Menginjakkan kaki di kelas, Ethan langsung melihat pemandangan kelas yang tampak luas. Bentuknya seperti ruang kelas universitas dimana ada papan tulis besar di bagian depan kelas. Sedangkan untuk tempat duduk disusun bagian depan pendek ke belakang semakin tinggi.
Hanya saja, ada suatu hal yang membuat Ethan merasa agak aneh. Di dalam kelas yang seharusnya muat untuk puluhan orang, hanya ada sepuluh orang termasuk dia dan Veronica yang baru saja tiba.
Mereka semua adalah anak-anak yang terdaftar ke Tower of Oblivion bersamaan dengannya kemarin. Hanya saja, dibandingkan sikap sebelumnya, mereka tampaknya berubah secara drastis.
“Cih. Melampiaskan kemarahan karena tidak mampu,” gumam Veronica.
Mendengar gumaman gadis itu, alis Ethan sedikit terangkat. Dikarenakan bimbingan tidak lengkap dari senior yang tidak bisa diandalkan, dia merasa kalau informasi yang dikumpulkan masih sangat kurang. Bocah itu tidak bisa tidak mengeluh dalam hati.
‘Tidak bisakah aku mendapatkan sesuatu yang harusnya kudapatkan? Bagaimana bisa aku menghadapi masalah ini jika aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi?’
Ethan tersenyum masam. Dia kemudian pergi ke tempat duduk, agak jauh di atas tepat pada bagian sedikit gelap dan tidak mencolok. Karena anak-anak lain merubah sikap mereka dan membentuk kelompok sendiri, bocah itu memutuskan untuk duduk dari jauh dan menonton.
Veronica tampaknya ingin mendekati Ethan, tetapi segera menyerah karena merasakan penolakan darinya. Jadi gadis itu memilih untuk duduk di tempat paling mencolok bagian depan kelas. Tampaknya menghindari anak-anak bangsawan, belum lagi anak-anak yang ditangkap dan dijual.
Ray duduk bersama dengan anak-anak biasa, sementara empat anak bangsawan lain juga membentuk kelompok kecil.
‘Lupakan. Lagipula aku juga tidak mengenal mereka. Abaikan saja.’
Ethan menggeleng ringan. Dia duduk santai sambil menopang dagu, tampak melamun tetapi sebenarnya masih fokus pada kata ‘Scanning’ dalam benaknya. Menyadari kalau pemindaian memerlukan waktu yang begitu lama karena data tidak lengkap, bocah itu hanya bisa menghela napas panjang.
Setelah beberapa saat, pintu akhirnya terbuka dan sosok Lady Catherine memasuki ruangan. wanita itu duduk di kursi pengajar, lalu melirik sekilas ke anak-anak yang ada di dalam kelas.
“Tidak ada yang terlambat. Sepertinya kalian masih tahu betapa pentingnya pelajaran ini,” ucap Lady Catherine santai. “Kalau begitu, aku akan menjelaskan pada kalian secara langsung.”
Ethan yang sebelumnya santai menjadi lebih serius. Dia menatap ke arah Lady Catherine, menunggu penjelasan wanita tersebut.
“Pertama-tama, apakah kalian tahu apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Arcanist?”
“Jawabannya tentu saja bisa menggunakan sihir dan memiliki akumulasi energi sihir dalam tubuhnya agar sihir itu bisa digunakan.”
“Setiap Arcanist memiliki kecocokan tersendiri pada sihir tertentu. Kecocokan tersebut berarti bisa mempelajari sihir dan menggunakan sihir elemen tersebut lebih mudah. Mungkin tidak adil, tetapi disitulah bakat berpengaruh. Memiliki afinitas elemen lebih baik berarti jalan lebih mudah, tetapi bukan berarti yang memiliki afinitas buruk tidak bisa maju.”
