3Racha

"Halo, Changbin. Ada apa kau menghubungiku?".

"Aku ingin menawarkan kerja sama denganmu."

"Maaf, aku tidak tertarik dengan urusan Mafia. Startrip akan memulai kembali perjalanan bintang itu. Aku dengar mereka menemukan planet baru."

"Ini bukan urusan pekerjaanku. Ini tentang StarTrip dan planet yang di incarnya. Kau pasti tidak akan percaya ini, tapi penduduk dari planet yang akan dituju StarTrip ada di sini bersamaku."

"...."

"Liona?"

"Aku tunggu kau besok di Graffith Observatory. Bawa orang itu!"

Changbin menyeringai. "Tentu, nona."

****

Chan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin melepaskan semua amarahnya di jalan. Chan kecewa pada Dori. Ia tidak bisa menyalahakan Minho atas ketidaktahuannya, dan ia marah pada dirinya sendiri. Ia gagal melindungi Aza, Han terluka dan fakta yang baru ia terima bahwa selama ini seseorang yang bersama nya adalah Raja dari kehidupan dan kematian, penghuni bagian tergelap Anscoup.

Chan belum layak untuk menjadi raja Anscoup, banyak yang tidak ia ketahui selama ini. Ia tidak yakin bisa melindungi rakyatnya suatu saat nanti. Chan memikirkan kembali niatnya untuk kembali ke Anscoup. Ia sudah menjadi musisi yang hebat dan hidup biasa, jadi untuk apa ia kembali dan memberi harapan pada jutaan jiwa di Anscoup?

Ia berhenti di ladang rumput di sebuah dataran tinggi. Tulisan Hollywood terpampang besar di atas bukti itu. Chan mengeluarkan laptop di tas yang ia bawa. Ia memakai headphone nya dan membuka file yang berisi lagu garapannya, kekuatan Khy yang dimilikinya dapat menyelaraskan gelombang musik yang ia ciptakan. Chan menutup matanya menikmati hembusan aing dan suara musik yang ia dengarkan.

"Fyuh... Untung aku menemukanmu. Jauh sekali kau kabur sialan!!" suara Changbin terdengar dan merusak suasana tenangnya. Chan tak merespon, ia masih menutup matanya mendengarkan musik.

"Hei, kau tau? Aku juga benci dengan kucing oren itu. Ayo kita rencanakan pembunuhannya," ajak Changbin.

"Jangan menghiburku! Biarkan aku sendiri!" titah Bang Chan.

"Kau kira ini hiburan? Aku serius, tunggu biar aku pikiran cara yang sepadan untuk balas dendam," Changbin mengetuk-ngetuk hidungnya.

"Kita asingkan saja dia ke pusat penangkaran binatang. Ehh tunggu, bagaimana jika kita bakar dia dan berikan dagingnya pada Pheonix? Atau kita masukan dia ke kotak dan tenggelamkan di palung mariana? Bagaimana menurutmu?" Changbin tak menyerah.

"Kita beri obat pencuci perut pada makananya, biar Minho kerepotan mengurusi kucing itu," usul Chan menanggapi.

"Ayo ajak Han untuk mengerjai kucing sialan itu," usul Changbin. Bang Chan tersentak wajahnya kembali murung.

"Hei, semakin ke sini, kau semakin seperti Minho, selalu menyalahkan dirimu sendiri atas sesuatu yang tak kau kuasai! Lupakan itu. Han sudah sadar, ia sudah mendapat ingatannya kembali dan tak ada yang berubah darinya. Walaupun dia seorang pangeran dari tanah para arwah itu, dia tetap saudara kita bukan?"

"Han sudah bangun?" tanya Chan tak percaya.

"Yup dan aku berhasil memukul pelipisnya," jawab Changbin bangga.

"Aku akan memukulmu setelah moodku membaik," jawab Bang Chan datar.

"Lalu bagaimana keadaan Aza dan Felix?"

"Aman."

"Syukurlah."

