Ethan mengikuti rombongan dan berjalan di jalan setapak menuju ke dasar lembah. Semakin ke bawah, pemandangan di sekitar semakin berubah.
Pada awalnya, Ethan bisa melihat sebuah hutan hijau yang dipenuhi berbagai tumbuhan yang tidak pernah dia lihat ketika mengamati dari atas. Namun, setelah semakin ke bawah, dia melihat banyak kabut di sekitar.
Bukan hanya itu, bahkan pepohonan hijau sebelumnya tidak ada. Justru digantikan dengan pepohonan tanpa daun yang meliuk-liuk dengan cara aneh. Di bagian batang yang penuh dengan garis seperti keriput, tampak beberapa pola seperti wajah yang terdistorsi.
“Sepertinya kalian sudah melihat perbedaannya.”
Suara Lady Catherine menggema di jalan setapak yang tampak suram karena kabut semakin tebal.
“Apa yang kalian lihat sebelumnya adalah ilusi yang dibuat dengan array. Bukan hanya menipu pemandangan, tetapi itu juga digunakan untuk menciptakan kabut dan menyebarkan kebingungan. Ada juga larangan terbang di atas lembah-“ Suara Lady Catherine terhenti. “Ah. Itu masih jauh dari kalian, jadi kalian tidak perlu banyak memikirkannya.”
Setelah mendengarkan ucapan wanita itu, banyak anak merasa tidak nyaman. Penasaran adalah sifat manusia, dan perkataan Lady Catherine yang disengaja jelas membuat mereka merasa sangat penasaran sekaligus tidak berdaya.
Ethan langsung mengingat idiom ‘keingintahuan membunuh kucing’, yang membuatnya menekan rasa ingin tahu dalam benaknya. Sebagai seorang peneliti di kehidupan sebelumnya, dia masih satu kalau seseorang bisa tersedak sampai mati jika mencoba menggigit dan menelan lebih dari yang bisa dikunyah.
Sama seperti seorang anak kecil yang baru memulai matematika. Pada awalnya, tentu saja anak itu harus belajar angka lalu mulai menjumlah, mengurangi, dan seterusnya. Jika anak yang baru bisa menghapal angka langsung dihadapkan dengan berbagai rumus untuk mencari volume benda atau semacamnya, bukankah itu sama seperti melihat grafiti atau bahkan lukisan abstrak?
Jelas terlalu membingungkan!
‘Buruk, kepribadian orang-orang ini tampaknya terlalu buruk.’
Ethan menghela napas dan mengeluh dalam hati. Tampaknya menggoda anak-anak kecil yang polos sudah menjadi rutinitas mereka, jadi dia harus mempersiapkan diri secara hati-hati.
Setelah beberapa saat, mereka semua akhrinya sampai di dasar lembah.
Pemandangan hutan gelap, berkabut, dan dipenuhi pohon-pohon aneh membuat anak-anak menjadi semakin tidak nyaman.
“Mulai dari sini, jangan sampai kehilangan fokus. Jika sampai tertinggal dan tersesat, aku tidak bisa menjamin akhir kalian,” ucap Lady Catherine main-main.
“Baik, Lady Catherine!” jawab mereka serempak.
Setelah itu, mereka pun mulai berjalan melewati hutan berkabut. Hanya saja, sesuatu yang abnormal mulai terjadi.
Pada awalnya, Ethan tidak melihat kelainan. Namun, semakin lama, dia menyadari kalau Lady Catherine semakin cepat. Gerakannya tampak ringan, seperti berjalan santai, tetapi kecepatannya benar-benar tidak lambat.
Ethan merasa kalau dadanya semakin sesak. Menyadari kalau tubuhnya sekarang terlalu lemah, dia hanya bisa menggertakkan gigi dan terus mengikuti.
Kedua tangannya mengepal, kuku-kukunya menggores telapak tangannya sampai berdarah. Mengabaikan rasa lelah, pusing, dan keinginan untuk beristirahat, dia terus mengikuti punggung Lady Catherine. Terus mengikutinya tanpa peduli berapa lama waktu berlalu.
“Rekrutan kali ini cukup baik. Benar-benar tidak ada yang tertinggal,” ucap wanita itu.
Pada saat suara Lady Catherine menggema, Ethan dan anak-anak lainnya akhirnya melihat cahaya.
Mereka benar-benar keluar dari hutan yang mengerikan itu!
“Huh-“
Melihat cahaya cerah tersebut, Ethan merasa tubuhnya yang sudah sangat lemah tidak tahan lagi. Tubuhnya terasa begitu ringan ketika dia jatuh ke depan. Namun, rasa sakit yang seharusnya dirasakan sama sekali tidak datang. Sebaliknya, dia merasa kalau tangannya dipengang.
Ethan merasa tubuhnya ditarik ke belakang dan bahunya ditahan. Saat itu juga, suara dingin terdengar di telinganya.
“Aku menganggapmu sebagai sainganku. Jangan tumbang di sini dan menjadi bahan lelucon.”
Perkataan itu membuat Ethan memulihkan kesadarannya. Meski masih merasa letih dan lemah, dia menahan diri agar tetap terjaga. Bocah itu kemudian menoleh ke samping dan melihat Ray memiliki sikap tak acuh.
‘Apakah ini yang disebut dingin di luar dan panas di dalam?’
