyunjin yang melihat itu langsung berlari menghampiri Aza dan mengangkat gadis itu keluar membaringkannya di Sofa. Para Anima menglantunkan Syair dengan bahasa yang asing, yang membuat Felix tiba-tiba meringis kesakitan, ia memegangi kepalanya yang terasa sakit seperti di tusuk seribu jarum. Anima itu terus melantunkan syair aneh itu, Felix bangkit dengan iris matanya yang sudah hitam pekat. "Cle mind On!!" teriaknya. Semua pangeran terkejut dengan kejadian ini, hanya Minho yang terdiam sambil menatap Aza sendu. Felix terjatuh tak sadarkan diri.
Cahaya merah itu meledak dengan kabut Hitam yang diciptakan Felix. Bang Chan mengalirkan Khy-nya membuat pelindung dari ledakan itu. Semua orang di ruangan itu berhasil ia lindungi dengan Khy-nya. Chan mengehela napasnya, ia menghampiri Han dan membuat segel disekitar kamar Han.
"Minho jelaskan padaku siapa sebenarnya Han!!" sentak Chan marah.
"Maafkan aku, Han adalah pangeran dari tanah para Arwah."
"Apa!! Tidak mungkin, dia tidak bisa meninggalkan tempat itu, jiwanya sudah tertanam dengan inti Procyon!"
"Ada satu hal yang tidak kau ketahui Chan. Ratu membawa Han untuk dijadikan pelindung Anscoup bersama kita di district 9. Faktanya Han diculik oleh petinggi Anscoup dan tanah para Arwah disegel selama Han keluar dari tempat itu. Dan ratu berbohong tentang Han yang berasal dari Klan Han. Itulah alasan kenapa Han menunjukan kebenaran Anscoup pada kita dan melarikan diri bersama kita."
"Sialan!! Kenapa kau tidak memberi tahu kami!!" Changbin sudah tersulut dengan amarahnya, ia menghajar Minho. Minho hanya diam dan pasrah dipukuli Changbin.
"Changbin hentikan!" titah Chan.
"Perbatasan itu saat ini dijaga oleh Grasmus, Bang Chan." Dori memotong pembicaraan mereka.
"Minho tidak bersalah, aku yang menyembunyikan semua ini. Alasan aku tak ikut kalian pergi karena aku harus menjaga segel itu bersama para Anima yang lain," lanjut kucing itu.
"Tidak!!" panik Oliver, semua menatap Oliver.
"Ada apa Oliver?" tanya Changbin.
"Changbin! Kau ingat kenapa StarTrip sangat menginginkan Han? Graham bilang ia akan mengambil inti itu, kau tahu maksudnya kan?!" ucap Oliver. Changbin membelalakan matanya, ia menyadari semuanya.
"Anscoup benar-benar dalam bahaya, kita harus segera pulang," putus Seungmin.
"Lalu bagaimana dengan Han sekarang, apa yang terjadi pada Aza dan Felix?" tanya Jeongin.
"Aza mengaktifkan kekuatan Han. Kekuatan Han yang sangat besar memaksa pikiran Felix untuk membuka ingatan Han." Dori menjawab.
"Dori sejujurnya aku kecewa padamu, jika kau menganggap aku pemimpin mu seharusnya kau tidak menyembunyikan kenyataan itu. Aku merasa gagal sebagai pemimpin."
"Maafkan aku Chan." Dori menundukan kepalanya merasa bersalah.
"Sudahlah, aku memang tidak dapat diandalkan. Sebaiknya kita tunggu Han sadar. Kalian beristirahatlah. Changbin, minta suruhanmu untuk membereskan kekacauan ini." Chan mengambil jaket dan Tasnya lalu melenggang pergi dari ruangan itu.
"Urus kucing mu!!" dengus Changbin, meninggalkan mereka.
"Jeongin ayo bawa Felix ke kamar," ajak Seungmin. Mereka membopong Felix ke kamarnya.
"Oliver, ayo kita bawa Aza," ajak Hyunjin. Oliver mengangguk mengikuti Hyunjin yang menggendong Aza.
"Oh iya," sela pemuda itu. "Jangan terlalu disesali Minho. Semua yang terjadi tidak semua karena mu. Aku benci dirimu yang selalu menyalahkan diri itu, kau tidak pernah berubah," ucapnya dingin. Hyunjin berjalan keluar meninggalkan Minho yang babak belur dan Dori disana.
****
To be Continue....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments