Bab 15. Foto Pernikahan

Pagi-pagi, di sebuah mansion, Zack sudah siap dengan koper di tangannya, tetapi langkahnya terhenti sebab Sam baru saja datang. Zack seperti pria yang tidak bertanggung jawab kepada adiknya sendiri.

Semalam, Sam diperdaya Ruby. Beruntung karena lelaki itu masih cukup sadar sehingga ketika sampai di depan pintu masuk kamar hotel, secepat kilat Sam mendorong wanita itu mundur. Jika tidak, bukan hanya hidupnya saja yang dipertaruhkan. Seluruh masa depan dan hubungannya dengan sang kekasih bisa dipastikan kandas begitu saja.

“Wah, putra mahkota mau kabur ke mana ini? Semalam kalian berhasil meninggalkanku dengan wanita itu. Andaikan aku tidak sadar diri, kau tahukan apa yang akan diperbuat wanita itu?” Sam mengungkapkan kegundahan hatinya.

Kebetulan ada Sarah dan Vincent di sana. Tentunya mereka melihat interaksi yang tidak biasa itu. Sarah memastikan bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk pada putra bungsunya. Wanita itu mendekat lalu mengecek seluruh tubuh putranya seolah sedang memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja.

“Sam, apa kau baik-baik saja, Nak? Memangnya wanita mana yang berani menggodamu?” tanya Sarah.

“Bukan siapa-siapa, Ma. Lagi pula, Mama juga tidak mengenalnya.”

Berbeda dengan Pearl yang segera menyadari bahwa semalam dia berkenalan dengan wanita bernama Ruby. Mungkin saja wanita yang dimaksud. Namun, apa hubungannya dengan Zack yang belum jelas sampai saat ini. Zack bahkan tidak mengatakan apa pun.

“Apakah wanita semalam itu Ru—"

“Bukan siapa-siapa, Pearl. Kalau kau sudah tidak ada kepentingan lagi dengan Sam atau Mama dan Papa, sebaiknya kita berangkat sekarang,” sahut Zack memotong ucapan istrinya cepat.

“Ya, ya, sekarang anak singa sudah berani keluar dari kandangnya. Apakah ini murni keinginan anak singa atau paksaan istrinya?” tanya Vincent yang melihat perubahan sang putra.

“Hanya untuk menghormati undangan mertua, Papa.”

Pearl langsung mencubit pinggang suaminya sebab kepergian mereka ke rumah orang tua Pearl bukan undangan. Pearl hanya ingin menenangkan diri, tetapi Zack yang tidak mau. Pria itu mau ikut ke mana pun Pearl pergi sebagai perwujudan janjinya untuk memulai kehidupan baru. Entah akan dimulai dari mana?

“Bohong, Pa! Zack—”

“Zack hanya ingin kabur dari rapat penting hari ini, Pa.” Sam memotong ucapan kakak iparnya.

Setelah pulang dari pesta pada pagi hari, Sam langsung menuju ke kamarnya. Tentunya setelah puas menuding kakaknya tidak bertanggung jawab. Dia tidak menyalahkan Pearl yang tidak tahu apa-apa, tetapi tidak menyebutkan nama wanita itu sebab akan menjadi masalah pelik di dalam keluarganya. Setelah selesai bersiap, dia kembali lagi menemui keluarganya. Dia pikir kalau Zack sudah pergi, ternyata masih bercengkrama bersama orang tua mereka.

“Zack?” Atensi Vincent kembali tertuju kepada Zack.

“Rumah mertua juga penting, Pa. Aku bisa mengirimkan berkasnya dari sana. Jadi, apa bedanya?” Zack berusaha mengatur keinginannya

supaya bisa bersama dengan Pearl.

“Pergilah!” perintah Sarah.

Kalau sudah begitu, Sam tidak bisa lagi berbuat banyak. Mamanya sudah memerintahkan. Itu artinya, Sam harus bekerja sendiri lagi. Sebelumnya, situasi kantor sudah semakin membaik. Tentunya berkat keberadaan Pearl dan kakaknya.

Seorang pelayan bergegas membantu membawakan satu koper milik Zack. Pearl tidak membawa apa pun sebab di rumahnya masih banyak pakaian miliknya. Hampir semuanya masih berada di sana sebab Zack sudah menyediakan semua pakaian yang dia butuhkan.

Memutuskan mengemudi tanpa sopir pribadi membuat Pearl merasa kikuk. Niatnya duduk di jok belakang malah dibantah langsung oleh Zack yang sudah duduk di kursi kemudi. Dia menoleh sejenak lalu berucap yang tidak diduga oleh Pearl.

