Bab 5. Pernikahan

Vincent sebenarnya sangat geram sekali dengan keputusan Zack, tetapi daripada gagal menikah. Akhirnya, pernikahan diputuskan hanya dilakukan di kantor catatan sipil. Tidak ada pesta atau perayaan apa pun. Seusai pernikahan pun, Zack ingin agar mereka segera kembali ke mansion dengan dalih ada pekerjaan penting.

“Akhirnya, Pangeran Zack keluar dari sangkarnya,” goda Sam yang melihat kakaknya sudah rapi dengan menggunakan tuxedo berwarna hitam.

Dia tidak menjawab. Tatapannya tetap tenang, padahal di dalam lubuk hatinya seperti sedang terguncang. Dia sangat gugup, khawatir tidak bisa menyelesaikan prosesi pernikahan dengan cepat. Dia juga tidak mau membagi keresahannya pada orang tua maupun adiknya. Jelas mereka pasti akan menertawakan dirinya sendiri.

“Sam, tolong jangan bercanda. Dibandingkan dirimu, Zack jauh lebih labil.” Teguran Vincent disampaikan di depan semua anggota keluarga yang ada di sana.

Pernikahan yang hanya akan dihadiri dari kedua keluarga. Totalnya sekitar tujuh orang saja. Dari pihak Zack ada empat orang dan sisanya lagi dari keluarga Pearl. Kalau semua permintaan itu tidak disetujui kedua belah pihak, sudah bisa dipastikan kalau pernikahan itu akan dibatalkan secara sepihak.

“Setelah dari kantor catatan sipil, kau bisa membawa istrimu ke hotel. Papa sudah menyiapkan segalanya di sana. Bawalah istrimu ke sana supaya kalian bisa saling mengenal,” lanjut Vincent.

Zack tidak merespons. Dia tetap tenang sambil mengamati seluruh persiapan pernikahan. Daripada calon pengantin, mamanya jauh lebih sibuk. Sarah sampai mendatangkan karyawati salon untuk merias dirinya secantik mungkin. Gaun yang dikenakan tidak kalah hebohnya dengan calon mempelai wanita meskipun mereka belum bertemu.

“Mam, kau cantik sekali!” puji Sam. “Jangan sampai calon istri kakakku kalah bersaing denganmu. Itu sama sekali tidak lucu.”

Sementara persiapan di mansion Vincent belum usai, di rumah Pearl malah jauh lebih sibuk lagi. Perias pengantin profesional didatangkan untuk memberikan riasan dan hasil yang maksimal supaya bisa sejajar dengan keluarga Vincent. Setelah riasan itu selesai, dia akan memakai gaun pernikahannya.

Cukup mengejutkan karena gaun pernikahan yang akan dipakai bukan pilihan Pearl sendiri. Tentunya hal itu membuat dia enggan memakainya. Dia malah menuduh mamanya yang menukar gaun pernikahannya.

“Mama! Mama!” teriak Pearl sambil keluar dari kamar.

Sadie yang sedang merias diri di dalam kamar kemudian buru-buru keluar. Dia melihat putrinya sudah berdiri di depan kamarnya.

“Ada apa? Mama belum selesai, tetapi kau sudah berteriak-teriak seperti itu.”

“Mam, kau sengaja menukar gaun pengantinku, bukan? Aku tidak mau memakainya!” tolak Pearl.

Gaun yang ada di dalam kotak adalah gaun pengantin mewah yang sama sekali bukan pilihan Pearl. Dia tidak menukar gaun itu, tetapi barang yang dikirimkan ke rumahnya sangat jauh berbeda. Untuk memastikan kebenarannya, Sadie ditarik ke kamar Pearl untuk melihat gaun yang dimaksud.

“Aku yakin kalau ini adalah ulah Mama. Lihatlah gaunnya! Aku tidak merasa membeli gaun ini. Tolong hubungi butik tempat kita membelinya. Ini adalah kesalahpahaman dan aku tidak mau memakainya.”

Sadie juga merasa tidak menukar gaun putrinya. Dia hanya meminta agar pihak butik mengantarnya ke rumah, sedangkan mereka melanjutkan belanja beberapa kebutuhan yang akan dipakai pada hari H pernikahan Pearl. Selain sepatu dan perhiasan, mereka sempat mampir ke sebuah salon. Ketika sampai di rumah, mereka lelah kemudian tidak mengecek ulang gaun pengantin yang sudah diterima.

“Sayang, mama tidak melakukan apa pun. Oh, ya, sebaiknya kau gunakan gaun itu saja. Sudah tidak ada waktu lagi. Sekitar 10 menit lagi kita harus berangkat.”

