Bab 3. Rencana Pertemuan

Perbincangan dua pria melalui telepon tampaknya terdengar biasa saja, bahkan tidak ada sanggahan dari Jackob sendiri. Mungkin saja Vincent menjanjikan lagi kebahagiaan yang tidak bisa didapatkan dari pihak lain. Dari dalam diri Pearl sendiri rasanya muncul gejolak emosional, tetapi dia tidak mampu mengungkapkannya, sehingga memutuskan untuk membiarkan papanya fokus dengan panggilan telepon.

Melalui perbincangan itu sudah diputuskan bahwa pernikahan akan dilangsungkan tiga minggu lagi. Selama itu, Pearl diberikan kesempatan untuk mengenal dan bertemu dengan Zack. Hal yang paling dinantikan oleh Vincent sebelumnya dan Jackob pun setuju. Begitulah kekuatan kekayaan seseorang yang mendominasi sehingga tidak muncul penolakan sama sekali.

Sementara itu, Sam sebagai pembawa kabar gembira ingin sekali menggoda kakaknya. Sejak tadi, dia menguping pembicaraan papanya sehingga Vincent menugaskan Sam untuk memberikan beberapa jadwal penting yang harus dilakukan sebelum pernikahan.

“Sam, apa kau yakin bisa meyakinkan kakakmu?”

“Itu masalah kecil, Pa. Serahkan saja padaku! Hanya waktu tiga minggu sampai mereka menikah, bukan?” Sam berusaha memastikan kembali bahwa pendengarannya tidak salah.

Sam juga sudah tahu bagaimana menjelaskan wajah gadis itu pada kakaknya. Ini akan menjadi pertunjukan yang seru selama puluhan tahun hidup bersama. Kalau tidak ada hal yang begitu penting, Sam juga tidak bisa bertemu atau sekadar mengobrol. Zack benar-benar menjauh dari jangkauannya sebagai kakak, padahal Sam ingin sekali memiliki waktu sebentar bersamanya.

“Kau sudah menjadi penguping ulung rupanya. Jangan-jangan kau juga mendengarkan apa saja yang kubicarakan dengan Jackob?”

Sam mengangguk lalu tersenyum. Tentunya dia tahu Jackob, tetapi tidak dengan putrinya yang baru dia temui beberapa waktu lalu. Namun, yang menjadi pertimbangan lagi untuk Sam adalah seandainya dia berada di posisi Zack, dia pasti langsung menerima perjodohan itu tanpa drama apa pun.

“Hanya sedikit, Papa. Tak ada salahnya demi kebahagiaan kakakku.”

“Kau juga harus mempertimbangkan lagi hubunganmu dengan Victoria. Pikirkan masa depanmu juga seperti pemikiran papa untuk Zack.”

“Itu sangat berbeda, Papa. Aku dan Victoria belum membuat keputusan untuk serius dengan masa depan. Namun, seandainya Zack menolak menikah dengan Pearl, aku siap menggantikannya.”

Vincent segera mengusir Sam agar segera menemui kakaknya. Semakin lama berbincang, pembicaraan putra bungsunya sudah keluar dari jalur. Bagaimana kalau Zack mendengar penuturannya barusan? Sudah pasti akan menolak pernikahan ini sampai kapan pun karena Zack sulit sekali diajak

bercanda.

Sam mengetuk pintu kamar kakaknya berulang kali, tetapi tidak segera mendapatkan tanggapan. Tepat beberapa detik dia mengucapkan namanya, barulah Zack membuka pintu kamar. Sam langsung tersenyum ketika tatapan mata mereka beradu.

“Ada apa?”

“Boleh aku masuk?” tanya Sam, tetapi tanpa menunggu persetujuan kakaknya, dia langsung masuk ke kamar.

Zack langsung mengunci kamarnya seperti biasa membuat Sam terheran-heran dengan kelakuannya. Dia merasa kalau Zack seperti anak gadis yang kamarnya takut dimasuki oleh siapa pun, bahkan Zack terkenal tidak ramah kepada beberapa pelayan yang tidak mematuhi kemauannya. Selain introvert, Zack sangat dingin sikapnya.

“Kamar ini sangat luas kalau kau huni seorang diri, pasti rasanya membosankan. Aku datang kemari membawa titah Raja Vincent Wesly untuk memberikan kabar kepada putra mahkotanya. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Zack,” goda Sam kemudian menjatuhkan tubuhnya di ranjang besar itu secara terlentang.