"Chan, kau adalah pemimpin yang hebat. Tidak, bukan. Kau adalah Kakak paling hebat dan sangat luar biasa hebat. Jangan berpikir untuk menanggung keselamatan kami sendirian, kita harus saling melindungi. Karena kesalahan kita, Anscoup terancam musnah dan juga jiwa Han di inti Procyon itu terancam dicuri. Kita harus mengembalikan semua kekacauan itu bukan? Aku sudah menghubungi Liona. Besok aku, Seungmin dan Hyunjin akan ke sana. Sesuai perintahmu, ayo kita hancurkan StarTrip sialan itu!" ucap Changbin. Chan tersentak ia melupakn fakta bahwa ia tidak sendirian, ia bersama saudara-saudaranya yang selalu bersamanya. Kini mereka sudah kembali seperti dulu. Mereka lebih kuat dari siapapun.

"Baiklah, ayo kita pulang!" ucap Chan, ia membereskan peralatannya dan berdiri menuju motornya.

"Heii kata siapa kita pulang?! Enak saja! Kita harus rencanakan pembalasan dendam pada kucing oren itu!!" sahut Changbin tak terima.

"Ayo kita rundingkan bersama Han," jawab Chan tersenyum. Changbin ikut tersenyum dan menyusul pemuda yang memiliki kulit paling putih itu.

"Hoi Bang Chan!" panggil Changbin menyusul.

"Oh iya, kau kemari dengan apa?" tanya Chan.

"Ah iya, aku berteleportasi..." Changbin menepuk kepalanya. "Tak apa lah, aku ikut denganmu dengan motor."

"Aku punya ide!" ucap Chan.

"Buatkan portal teleportasi! Kita pergi dengan motor ini. Akan ku alirkan Khy pada motornya untuk meredam guncangan."

"Keren!! Ayo kita lakukan!!"

"Tunggu, sebelum itu, aku penasaran. Apa hubungan kau dengan Oliver? Apa kalian terlibat cinta segitiga?" tanya Chan, Changbin terkejut mendengar pertanyaan pemuda di depannya.

"Bukan apa-apa. Aku mengenal Oliver saat Mingju merawat dan mengangkatku sebagai anaknya. Aku menganggapnya sebagai adik perempuanku," jawab Changbin.

"Tapi sepertinya Oliver menganggap kau lebih dari itu." Chan berpendapat. Changbin membuat portal teleportasi kembali.

"Aku tahu, ia sudah pernah mengatakannya. Tetapi aku menghargai perasaan Han." Changbin menaiki motor Chan, Chan bersiap menyalakan motornya.

"Wah ini rumit. Ku kira Han menyukai Azalea." pendapat Chan. Ia memakai helm fullface nya.

"Sebenarnya itu dulu, tidak tahu kalau sekarang," jawab Changbin acuh.

"Bagaimana dengan Liona? Wahh aku tak menyangka kau dekat dengan wanita-wanita cantik dan hebat!"

Changbin mendengus, "kau menyebalkan! Kenapa bahas itu sih! Seharusnya aku tidak ke sini untuk menghiburmu!!"

"Ahahahahaha... Mood ku sudah membaik, siap-siap kau ku hajar karena telah berani memukul adik kesayanganku!!"

"Ini tidak adil!" gerutu Changbin. Chan menjalankan motornya, ia dan Changbin memasuki portal teleportasi.

Sebelum Changbin menjemput Chan...

Changbin berdiri di batas segel yang telah dibuat Chan di ruang perawatan Han. Ia menatap Han yang masih tak sadarkan diri. Changbin menghela napas, diantara siapapun di dunia ini. Han dan Bang Chan adalah orang yang paling berarti baginya. Mereka sama-sama menjalani penderitaan yang sangat berat.