“Aku suamimu, bukan sopir. Jadi, bersikaplah layaknya seorang istri.”

Pearl berada di ambang pintu masuk mobil lalu gadis itu memelototi suaminya. “Kenapa aku tidak boleh duduk di belakang? Aku malas duduk di sebelahmu.”

“Pearl ….” Nada suara Zack cukup pelan membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

Pearl kembali menutup pintu lalu berdiri di samping pintu depan. Tentunya menunggu inisiatif Zack untuk membukakan pintu layaknya pria kepada wanitanya. Namun, menunggu beberapa saat tak membuat pria itu turun dari tempat duduknya.

“Apa yang kau tunggu?” tanya Zack kemudian.

“Inisiatifmu.”

Zack mengabaikannya sampai pada Sam yang tiba di belakang kakak iparnya. Lelaki itu memberikan kode agar Pearl mundur sebentar kemudian membukakan pintu. Pearl segera masuk kemudian Sam menutup pintunya kembali.

“Wanita butuh perhatian, Zack. Bukan diabaikan seperti itu,” sindir Sam sebelum berangkat ke kantor.

Zack ingin membalas perbuatan adiknya, tetapi dihalangi oleh Pearl. “Itu bukan pendewasaan, Zack.”

Zack segera mengemudikan mobilnya tanpa berdebat. Ada yang aneh dalam diri Zack ketika melihat interaksi adiknya dengan sang istri. Seperti sebuah rasa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Namun, beberapa kali Zack mencoba menyangkalnya.

Setelah melewati perjalanan tanpa berbicara sepatah kata pun, mereka telah sampai di halaman rumah keluarga Pearl. Kedatangan mereka disambut oleh orang tuanya. Sebelum masuk ke dalam rumah, mereka saling berpelukan dan Zack merasa begitu canggung.

“Akhirnya, kalian datang ke rumah juga. Papa pikir kalau Zack tidak akan pernah datang kemari,” ujar Jackob.

Sadie turut senang sebab menantunya yang tampan itu mau menemui keluarganya. Dia sempat mencemaskan sang putri apabila diperlakukan tidak baik di rumah mertuanya. Ternyata kecemasannya hanyalah perasaannya saja.

“Ayo, masuk! Pearl, kau bisa panggil pelayan untuk membantu suamimu.” Sadie meminta putrinya melakukan hal yang sama sekali tidak pernah dia lakukan sebelumnya.

Banyak sekali perbedaan rumah setelah ditinggalkan Pearl. Mamanya memiliki pelayan baru. Mungkin saja karena kesepian sehingga wanita itu mempekerjakan orang lain. Atau mungkin karena papanya yang sering pergi ke luar kota, sedangkan mamanya tidak memiliki teman.

Sebagai keluarga yang sudah memiliki menantu, tentunya agak mengherankan sebab tak satu pun foto pernikahan putrinya terpajang di rumah itu. Pernah sekali waktu Sarah mengutarakan kesedihannya kepada sang suami, tetapi Jackob menanggapinya dengan cukup enteng.

“Sudahlah, Ma, setidaknya putrimu telah menikah dengan orang yang tepat. Kalau hanya foto, itu bukan hal yang begitu penting. Asalkan suaminya bertanggung jawab dan tidak menyia-nyiakan putri kita, itu sudah lebih baik daripada sekadar foto,” ucap suaminya kala itu.

Sekarang, Sadie membimbing putrinya masuk ke rumah lalu mempersilakan mereka duduk di ruang keluarga. Ada banyak potret di sana, termasuk potret pernikahan Sadie dan Jackob di masa mudanya. Begitu juga foto masa kecil Pearl sampai tumbuh dewasa. Semuanya tertata sangat rapi.

“Itu foto pernikahan kami, Zack.” Sadie menunjuk satu foto pernikahan yeng terlihat bahagia sebab ingin memancing menantunya.

“Terlihat sangat bahagia, Ma.” Respons Zack cukup sederhana.

“Tidakkah kau menginginkan foto pernikahan seperti itu? Maksud mama, kalian belum punya foto pernikahan. Jadi, kapan kalian akan merealisasikannya supaya mama bisa memasangnya di ruangan ini?”

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

gercap jg nih ibu mertua

2024-02-06

0

martina melati

martina melati

hahaha... protes ni ye... emang driver grab y milih duduk jok belakang

2024-02-06

0

martina melati

martina melati

hahaha... drama dmulai lagi

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!