“Aku tidak mau! Ini bukan gaun pernikahanku.” Sekali lagi Pearl menolak. Gaun itu terlalu mewah dan bukan merupakan seleranya.

Jackob menyusul ke kamar putrinya sebab dari pihak keluarga Vincent sudah menghubungi agar mereka segera datang ke kantor catatan sipil. Lima menit lagi keluarga pihak mempelai pria sampai di sana.

“Sayang, kenapa kau belum siap?” tanya Jackob pada putrinya.

“Gaun pengantinku tertukar, Pa. Aku tidak mau memakai gaun yang bukan pilihanku.” Pearl masih bersikeras untuk menunda pernikahan hanya gara-gara gaun.

“Aku sudah minta dia untuk memakainya dulu. Setelah pernikahan, aku akan urus ke butik itu lagi. Lagi pula, tak ada salahnya kau pakai gaun itu. Ini sangat indah, Sayang.” Sadie masih mencoba merayunya.

“Mam!” Pearl kesal sehingga dia memilih duduk di ranjang daripada memakai gaun itu.

“Pearl, ini sudah tidak ada waktu lagi. Ayo, lekaslah gunakan gaun itu. Tuan Vincent sudah mengabari kalau mereka telah sampai di sana.” Jackob menarik tangan putrinya untuk segera bersiap.

Berbeda dengan keluarga Vincent yang baru saja tiba. Mereka langsung masuk ke dalam gedung untuk menunggu kedatangan mempelai wanita. Sam dan Zack duduk berdampingan, sedangkan Vincent masih mencoba menghubungi Jackob.

“Sudah kubilang kalau gadis itu tidak akan pernah datang,” ujar Zack.

Sontak hal itu membuat Vincent menatap tajam pada putranya. Entah apa yang dilakukan pria itu sehingga cukup yakin kalau Pearl tidak akan datang di prosesi pernikahannya sendiri. Namun, Vincent tidak akan pernah lelah untuk berusaha.

“Apa maksudmu? Apakah kau menyabotase mereka?” Vincent terlihat kesal.

Zack tersenyum sejenak. “Mana mungkin aku melakukan pekerjaan kotor, sedangkan aku selalu berada di mansion. Tuduhan Papa sangat tidak masuk akal!”

Sarah juga diam. Dia malah berharap kalau pernikahan itu gagal. Apalagi gadis pilihan suaminya sangat tidak sesuai dengan yang Sarah inginkan.

Sekitar 20 menit menunggu, datanglah mempelai wanita. Gaun yang digunakan tetap gaun yang salah, tetapi dengan perdebatan panjang. Zack sama sekali belum melihat istrinya sebab dia sudah duduk di depan petugas kantor catatan sipil yang akan menikahkan mereka.

“Ayo, langsung masuk saja!” perintah Vincent.

Pearl segera duduk di samping Zack, tetapi gadis itu sangat gugup. Dia bahkan tidak berani menoleh ke arah calon suaminya. Jangankan menoleh, melirik saja tidak.

Untuk pertama kalinya Pearl mendengar suara Zack. Dia cukup lantang ketika mengucapkan janji suci pernikahan, begitu juga dengan Pearl. Setelah dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, barulah keduanya diminta berhadapan.

Tatapan matanya beradu sejenak. Bagi Zack, memandang terlalu lama gadis itu akan menjadi masalah panjang. Jadi, seusai menyematkan cincin di jari manis Pearl, dia segera berpaling. Lain halnya dengan Pearl yang seakan berhenti bernapas sebab baru pertama bertemu pria yang berbeda.

“Apakah aku masih tidak layak untukmu?” batin Pearl.

Sementara beberapa orang menyarankan agar Zack memberikan ciuman atau kecupan pertama pada istrinya, tetapi tidak pernah dilakukan oleh pria itu. Dia hanya tersenyum kemudian diam. Dia mengisyaratkan untuk segera kembali ke kediamannya, padahal papanya sudah menyiapkan hotel untuk bermalam.

“Jackob, aku minta maaf. Sepertinya kami harus kembali,” ujar Vincent kepada besannya.

Jackob bisa memaklumi. Begitu juga dengan Sadie yang tampak tidak bisa akrab dengan Sarah. Wanita kaya itu tampak tidak peduli dengan kehadiran orang asing di hidupnya.

“Tidak masalah, Tuan Vincent. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi.” Jackob merasa bahagia sekaligus sesak sebab kehilangan putrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!