Chan adalah anggota termuda dari Klan Amigdala sebelum Felix terlahir kembali dan menjadi bagian dari Klan Amigdala. Chan mendapat kekuatannya sejak umur 10 tahun dan ia sangat dibenci oleh kakak-kakak tertuanya karena menjadi yang paling sempurna mendapatkan kemampuan itu. Ia mendapat anugerah dari dewa waktu yang membuat dirinya bisa berjalan di luar lintasan ruang dan waktu. Oleh karena itu, Chan dipercayai menjaga kereta bintang. Sejak berumur 10 tahun, ia selalu mendapat amanah yang sangat berat, amanah-amanah itu seiring berjalannya waktu berubah menjadi tekanan. Chan dituntut untuk menjadi yang paling sempurna dan kuat. Tak sedikit nyawa yang hilang untuk melindungi Chan dari peperangan antar Klan–sebelum munculnya Klan Kim–.

Ia bertemu dengan Changbin dan mengikuti karangtina di district 9. Changbin tidak pernah bicara dengan siapapun di tempat karangtina, semua pangeran mengira ia bisu. Tetapi Chan tidak pernah menyerah untuk mengajak Changbin bicara. Chan unggul dalan setiap pelatihan di karangtina, hingga suatu hari ia dikalahkan oleh Changbin dan mereka akhirnya bicara. Chan membantu Changbin untuk berbaur dengan pangeran yang lain, ia mengajari Changbin untuk mengatur kekuatannya dan membuat portal teleportasi.

Sampai suatu hari, datang Han yang sangat berbakat bahkan mengungguli Chan dan Minho dalam kekuatan. Han memiliki sifat yang sombong dan tak ingin berbaur. Alasannya sederhana, ia membenci pangeran dan semua bangsawan Anscoup. Han selalu bertarung dengan Hyunjin dan berakhir Hyunjin yang babak belur. Changbin tidak menyukai sifat Han dan menantang pemuda itu. Dan lagi Changbin berhasil mengalahkan Han, dengan cara yang sama saat mengalahkan Bang Chan, yaitu dengan cara menghilangkan kekuatan para pangeran sementara. Semenjak saat itu, Han selalu mengikutiku Changbin, walau Changbin selalu mengusirnya, Han tak pernah berhenti mengikutiku Changbin. Chan merasa senang dengan kedatangan Han yang berhasil menambah ekspresi Changbin di tempat itu. Tak terasa mereka bertiga sering menghabiskan waktu bersama untuk menyelinap keluar district 9.

Uhuk... Uhukk...

"Hei, Changbin! Apa aku tidur terlalu lama?"

Changbin tersentak dari lamunanya, ia menatap Han yang sudah sadar dan tertawa dengan suaranya yang parau. Dengan sekuat tenaga, Changbin meninju segel di ruangan itu hingga pecah dan berlari memeluk Han.

"Hei, ini sesak tahu!" keluh Han. Changbin melepas pelukan itu dan menjitak kepala pemuda Han itu.

"Sialan kau! Diam-diam mengajak Aza dan masuk ke markas itu! Kau ingin markas itu diledakan oleh Minho jika kalian tidak kembali, Hahh!!" maki Changbin, wajahnya merah menahan amarah.

Han tersentak pandangannya menyendu. "Ahh iya, kau benar. Maafkan aku, bagaimana keadaan Oliver dan Aza?" tanya Han merasa bersalah.

Changbin mengusap wajahnya, mengatur emosinya. "Mereka baik-baik saja."

"Dimana Chan dan Felix? Aku tiba-tiba terbangun dengan ingatan yang telah aku dapatkan, dan siapa yang mengaktifkan–"

"Aza mengaktifkan kekuatanmu, kau nyaris mati jika kekuatan aslimu tak diaktifkan. Lihat matamu! Semua pangeran sudah tau siapa kau sebenarnya."

Han terkejut, ia memegang mata kanannya yang ternyata sudah berwarna merah, "ceritanya panjang, mungkin setelah aku bicara dengan Chan. Dan Dori... Bagaimana bisa dia kemari?! Lalu siapa yang menjaga segel–"

"Kakeknya Aza, Grasmus." potong Changbin.

