Dua hari kemudian.
Sinar mentari pagi di musim panas menembus jendela dan menerangi kamar yang awalnya gelap gulita. Di depan sebuah cermin, seorang anak lelaki berdiri dengan tenang.
Rambut hitam yang biasanya acak-acakan seperti sarang ayam ditata rapi. Di bagian luar seragam apprentice, dia mengenakan pelindung dada, lutut, dan siku. Tak lupa, sepasang sepatu dan sarung tangan dengan warna yang sama.
Di bagian pinggangnya, dia memakai sabuk kulit. Di sisi kiri, ada pedang pendek. Di sisi kanan, ada tas kecil berisi dua potion dan pil gizi.
Melihat sosok bocah tampan di cermin, Ethan tidak bisa tidak menghela napas panjang.
‘Pakaian benar-benar mempengaruhi penampilan seseorang. Hanya saja, ini agak terlalu boros!’
Dari 700 poin yang Ethan miliki, dia menggunakan 500 poin untuk membeli ramuan penambah mana. Sedangkan sisa 200 poin digunakan untuk membeli satu set peralatan yang terdiri dari pelindung dada, lutut, dan siku ditambah sarung tangan serta sepatu boot.
Semuanya terbuat dari kulit magical beast tingkat rendah. Selain kokoh, perlengkapan tersebut juga memiliki sedikit resistensi terhadap panas.
Harganya seharusnya sekitar 300 poin, mungkin sedikit lebih banyak. Namun Ethan mendapatkannya dengan murah karena membeli bekas.
Ya. Sejak diberi pedang oleh Valen, bocah itu langsung sadar bisa menghemat uang dengan cara tersebut. Tentu saja, harus tetap berhati-hati karena barang yang dibeli terkadang terlalu aus.
Sebagai solusi, Ethan menghubungi Jacob dan akhirnya membeli perlengkapan tersebut darinya. Lelaki itu awalnya tidak setuju, tetapi karena ukurannya memang sudah tidak muat, akhirnya dia dengan rela menjualnya.
Menghasilkan untung besar dengan membeli peralatan yang terlihat cukup baru itu!
Ethan sendiri masih mendambakan jubah hitam yang memiliki ketahanan panas, tetapi juga menghangatkan tubuh dengan baik. Harga asli sekitar 170-200 poin, dan bekas sekitar 120-150 poin. Hanya saja dia tidak membelinya.
Ya. Terlihat tidak begitu banyak, tetapi sekarang poin Ethan benar-benar nol besar!
Bahkan dari seluruh peralatan yang dibawa, pedang dan dua potion diberikan oleh orang lain. Jika tidak, dia harus menghabiskan 500 poin untuk membeli barang tersebut, bukannya malah membeli ramuan penambah mana.
Meski begitu, hasil yang dia dapatkan kali ini benar-benar cukup luar biasa.
‘AIDA, periksa statistik dan perkembangan kemampuan.’
[ DING! ]
[ Ethan Waldstein. STR: 1,5 AGI: 1,5 VIT: 1,5 MP: 5,1 Kondisi: Sehat. ]
[ Peningkatan sihir api – fire ball: 498 jam ]
Melihat MP yang telah melebihi 5 poin dan bisa dianggap sebagai apprentice-menengah, Ethan menghela napas lega. Meski tidak terlalu kuat, setidaknya sekarang dia memiliki level standar tim yang akan dikirim.
Dengan demikian, bocah itu merasakan sedikit rasa percaya diri. Masih waspada, tetapi tidak terlalu tertekan dan cemas seperti sebelumnya.
‘Meski agak awal, sebaiknya aku pergi ke tempat pertemuan terlebih dahulu. Jika tidak, mungkin banyak senior yang akan menargetkanku karena dianggap sombong atau semacamnya.’
Setelah memutuskan, Ethan segera mengambil jubah apprentice berwarna hitam dan memakainya. Sebelum keluar dari kamar, dia tidak bisa tidak melihat ke sekeliling ruangan. Walau bukan tempat yang mewah, tetapi bocah itu merasa kalau di sinilah tempatnya.
Ethan tersenyum lembut, lalu membuka pintu kamarnya. Namun, saat itu dia terkejut ketika melihat Liz yang berdiri di depan pintu. Gadis itu tampaknya agak ragu, dan terlihat sangat kaget ketika dia membuka pintu.
“Apakah ada yang bisa aku bantu, Senior?” tanya Ethan.
