Bab 17. Hadiah Misterius

Pearl tidak menjanjikan apa pun kepada papanya. Dia keluar dengan perasaan yang tidak menentu. Salah satunya, tidak mungkin dia mengutarakan keinginan papanya itu kepada Zack. Bisa saja pria itu malah menertawakan dirinya, menuduh tanpa bukti lalu memojokkannya bahwa apa yang telah diucapkan adalah keinginannya sendiri.

“Ada apa? Kau keluar dari kamar ini dengan bersemu merah, tetapi mengapa wajahmu sangat kusut? Apakah—”

“Bukan, Zack. Kau jangan terlalu percaya diri. Ini tidak ada hubungannya denganmu.”

Pearl meletakkan makanan dan minuman di meja. Tentunya bersama nampan yang dibawanya tadi. Usai dari ruang kerja papanya, Pearl langsung menuju ke dapur. Pelayan sebenarnya bisa saja membantu menyiapkan makanan untuk Zack, tetapi Pearl tidak mau. Dia menolak sebab tidak ingin pelayan masuk ke kamarnya yang menurutnya suasananya sangat aneh.

“Makanlah! Aku akan ke kamar mandi,” lanjut Pearl.

Tidak lama, setelah urusan Zack selesai, dia segera menghampiri makanan di meja. Roti dengan selai buah sudah berada di sana berikut jus jeruk dan air putih. Bagi Zack, itu sudah cukup lumayan untuk ukuran seorang istri. Ya, meskipun dia tidak menginginkan hal lebih lagi.

Pearl kembali ke kamar, dia sudah mengganti pakaiannya dengan baju yang terlihat lebih santai. Dia melihat nampan sudah kosong. Rasanya baru beberapa menit yang lalu dia meletakkan makanan di sana. Pada menit berikutnya, makanan itu sudah habis.

“Kau terlihat kelaparan sekali, ya?”

“Aku pekerja keras, Pearl. Aku juga mudah lapar.”

“Oh, kupikir seorang introvert tidak suka makan.” Pearl hanya bercanda. Dia tidak tahu seharian di dalam kamar akan melakukan kegiatan apa. Terlebih ada orang asing yang sudah mendiami kamarnya.

“Kau ini mudah sekali berubah, ya. Tadi, keluar dari kamar berbeda dengan sekarang. Sebenarnya ada apa?”

Pearl tidak mau menjawab pertanyaan suaminya. Gadis itu tidak mungkin mengutarakan keinginan papanya supaya dia segera memiliki anak dari pernikahannya. Jangankan untuk memiliki anak, bahkan Pearl tidak tahu apakah dia memiliki perasaan kepada Zack ataupun sebaliknya.

“Itu bukan urusanmu.”

Hal yang paling membuat malas adalah berdebat. Dia kembali fokus ke depan laptop, sedangkan sang istri mengembalikan nampan tersebut kembali ke dapur. Setelah itu, rutinitas baru dimulai, yaitu menjadi asisten suaminya. Beberapa berkas yang dikirim ke email Pearl sebab Zack yang meminta.

“Ingat, konsep proyek kita harus paripurna. Meskipun kita bekerja di belakang layar, jangan pernah sekalipun mengecewakan klien.”

Sungguh, Pearl tidak mau didikte terus-menerus. Justru keberhasilan proyek tergantung dari penyampaian Sam yang bertugas di lapangan. Kalau seperti inu, bukan pernikahan yang dia dapat, justru dia sibuk dengan pekerjaannya bersama sang suami.

“Aku bosan harus bekerja sama denganmu, Zack,” ujar Pearl ketika membuka laptop kemudian menutupnya kembali. “Kita menikah, tetapi kau seakan tidak tahu makna pernikahan itu sendiri.”

Zack menghela napas lalu mengembuskannya pelan. “Apa yang kau inginkan dalam pernikahan? Aku sengaja memasukkanmu ke dalam pekerjaan agar kita bisa menjadi partner terbaik. Kau paham kana pa artinya terbiasa? Itu maksudku. Aku ingin mengenalmu dari keseharian dan kebersamaan kita. Apa kau keberatan? Oh, atau kau ingin pernikahan itu berjalan seperti ini, ehm, maksudku menikah lalu kau hamil kemudian kita punya anak?”

Seketika tenggorokan Pearl merasa tercekat. Dia juga belum siap untuk itu. Biarlah kali ini Pearl mengikuti alur kehidupan yang ditawarkan oleh sang suami.

Tinggal di rumah mertuanya tak menyurutkan niat Zack untuk pergi ke kantor. Pekerjaan memang terkadang dilakukan dari rumah mertuanya, tetapi Zack ingin membuktikan bahwa dia mampu menjadi pemimpin yang

baik bagi perusahaan. Selain itu, usahanya yang lain akan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

“Kalian mau ke mana?” tanya Sadie yang sudah melihat anak dan menantunya rapi di pagi hari.