Ethan tersenyum masam. Dia kemudian melirik ke arah beberapa anak lain. Selain dirinya, ternyata ada beberapa anak yang kurang beruntung.
Tidak hanya kelelahan, ada juga satu orang yang berjalan pincang karena menginjak sesuatu yang tajam. Kaki kirinya benar-benar merah karena darah. Ada juga beberapa yang tergores oleh semak berduri.
“Apakah ada barang bagus?”
Suara tua agak serak terdengar. Saat mendongak, Ethan melihat lima orang yang menunggu di anak tangga yang mengarah ke atas bukit.
“Bukankah sudah diputuskan kalau kali ini adalah giliranku? Kenapa kalian masih bermain-main di sini?” ucap Lady Catherine dingin, ekspresinya agak muram.
“Hehehe. Bukankah ini mencoba mengambil kebocoran? Mungkin saja ada anak baik yang memiliki afinitas unsur yang berbeda denganmu,” ucap seorang lelaki tua botak dengan jenggot lebat tidak terawat.
“Bahkan jika yang lain mengambil kebocoran, ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu, Ragnar.” Mata Lady Catherine menyipit, tampak agak berbahaya.
“Tidak perlu bertengkar. Ragnar melakukannya karena dia menginginkan murid baru. Kondisimu lebih baik darinya. Tidak bisakah kamu memberi keringanan? Kalian bisa mendiskusikannya terlebih dahulu,” ucap seorang wanita tua, satu-satunya perempuan di antara lima orang yang menunggu.
“Cih. Kamu masih suka ikut campur seperti biasanya, Agatha.” Lady Catherine tampak tidak puas, tetapi masih menunjuk ke arah Veronica. “Afinitas elemen api puncak-menengah, hampir tinggi. Ada juga afinitas elemen angin dasar-menengah. Ada empat anak yang memiliki afinitas elemen menengah, tiga sisanya puncak-rendah. Setidaknya masih memiliki harapan.”
“Bagaimana dengan satu anak lagi?” sela Ragnar.
Lady Catherine mengerutkan kening, lalu melirik ke arah Ethan dan memberinya isyarat untuk mendekat. “Afinitas elemen kegelapan puncak-menengah, api sedang-menengah, dan air rendah/sedang-menengah. Aku akan menjadikannya muridku.”
Di bawah tatapan tertarik lima orang lainnya, Ethan berjalan tertatih ke arah Lady Catherine.
“Memiliki afinitas kegelapan dan api sama sepertimu, pantas saja kamu mau merelakan barang bagus.” Ragnar terkekeh.
“Aku tidak melakukannya secara gratis. Kamu berhutang padaku, Ragnar.” Lady Catherine mengatakan demikian, tetapi justru melihat ke arah Agatha.
“Tentu saja, tentu saja.” Ragnar tertawa, tidak terlalu peduli dengan ekspresi dingin Lady Catherine.
“Delapan anak lainnya diserahkan padamu, Kevin. Ajarkan mereka peraturan dasar Tower of Oblivion. Tekankan pada kewajiban mereka, dan jangan sampai lalai,” ucap Lady Agatha.
“Sesuai dengan permintaan anda, Lady Agatha,” jawab seorang pria yang terlihat paling muda di antara kelima orang tersebut.
Setelah mengatakan itu, Lady Catherine melirik ke arah Ethan dan berkata, “Ikuti aku.”
“Baik, Master.” Meski lelah, Ethan masih mengikuti wanita itu. Tidak lupa, dia membungkuk hormat pada orang-orang sebelum pergi.
Ketika keduanya menaiki tangga dan berjalan cukup jauh, Lady Catherine mulai menjelaskan.
“Keempat orang itu adalah Ragnar, Agatha, Harold, dan Bruce. Mereka semua adalah White-Arcanist, bisa dibilang sangat kuat di Tower of Oblivion. Setidaknya memiliki tingkatan mirip denganku,” ucap Lady Catherine.
Dia melirik ke arah lelaki tua botak berjenggot tebal dan wajah agak jahat. Kemudian mengalihkan perhatian ke wanita tua agak pendek, sedikit bungkuk, memiliki ekspresi agak seram dengan mata tajam dan hidung bengkok seperti elang.
Pandangan Lady Catherine kemudian beralih ke arah pria paruh baya yang tampak sopan, berpakaian rapi dengan rambut coklat agak panjang dan memakai kacamata. Terakhir berhenti pada sosok pria paruh baya yang berpenampilan agak biasa, tetapi memiliki wajah tegas dan tubuh yang tampak terlatih.
Masing-masing dari orang itu memakai jubah hitam mirip dengan Lady Catherine. Bahannya sama, tetapi desainnya sedikit berbeda. Mereka berempat juga tidak memakai topi penyihir besar yang hampir menutupi wajah.
Ethan mengangguk, menerima informasi dari Lady Catherine dan mengingatnya dengan serius.
Saat itu, suara Lady Catherine kembali terdengar.
“Omong-omong.”
Wanita itu berhenti ketika keduanya sampai di puncak bukit. Berdiri di depan gerbang raksasa menara hitam yang misterius, dia tersenyum.
“Selamat datang di Tower of Oblivion, Ethan.”
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Yorfinn
jejak
2024-04-30
0
John Singgih
semoga betah di tempat yang seperti itu
2024-01-02
4
viola deam
Tower tower
2023-12-17
0