"Aku akan mencari Chan, ia marah besar pada Dori dan Minho setelah mengetahui siapa kau sebenarnya. Jujur, aku juga kesal pada mereka dan juga marah padamu yang menyembunyikan identitasmu. Tapi kau terlalu lemah untuk ku pukul."

"Bilang saja kau tak tega untuk menyakiti pangeran paling tampan dan kuat ini," balas Han mengejek.

"Sepertinya kau harus ditampar Hyunjin dan Minho dulu agar benar-benar sadar," dengus Changbin. Ia membuka pintu ruangan itu lalu melirik Han.

"Aku pergi dulu menyusul Chan, aku akan beri tahu yang lain kalau kau sudah sadar. Istirahatlah!"

"Tidak, aku ikut dengamu." Han turun dari kasurnya dan berdiri, ia melepas semua infus dan kabel-kabel di tubuhnya.

"Biar aku yang menyapa–"

Gubrakk...

Kakinya terlalu lemas untuk melangkah, Han jatuh tersungkur kemudian meringis lemah.

"Ck. Lihat!" decak Changbin, ia melihat Oliver dan Hyunjin yang berjalan kearahnya. "Kalian urus Han! Aku harus mencari Bang Chan, dan memberitahunya kalau Han sudah siuman." Hyunjin dan Oliver membelalakan matanya lalu melangkah cepat masuk, mereka terkejut melihat Han yang tesungkur di bawah.

"Kau baik-baik saja?" tanya Oliver menghampiri Han. Memapahnya kembali ke kasurnya. Changbin melirik mereka sebentar kemudian melanjutkan langkahnya keluar.

****

Swingg....

"Woahhhhh... aku baru tahu kalau berkendara dalam dimensi itu sangat keren!!" puji Changbin. Mereka sudah sampai di halaman rumah besar Changbin. Chan terkekeh pelah. Ia membuka helm nya lalu turun.

"Kapan-kapan kita coba lagi." Chan menganggapi.

Mereka memasuki rumah itu. Semua sudah berkumpul di ruangan tengah, Aza sudah sadar dan Felix juga sudah baik-baik saja. Suasana menjadi mencekam saat Changbin dan Chan masuk ke tempat itu. Jeongin, Seungmin dan Felix sempat menahan napas melihat kedatangan kedua orang itu.

"Yoo... Bang Chan, apa kabar?!" sapa Han santai, ia mengangkat alisnya melihat ekspresi semua orang yang menatapnya horor.

"Kau sudah lebih baik?" tanya Chan. Han mengangguk semangat, Chan tersenyum tipis mengacak-acak rambut pemuda itu.

"Wahh lihat apa kau sakit mata?" tanya Chan sarkas. Han terkejut, ia merinding melihat tatapan tajam Chan.

"A-ku... A-akan berbahaya jika identitas ku ketahuan," jawabnya sedikit tergagap. "Lagi pula siapa sih orang  yang betah berada di tempat itu sendirian dan menyambut roh-roh yang akan menuju ke alam arwah?" balas Han. "Hei, nenek sihir! Bela aku dong, aku kan sudah menyelamatkan mu." panggil Han pada Aza. Aza sedikit terkejut, ia menoleh sebal pada Han.

"Maafkan Aku Tuan Bang Chan, untuk mengikuti garis takdir, kami para Anima terkadang harus bungkam dengan keadaan, aku tidak bisa memberi tahumu prihal takdir yang aku lihat dan kebenaran tentang Han," ucap Dori, ia menghampiri Chan dan berlutut di depannya. Minho menghampiri Dori dan hampir ikut berlutut jika tidak ditahan oleh Hyunjin.

Bang Chan berjongkok lalu mengelus kepala kucing itu. "Sudahlah... Aku sudah memaafkanmu dan mengoreksi kesalahanku. Kita tidak punya waktu untuk saling menyalahkan dan meminta maaf. Startrip sudah menjalankan proyek perjalanan bintang itu lagi, dan Minho, berhenti merendahkan dirimu sendiri! Changbin akan mengaktifkan kekuatanmu dan aku akan membantumu berlatih mengendalikannya," jelas Chan.

