Bab 7. Kenyamanan

Pearl duduk lalu menikmati makanannya seorang diri. Dia tidak perlu lagi menunggu Zack sebab dia tahu makanan yang dihidangkan di meja memang untuk satu orang. Sesegera mungkin dia menyelesaikan makannya sebelum pria itu kembali.

Selain menikmati makan siang, banyak hal yang dipikirkan Pearl hari ini. Pekerjaan, tempat tinggal baru, dan suaminya. Ucapan Sam tempo hari juga masih terngiang-ngiang di telinganya. Pearl harus resign dari pekerjaannya. Itu artinya, dia harus fokus mengurus rumah tangganya.

Tepat beberapa menit setelah makan, bel kamarnya berbunyi. Pearl enggan membukanya sebab mengira itu adalah Zack. Namun, bunyi bel itu sudah berulang kali dan dia meyakini kalau itu juga bukan layanan kamar. Buru-buru Pearl membuka pintu lalu melihat Sam sudah berdiri di hadapannya.

“Sam?”

“Bersiaplah karena kau akan ikut bersamaku.”

“Aku?” Pearl terlihat bingung. Mengapa Sam datang lalu mengajaknya pergi? “Di mana suamiku?”

Bagaimanapun kondisinya, Pearl sudah menerima pria itu secara status. Mengenai kelanjutan hidupnya nanti, akan dipikirkan ulang. Ketika dia masih terpaku di tempatnya, Sam tanpa memedulikan lagi langsung menerobos masuk. Dia hanya ingin tahu kamar yang ditempati kakaknya sudah berubah atau belum.

Tawa Sam membuat Pearl buru-buru menyusul. Rupanya pria itu duduk di sofa di dalam kamar dengan kondisi masih tertawa kemudian menatap ke arah Pearl yang baru saja masuk. Pearl menatap heran dengan kelakuan pria yang singgah di dalam hatinya.

“Kenapa kau tertawa?”

“Tentu saja aku senang. Ternyata kakakku masih menjaga istrinya dengan baik. Kupikir dia sudah melakukan tugasnya dengan baik.”

Meskipun ranjang itu berantakan, tetapi bukan karena sesuatu yang menyebabkan. Ranjang itu hanya digunakan untuk persinggahan sementara ketika mereka berbincang-bincang sebelumnya. Sam puas menertawakan kakak iparnya, dia beranjak berdiri lalu membisikkan sesuatu.

“Kalau kau berhasil tidur dengan kakakku, aku bisa memberikan apa pun yang kau minta. Anggap saja sebagai hadiah dariku. Kau bisa minta mobil mewah, liburan dengan kapal pesiar, atau aku harus menghadiahimu apartemen supaya bisa tinggal dengan kakakku.”

Seketika Pearl bergidik ngeri. Jangankan membayangkan tidur bersama suaminya, membayangkan ciuman dari pria itu saja sama sekali tidak terlintas. Bukan karena Pearl tidak normal, tetapi pasti sulit sekali untuk memulainya. Entah tidak terpikirkan apa pun di benaknya.

“Dasar pria aneh!” Pearl merasa kesal dengan kelakuan Sam.

“Ayolah, cepat siapkan dirimu! Papa menyuruhku untuk menjemputmu. Cepatlah!” perintah Sam kemudian dia pindah ke depan lalu duduk di kursi.

Dari beberapa barang yang dibawa Zack, tak satu pun yang tertinggal di sana. Justru hanya tersisa gaun pengantin yang baru beberapa jam lalu terlepas. Lalu ke mana suaminya sekarang? Apakah dia meninggalkan Pearl seorang diri di kamar hotel? Tragis sekali nasib Pearl kali ini.

Zack duduk di ruang keluarga untuk pertama kalinya. Namun, ada banyak hal yang harus diubah. Tak seorang pelayan pun boleh berkeliaran di antara mereka, kecuali Sarah atau Vincent membutuhkan. Jikalau Sarah terlihat sangat tenang, berbeda dengan Vincent yang sangat kesal pada ulah putranya. Dia pulang ke mansion ketika Vincent ingin mengubah pandangan hidup dan pola pikir Zack yang tidak harus berada di dalam kamarnya terus-menerus.

“Bagaimana kalau Jackob tahu kau menelantarkan putrinya? Seperti tidak pernah diajarkan untuk peduli dan tanggung jawab kepada orang lain saja.” Vincent mulai memarahi putranya.

“Sudahlah, Pa, tolong berikan kesempatan Zack untuk berbicara,” sahut Sarah sebagai penengah dari masalah itu.