Tentunya sebelum mereka melakukan rutinitas, Sadie meminta mereka untuk sarapan pagi terlebih dahulu. Mengingat pakaian mereka rapi seperti berniat pergi ke kantor.

“Zack mau ke kantor, Ma. Sam sudah mengabari papa kalau mereka fokus mengurus perusahaan bersama,” sahut Jackob.

Zack tidak heran kalau adiknya itu sudah mengabari papa mertuanya. Selain perusahaan memiliki kerja sama dengan Jackob, Sam sudah mengenal pria paruh baya itu jauh sebelum Zack bertemu secara langsung.

Sadie tidak menyangka kalau putrinya secepat itu bisa masuk ke perusahaan besar seperti suaminya. Terlebih selama ini gadis itu selalu menolak apabila ingin dimasukkan papanya ke perusahaan yang sangat bagus dan cukup besar.

Agaknya sarapan pagi itu berakhir begitu cepat tanpa pembicaraan apa pun. Zack terus saja menghindar sampai mengutarakan keberatannya berbicara saat makan. Tentunya hal itu bisa dimaklumi oleh mertuanya.

“Apakah itu kebiasaan di keluargamu? Maksudku berbicara saat makan,” ucap Zack ketika berada di dalam mobil menuju ke kantor.

“Tidak. Hanya sesekali.”

“Ck, itu kebiasaan buruk.”

Pearl benar-benar dibuat kesal oleh suaminya. Andaikan posisi pria itu tidak sedang mengemudikan mobil, sudah pasti dia akan meninjunya. Tidak hanya itu, hubungannya tak lebih dari partner kerja belaka.

“Harusnya aku menikah dengan Sam. Sepertinya kami memang memiliki keinginan yang sama.” Pearl menggerutu sehingga pendengaran Zack bisa menangkapnya meskipun hanya sepotong.

Zack tidak peduli. Sekuat apa pun Pearl berusaha lepas dari dirinya, status pernikahan tidak akan mengubah apa pun. Meskipun sampai memiliki hubungan serius, Zack tetap pemilik yang sah. Ucapan itu benar-benar diabaikan Zack sampai mereka tiba di kantor.

“Kau mau turun sendiri atau menunggu aku panggilkan Sam?”

Sontak hal itu membuat Pearl mendongak sejenak. Dia pikir itu hanya candaan receh yang ditunjukkan suaminya. Alih-alih menyetujui, rupanya posisi Sam tidak jauh dari tempat mereka sekarang. Zack memberikan kode agar adiknya itu mendekat.

Benar saja, Sam merespons kode itu dengan begitu baik. Sesampainya di samping pintu keluar Zack, lelaki itu bertanya serius kepada kakaknya. Tidak biasa Zack melakukan hal seperti ini.

“Ada apa, Zack?”

“Istriku sedang membutuhkan bantuanmu.” Zack langsung keluar begitu saja, sedangkan Sam masih terpaku di tempat.

“Kalian kenapa?” tanya Sam setelah kesadarannya kembali. Dia sempat tidak bisa berpikir jernih selama beberapa detik.

“Kami baik-baik saja. Ayo, segeralah masuk. Jangan sampai ada masalah lagi di dalam sana.” Pearl berjalan di samping Sam.

Mereka pikir akan begitu mudah mencapai ruangan kerja Zack. Langkah mereka terhenti ketika Zack mendapat banyak hadiah dari seseorang yang sangat misterius. Tentunya ini sangat mengganggu sekali. Semula Pearl mencoba tetap tenang, tetapi dia penasaran pada isi hadiah-hadiah tersebut.

“Tolong bawa ke ruangan Tuan Zack!” perintah Sam kepada beberapa office boy.

Pearl mencoba berpikir rasional tanpa melibatkan hati. Mungkin saja itu adalah hadiah dari klien yang merasa senang bisa bekerja sama. Namun, Zack tidak pernah sekalipun bertemu mereka.

“Sial! Kenapa perasaanku menjadi tidak menentu?” batin Pearl.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

pdhl lebih berasa hangat (akrab) jika ngobrol dsaat sarapan ato makan gt

2024-02-06

0

Bismillah sukses💫

Bismillah sukses💫

jangan² kado pernikahan dari Ruby🤔

2024-02-04

0

Putri Chaniago

Putri Chaniago

moga ucapan Zack yg memanggilkan Sam utk pearl jd kenyataan, Sam jatuh cinta pd pearl, awal pearl kan mank cinta pd Sam

2024-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!