Sudah jam lima pagi. Mentari yang seharusnya mulai memancarkan sinarnya dari ufuk timur tertutup awan kelabu.
Rintik gerimis membasahi dunia. Di luar Tower of Oblivion, seorang anak lelaki berjalan menuruni anak tangga. Jubah penyihir berwarna hitam manari ditemani embusan angin pagi, membuatnya sedikit gemetar karena menahan dingin. Hanya bisa mencengkeram lebih erat lentera di tangannya.
‘Cuaca hari ini benar-benar tidak mendukung.’
Ethan menghela napas panjang, mengeluh dalam hati karena merasa kurang beruntung. Setelah bermeditasi sampai malam hari dan lanjur belajar aksara rune sampai larut, dia masih sedikit pusing. Bocah itu tidak menyangka gerimis menyambutnya ketika membuka mata.
Setelah menuruni anak tangga, Ethan melihat beberapa orang telah menunggu di sana. Lebih tepatnya, empat orang yang terdiri dari satu remaja dan tiga anak seusia dengannya.
Mata Ethan sedikit menyipit. Dia sama sekali tidak menyangka kalau bertemu dengan seorang kenalan di sana. Orang itu adalah Ray, anak yang mendaftar bersama dengannya.
“Apakah kamu Ethan, murid Lady Catherine yang menerima tugas? Namaku Jacob, apprentice di bawah nama Tuan Harold,” ucap remaja itu.
“Salam kenal Senior, namaku Ethan.” Bocah itu mengangguk ringan.
“Tidak perlu terlalu kaku, panggil saja aku Kak Jacob,” balas Jacob dengan seringai ramah.
“Baik, Kak Jacob.” Ethan kembali mengangguk.
Jacob yang berada tidak jauh di depannya adalah seorang senior berkulit sedikit gelap dan agak kasar. Tubuhnya cukup bugar, tinggi dan dipenuhi otot. Sekilas Ethan merasa kalau orang itu lebih cocok menjadi ksatria daripada seorang penyihir.
Mungkin, lebih tepatnya, orang-orang yang datang bertugas memiliki penampilan fisik yang terlihat baik.
“Itu kamu!” seru Ray yang melihat kedatangan Ethan.
“Ah. Kalian saling kenal? Sepertinya itu wajar, lagipula kalian masuk bersama.” Jacob menggaruk belakang kepalanya. “Omong-omong, yang ini Dennis dan Scottie, datang setengah tahun lebih awal dibandingkan kalian berdua.”
“Salam kenal,” ucap Ethan ramah.
Dennis dan Scottie tampak sedikit terkejut, tetapi segera mengangguk sebagai tanggapan. Perilaku tersebut terlihat jelas di mata Ethan, tetapi bocah itu tidak terlalu memikirkannya.
“Omong-omong, bolehkah aku menyebutmu Ethan secara langsung?” tanya Jacob.
“Tidak masalah.” Ethan mengangkat bahu. “Kalian semua bisa memanggilku Ethan tanpa perlu menambahkan apa-apa.”
“Bagus.” Jacob mengangguk senang. “Namun aku masih sedikit heran, sepertinya kamu cukup berani.”
“Berani?” Ethan memiringkan kepalanya.
“Hehehe. Sepertinya kamu tidak tahu. Maka biarkan menjadi kejutan nanti,” ucap Jacob sambil tersenyum misterius. “Kalau begitu ikuti aku. Sudah waktunya bertugas.”
“Ya!” jawab mereka serempak.
Ethan dan ketika anak lainnya kemudian mengikuti Jacob berjalan menuju hutan.
Sama seperti sebelumnya, hutan masih tampak suram dan dipenuhi kabut. Adanya gerimis juga membuat suasana semakin tidak menyenangkan. Selain suara gemerisik semak yang ditiup angin, hanya ada suara sepatu yang menginjak-injak tanah berlumpur di jalan setapak.
Setelah beberapa waktu, mereka pun sampai di tempat tujuan.
Ethan melihat sekitar dengan ekspresi heran. Di depannya tampak sebuah tanah terbuka yang dikelilingi oleh pepohonan hutan. Dibandingkan dengan hutan yang suram dan monoton, tempat itu lebih terang, bahkan tampak lebih berwarna.
Ethan melihat banyak tanaman warna-warni yang sama sekali tidak dia kenal. Sebagian besar memiliki bentuk yang unik, bahkan ada yang terlihat cukup aneh.
“Setiap orang memiliki tugasnya masing-masing. Perawatan tanaman dilakukan tergantung pada pemberi tugas. Ethan, tugas yang kamu terima diberikan oleh Lady Catherine sendiri. Kamu tahu itu kan?” ucap Jacob.
“Nama yang berada di sudut kanan bawah?” Ethan bertanya balik.