Zack tetap diam sebab dia tidak perlu menjelaskan apa pun. Dia memang pulang, tetapi nanti ketika malam tiba, dia berencana kembali ke hotel. Dia berharap jika Pearl sudah tidur lebih dahulu sehingga dia tidak perlu memulai perbincangan apa pun.

“Zack!” panggil Vincent lagi.

“Aku tidak perlu menjelaskan apa pun. Tunggu saja kedatangan anak dan menantu kalian.”

Vincent mengepalkan tangannya erat. Ingin rasanya meninju pria itu, tetapi Sam dan Pearl keburu datang. Pearl membelalakkan matanya ketika tahu kalau sang suami sedang berada di mansion keluarganya sendiri.

“Sam, keluarlah! Biarkan kami berbicara sebentar,” perintah Vincent.

Keheningan mulai melanda. Zack bersiap bangkit dari tempat duduknya untuk masuk ke dalam kamar. Berlama-lama di luar rasanya tidak nyaman sama sekali. Ketika posisinya hampir berhasil berdiri, tiba-tiba Vincent menghalanginya.

“Berikan waktu lima menit. Kita akan bicara bersama-sama.” Vincent menarik napas sejenak. “Jadi, mengapa kau meninggalkan istrimu?”

Pertanyaan yang sama membuat Zack bosan. Setelah menikah bukannya diberikan kesempatan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, Vincent malah ikut campur. Kalau bukan papanya, Zack mungkin akan memberontak lebih parah lagi dari hari ini.

“Pertanyaan yang sama dan berulang. Lebih baik aku ke kamar.” Zack bosan dengan semua ini.

Sampai akhirnya Pearl turun tangan untuk menyudahi keributan itu supaya dia juga bisa berbicara dengan Zack. Dia berdiri lalu menunduk sebentar. Mungkin ini saatnya dia mencoba mengenal Zack lebih baik lagi.

“Maaf, Tuan Vincent.” Pearl terduduk kembali. “Aku yang memintanya pulang. Kami … ehm, merasa tidak nyaman berada di hotel.”

“Tuan?” Vincent senang mendengar suara menantunya, tetapi sedikit terkejut. Lucu juga memiliki menantu yang ramah dan menarik seperti Pearl.

Dia segera menutup mulutnya sebab malu. Sebagai menantu keluarga ini, harusnya dia memanggil Vincent dengan sebutan papa. Dia merasa malu karena kecerobohannya sendiri kemudian merevisi ucapannya.

“Maaf, Papa ….”

“Benar begitu, Zack?” Sarah hanya bermodalkan ikut-ikutan cara suaminya saja, padahal dia juga tidak peduli apa pun yang dilakukan Zack maupun Pearl.

“Semuanya sudah jelas, bukan? Saatnya aku kembali ke kamar untuk menyiapkan segalanya.”

Ada sesal di hati Pearl. Mengapa dia ikut berbohong untuk menutupi kesalahan Zack? Daripada dia pusing memikirkan itu, dia beranjak dari tempat duduknya lalu mengekor di belakang suaminya. Dia tidak mau lagi tersesat di mansion sebesar itu.

“Kau lihatkan, Ma, Zack cocok menikah dengan Pearl. Gadis itu pasti bisa mengeluarkan anak kita dari kamarnya.” Vincent cukup yakin, tetapi tidak dengan Pearl sendiri.

Pearl memang mengekor di belakang Zack, tetapi sepertinya pria itu sama sekali tidak suka kehidupannya terusik. Sesampainya di depan sebuah kamar, Zack berhenti. Begitu juga dengan Pearl yang bingung mau ke mana selain mengekor suaminya.

“Sudah cukup bermain drama?” Zack menoleh.

“Apa maksudmu? Aku tidak sedang bermain drama, Zack. Sungguh aku hanya ingin keributan itu usai. Aku ….”

“Masuklah!” perintah Zack yang sengaja memotong pembicaraan gadis itu.

Memasuki kamar yang cukup luas dan mewah membuat Pearl terpaku. Pantas saja dia lebih puas di dalam kamar itu sebab semuanya serba modern dan canggih. Mungkin ini yang dinamakan kenyamanan.

“Mulai besok, kau harus berhenti bekerja,” ucap Zack menyadarkan lamunan istrinya.

Terpopuler

Comments

Bismillah sukses💫

Bismillah sukses💫

Yok cairin gunung es nya, Pearl!😁

2024-02-04

0

EmakKece

EmakKece

lama2 kok malesin bgt sih karakternya si Zack ini ?

2023-12-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!