“Kamu berangkat hari ini?” Bukannya menjawab, Liz bertanya balik.
“Iya.” Bocah itu mengangguk. “Kalau tidak salah, kamu berangkat lusa kan, Senior?”
“Um.” Liz sedikit mengangguk.
“Apakah ada yang salah? Mungkinkah Master memanggilku?” tanya Ethan ragu.
Liz menggelengkan kepalanya. Setelah agak ragu, akhirnya dia berkata, “Karena kamu berangkat hari ini, bagaimana kalau aku mentraktirmu makan sarapan di kantin? Tentu saja, bukan makanan biasa!”
Ethan tersenyum lalu menggeleng ringan. “Tidak perlu, Senior. Itu cukup boros. Gunakan saja untuk membeli keperluan lain.”
Liz tertegun sejenak. Jelas-jelas dia memberanikan diri dan menahan malu untuk mengajak bocah itu makan bersama, tetapi malah ditolak dengan senyum santai di wajahnya. Hal tersebut langsung membuatnya kesal.
“Cih! Ambil ini! Pastikan kamu kembali hidup-hidup, jangan mengecewakan Master!”
Liz tiba-tiba mengambil sebuah bungkusan dari belakang punggungnya lalu mendorongnya ke Ethan, memaksa bocah itu untuk menerimanya. Belum sempat Ethan bereaksi, gadis itu berbalik lalu berjalan ke arah array teleportasi dengan ekspresi suram.
Ethan yang baru saja sadar melihat ke arah Liz yang sudah sampai di array teleportasi. Sadar tidak bisa mengejar, dia berkata dengan lantang.
“Jaga dirimu baik-baik, Senior. Sampai bertemu lagi bulan depan!”
Mendengar itu, Liz yang hendak mengaktifkan array terkejut. Dia tidak mengatakan apa-apa, bahkan tidak menoleh. Namun, sudut bibir gadis itu melengkung ke atas, lalu sosoknya benar-benar menghilang dari pandangan.
Melihat Liz yang telah pergi, Ethan mengalihkan pandangannya pada bungkusan yang diberikan oleh gadis itu. Setelah membukanya, dia benar-benar terkejut.
‘Belati yang bagus. Bukankah ini setidaknya bernilai 100 poin? Sepertinya aku harus mentraktir gadis itu makan enak setelah kembali dari misi.’
Ethan sama sekali tidak ragu. Bocah itu menyematkan belati tersebut di bagian belakang pinggang. Di tempat yang masih mudah dijangkau. Setelah itu, dia pun pergi.
Baru saja berjalan keluar dari menara, Ethan melihat sosok Valen yang berdiri menunggunya. Remaja itu juga menggunakan perlengkapan yang mirip dengan miliknya, bahkan terlihat sedikit lebih baik. Dia juga memakai jubah yang Ethan inginkan.
Benar-benar membuat bocah itu merasa agak iri.
“Mungkin belum waktunya untuk berkumpul, tetapi kita bisa menunggu di luar lembah. Seharusnya sudah ada kereta yang bersiap di sana.” Valen melambaikan tangan, menyapa dengan senyum ramah.
“Bagaimana dengan senior lainnya?” tanya Ethan.
“Belum datang. Namun itu tidak masalah, karena dengan begitu kita bisa membicarakan strategi dalam perjalanan keluar lembah,” jawab Valen.
“Dimengerti.” Ethan mengangguk.
“Kalau begitu-“ Valen membuat isyarat dengan tangan. “Haruskah kita berangkat sekarang?”
Ethan melirik ke arah Tower of Oblivion, lalu ke arah langit biru yang membentang luas di kejauhan. Bocah itu pun mengangguk.
“Ya.”
Setelah berlatih dasar-dasar sihir dan memperluas wawasan dunia ini selama tiga bulan berada di menara, Ethan akhirnya menginjakkan kaki keluar dari tempat ini.
Petualangan pertamanya dalam menjelajahi dunia sihir yang misterius ini pun dimulai.
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
nusantara
beda dengan cerita lain.... ini lebih detail dan tidak mengorbankan alur cerita yang baik... mantap thor
2024-01-27
3
schianthus
cuma di novel ini kayaknya—di mana gw, selaku pembaca, ngerasain perjuangan ethan yang kekuatannya sedikit demi sedikit bertambah. sangat realistis, ga tiba-tiba jadi kuat and kaya hanya dalam beberapa chapter.
2024-01-11
5
Luthfi Afifzaidan
lanjutkan
2023-12-20
0