“Ya.” Jacob mengangguk. “Lady Catherine memiliki beberapa tanaman tersendiri, dan hanya satu jenis yang bisa ditangani pemula. Omong-omong, sepertinya kamu akan menggantikan gadis itu, Liz untuk setengah tahun ke depan. Mungkin lebih?”
“Eh?” Ethan tampak bingung.
“Yang lain bisa melakukan tugas seperti biasa. Ethan, kamu ikuti aku mengambil peralatan yang diperlukan,” ucap Jacob.
“Baik!” jawab mereka serempak.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Ethan berdiri di depan gudang dengan ekspresi kosong. Saat itu juga, dia memakai perlengkapan yang membuatnya agak bingung. Sebuah armor ringan dan tongkat besi panjang.
“Ikuti aku. Aku akan mengantarmu ke tempatmu bertugas dan memberi contoh,” ucap Jacob yang memakai armor ringan sama seperti dirinya.
Ethan mengangguk dan berjalan mengikuti. Dengan ekspresi agak ragu, dia akhirnya bertanya, “Kenapa kita memakai peralatan seperti ini, Kak Jacob?”
“Pertanyaan yang bagus.” Jacob tertawa. “Sebelum menjadi Arcanist sejati yang memiliki fisik kuat dan mampu mengendalikan sihir cukup bebas, apprentice menggunakan ini sebagai perlindungan tambahan. Alasannya? Tentu saja karena sebagian tanaman ajaib itu berbahaya, bahkan yang level rendah. Misalnya-“
Jacob menunjuk ke arah tertentu. Di sana, tampak tanaman aneh. Bisa dibilang tidak cukup aneh karena sesekali muncul dalam film fiksi ilmiah atau petualangan di kehidupan Ethan sebelumnya. Ya. Tumbuhan karnivora besar.
“Venus Headbiter, tanaman level rendah yang cukup berbahaya dan sering melukai pemula. Ah! Omong-omong, itu adalah tanaman milik Lady Catherine yang harus kamu rawat.”
Venuh Headbiter. Bentuk bagian rahang seperti venus flycatcher dalam kehidupan sebelumnya, tetapi tidak pipih melainkan bulat dengan diameter sekitar 50 cm dan dipenuhi ‘gigi’ tajam. Warna ‘kepala’ makhluk itu hijau dengan garis ungu yang tampak rumit, tetapi anehnya cukup indah.
Bagian bawah kepala makhluk itu bukan cabang pendek dekat dengan akar yang tegak, melainkan sebuah cabang panjang setebal lengan yang tampak elastis. Tingginya sekitar satu setengah meter, dan bergoyang-goyang ke sana-sini.
Klang!
Jacob menjatuhkan ember besi besar berisi banyak sekali kepala kambing. Dia mengambil satu dengan tangan kiri lalu berkata, “Sehari sekali di pagi hari, tanaman ini harus diberi makan satu kepala kambing. Selain itu, kita juga harus memastikan kebersihan area dekat akar.”
Setelah mengatakan itu, Jacob berjalan ke depan. Ketika jaraknya hampir satu meter, tanaman itu membuka mulutnya lebar-lebar dan bergegas menggigit remaja di depannya.
Sebagai tanggapan, Jacob mundur sedikit lalu memukul bagian kepala tanaman itu dengan tongkat besi di tangan kanannya. Ketika terpental mundur dan bagian mulutnya terbuka, dia langsung melempar kepala kambing ke dalamnya.
Tanaman itu tiba-tiba menutup mulutnya, lalu mundur dengan tenang. Tidak gelisah seperti sebelumnya.
Gerakan Jacob tampak begitu alami, membuat Ethan benar-benar terpana.
“Setelah tanaman ini menelan makanannya, dia akan tenang. Kamu bisa membersihkan tengkorak kepala kambing di bawahnya dan juga membersihkan gulma jika ada. Omong-omong, kamu harus berhati-hati ketika memberinya makan, lagipula dia memiliki nama headbiter. Hahaha!” Jacob tertawa ramah.
Ethan tertegun di tempatnya. Dia melirik ke arah sembilan kepala kambing di ember, lalu ke para ‘penggigit kepala’ di kejauhan.
‘Menanam dan menyiram bunga warna-warni? Mengajak hewan peliharaan jalan-jalan? Hehehe.’
Ethan menampar wajahnya sendiri dengan keras. Ekspresinya pun berangsur-angsur menjadi semakin gelap, bahkan tampak lelah.
‘Ini duni sihir. Betapa bodohnya aku yang dengan naif berpikir seperti itu.’
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
shapia indra v2
curiga gw🤔
2024-02-26
0
Triemas Putra
tanaman chomper di pvz? yang ungu makan zombie
2024-01-12
2
John Singgih
kalau lengah kepalamu bisa hilang ya
2024-01-03
1