"Chan..." ucap Minho. "Terima kasih," lanjutnya. Bang Chan mengangguk pada Minho kemudian ia menghampiri Han dan merangkul pemuda itu, mengunci lehernya hingga tercekik.

"Kau merusak pertemuan yang diimpikan oleh Maknae kita. Biar aku beri kau pelajaran," desis Chan. Han membelalakan matanya, wajahnya memelas menatap saudara-saudaranya.

"Aku setuju," jawab Jeongin.

"Beri dia hukuman Chan!" Seungmin memprovokasi.

"Aku senang Han baik-baik saja," ucap Felix.

Hyunjin mendengus sebal, kemudian terkekeh pelan. "Awalnya aku khawatir melihat ekspresi Chan dan Changbin saat masuk. Tapi Syukurlah, semua sudah baik-baik saja," ucap Aza di sebelah Hyunjin, Hyunjin menoleh, ia tersenyum lebar pada Aza. Mengusap kepala gadis itu.

"Hei Chan, kita kan sepakat untuk memberi pelajaran pada kucing oren itu!" Changbin mengintrupsi, Chan berhenti mencekik Han.

"Changbin bodoh!! Jangan kau beberkan rencana kita!" teriak Chan handak menyerang Changbin.

"Nahh benar aku setuju, ayo kita bakar Dori dan berikan dagingnya pada Pheonix!" sahut Han.

"Hei, Pheonix ku bisa sakit perut nanti! Yang benar saja!!" tolak Jeongin.

"Mati aku, mereka semua psikopat," gumam Dori, Minho tertawa lalu menggendong Anima miliknya itu.  "Akan aku ledakan kalian jika menganggu Doriku."

Chan, Changbin dan Han terdiam mengatupkan mulutnya. "Hahahahah..... Kekuatanmu kan belum diaktifkan, mau meledakan dengan apa? Kembang api?" ledek Han.

"Aza ada di pihaku dan Dori," Jawab Minho menjulurkan lidahnya.

"Ahh sial kita akan menghadapi nenek sihir!!" Han menghela napas.

"Kalau begitu Changbin akan menghentikan Aza!" ucap Han.

"Sudahlah kau baru sembuh jangan banyak bicara, tidur sana!!" sahut Hyunjin.

"Aku sudah sehat yah, seratus persen sehat," jawab Han mantap.

"Melihat kau yang sudah berisik seperti ini sih, aku sudah yakin kau sudah sembuh," timpal Changbin.

"Hei kalian sudah hentikan! Aku lapar..." lerai Seungmin. Felix mengangguk membenarkan.

Aza, Oliver dan Bang Chan tertawa mendengar protes Seungmin.

Oliver bahkan sambil memegang perut nya yang terasa geli. Kebersamaan para pangeran itu sungguh menyenangkan, perdebatan mereka terasa lucu baginya, Changbin dan Han sangat beruntung memiliki keluarga yang seperti ini. Ia sampai merasa iri pada kedua pemuda itu. "Baiklah aku akan memasak untuk kalian, Aza kau ikut?" ajak Oliver.

Aza memainkan jarinya gugup. "Sebenarnya aku tidak bisa memasak," ucapnya jujur.

"Nenek sihir sepertimu mana mungkin bisa memasak," ledek Han. Aza menatap kesal Han.

"Hei kau juga pasti cuman tahu makanya doang kan?!" balas Aza tak terima.

"Biar aku bantu, ayo Changbin." Chan melirik Changbin.

"Hei aku juga tidak bisa memasak!" protes Changbin.

"Sudahlah biar aku saja, kalian tunggu disini," lerai Oliver, ia berjalan menuju dapur. Chan menyusul kemudian, ia melirik jahil pada Changbin sesaat sebelum meninggalkan mereka.

"Sialan!" umpat Changbin.

****

To be Continue....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!