“Menurut titah yang kubawa, kau diperintahkan untuk bertemu dengan calon istrimu. Jadi, pernikahan kalian akan digelar tiga minggu lagi setelah hari ini. Kau tahu, aku mendapatkan tugas lagi untuk menghias kamar pengantin ini menjadi kamar yang paling indah. Jadi, kau bisa ….”

“Sudah selesai?” Zack sengaja memotong ucapan adiknya yang membuat kepalanya semakin pusing.

Zack pikir kalau papanya akan memberikan waktu beberapa bulan lagi, tetapi dia hanya memiliki waktu tiga minggu untuk memasukkan orang asing ke dalam kamarnya. Selama itu juga, Zack merasakan kehidupannya terganggu. Inikah yang dinamakan komitmen, tetapi bukan keinginannya sendiri?

“Kalau kau masih mau mendengarkan, masih banyak lagi yang harus kukatakan. Jadi, bagaimana keputusanmu untuk bertemu gadis itu? Setelah aku lihat, sepertinya dia sangat penasaran denganmu, Zack.”

“Pertemuan itu akan terjadi pada hari pernikahan.”

“Zack, kau serius?” Sam mengubah posisinya dari terlentang kemudian duduk di ranjang.

Sam merasa kalau Zack benar-benar membuatnya terkejut. Sempat meragukan jati diri kakaknya, tetapi ketika menerima pernikahan itu sendiri, Zack sama sekali tidak menolak. Papanya meminta Pearl untuk datang ke perusahaan supaya bisa bertemu dengan Zack, tetapi kalau Zack menolak, Sam lagi yang ikut andil dalam perjodohan ini.

“Kalau kau sudah selesai memainkan drama, pintu keluar ada di sana. Putar kuncinya lalu keluarlah!” Zack menunjuk pintu yang tertutup rapat.

Sam beranjak dari ranjang lalu turun. Dia melangkah perlahan menuju pintu sambil memikirkan kata-kata yang akan diucapkan untuk kakaknya. Tepat ketika memegang kunci lalu bersiap memutarnya, Sam menoleh lagi.

“Jangan sampai kau menyesal kalau gadis itu lebih tertarik padaku.”

Zack tidak peduli. Apa pun yang terjadi nanti, dia berharap kalau itu hanyalah sebuah mimpi. Tepat ketika dia bangun, semuanya kembali seperti semula. Diri sendiri, kebahagiaan di dalam mansion, dan tidak ada drama menyakiti hati lawan jenisnya.

Keesokan harinya, drama baru lagi di mulai. Saat Pearl berniat pergi bekerja, tiba-tiba papanya mengetuk pintu. Dia segera beranjak untuk membukakan pintu sebab semalam dia sengaja mengunci pintu sebagai wujud pemberontakan kepada papanya.

“Selamat pagi, Pa!” sapanya.

“Sempatkan mengunjungi perusahaan milik Tuan Vincent. Hari ini Zack akan berada di sana ketika makan siang. Bawakan makanan yang menurutmu baik supaya kalian bisa saling mengenal.”

“Papa yakin kalau pria itu akan datang ke sana? Sedangkan aku datang ke mansion mewahnya saja, dia tidak mau menemuiku.”

“Pearl!” tegur papanya. “Tolong ikuti saja kemauan Tuan Vincent!”

Pearl menarik napas panjang lalu mengembuskannya. “Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, lebih baik aku tidak pergi ke luar negeri.”

Pearl mengambil tasnya lalu pergi tanpa sarapan pagi. Baginya rumah sudah berubah seperti neraka sejak perjodohan itu berlangsung. Suasana damai mendadak hilang berganti perintah yang harus dituruti dan dipatuhi tanpa adanya bantahan.

Seharian berada di luar rumah membuat Pearl malas sekali. Makan siang yang biasanya dilakukan di restoran dekat tempatnya bekerja harus diubah menjadi makan siang pendekatan kepada calon suaminya. Harusnya kalau pria itu serius, dialah yang akan datang menemui Pearl, bukan sebaliknya.

“Papa sudah menjadi budak orang lain. Sampai kapan akan terus seperti ini? Nantinya aku pasti akan menjadi pelayan di mansion mertuaku sendiri.” Pearl menggumam sambil menaiki lift menuju ke ruangan CEO.

Sesampainya di ruangan yang ditunjuk, dia enggan sekali masuk ke sana. Dia berdiam diri sebentar di depan pintu tersebut sampai memberanikan diri untuk masuk. Dia mengetuk pintu lalu mendapati respons orang yang sedang berada di dalam ruangan membuat jantung Pearl berdetak lebih cepat.

“Masuk!”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!