“Ingat kata-kataku. Bakat mungkin menentukan langkah awal seseorang, tetapi bukan batas yang bisa dicapai. Itu berarti, jika kamu berbakat, jangan sombong karena hal tersebut hanyalah salah satu pegangan yang membuatmu lebih mudah, bukan membuatmu bisa melakukan segalanya. Jika kamu tidak berbakat, maka bekerja lebih keras, kumpulkan lebih banyak sumber daya, dan pencapaianmu juga tidak akan dibatasi dengan bakatmu sendiri.”
Mendengar ucapan Lady Catherine, ekspresi Ethan menjadi lebih serius. Walau tidak bangga dengan bakatnya, kata-kata wanita itu membuat hatinya menjadi semakin kokoh. Tidak begitu mementingkan bakatnya sendiri, tetapi lebih mementingkan usaha.
Anak-anak lain juga lebih bersemangat, khususnya yang memiliki bakat lebih buruk.
Lady Catherine mengangguk ringan. Setelah itu, dia mulai melanjutkan.
“Kalau begitu kita akan mempelajari dasar-dasarnya terlebih dahulu. Untuk mengumpulkan energi sihir, kita perlu melakukan meditasi dengan teknik khusus. Teknik itu sendiri diajarkan secara gratis, dan setiap murid baru mendapatkan buku salinannya.”
Lady Catherine menepuk setumpuk buku tipis di atas meja pengajar.
“Kalian bisa melakukan latihan meditasi setelah kembali ke ruang istirahat kalian masing-masing. Sekarang, kita akan mempelajari apa yang kalian ingin pelajari.”
Wanita itu menunjuk ke depan. Sebuah lingkaran sihir dengan beberapa rune misterius, lalu sebuah bola api kecil muncul di ujung jarinya.
“Ya. Itu adalah sihir,” ucap Lady Catherine.
Mengabaikan anak-anak yang tampak terkesima, wanita itu menghilangkan bola api tersebut. Dia pun kembali menjelaskan.
“Untuk menggunakan sihir, kalian harus membuat lingkaran sihir, menyusun rune, memasukkan energi sihir, dan akhirnya sihir akan terbentuk. Semakin kuat dan tinggi level sihirnya, semakin rumit lingkaran sihirnya. Selain itu, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.”
“Untuk itu, kalian harus mempelajari bahasa rune. Setidaknya jenis paling dasar. Dalam buku pegangan ini, selain cara meditasi, ada juga penjelasan tentang rune dasar. Jadi kalian bisa mempelajarinya sendiri. Bekal itu yang diberikan oleh Tower of Oblivion, untuk susunan teknik casting berbagai mantra atau bahan-bahan lain seperti peralatan atau potion, kalian bisa menukarnya dengan poin kontribusi.”
Ucapan Lady Catherine seperti air dingin yang langsung menyiram semangat membara anak-anak itu. Belum lagi, kecuali Veronica dan Ethan, ekspresi delapan anak lainnya menjadi lebih berat.
“Karena penjelasannya sudah selesai, kalian bisa mengambil buku kalian lalu kembali,” ucap Lady Catherine.
“Baik, Lady Catherine!” jawab mereka serempak.
Anak-anak itu kemudian berbaris untuk mendapatkan buku. Ethan sendiri berada di barisan paling belakang. Melihat anak-anak yang memegang buku penuh tekad, bocah itu menghela napas panjang. Berbeda dengan anak-anak sebelumnya, Veronica tampak kurang bersemangat ketika menerima buku.
Setelah Ethan menerima bukunya, Lady Catherine berkata, “Yang lain boleh pergi. Ethan, kamu tinggal di sini sebentar.”
“Baik, Master,” balas Ethan.
Ketika anak-anak pergi sambil sesekali melirik ke arah Ethan dengan tatapan benci dan iri, Lady Catherine kembali berkata, “Duduklah.”
“Ya.” Ethan mengangguk.
Karena tidak ada orang lain di kelas, Ethan duduk tepat di depan meja pengajar. Saat itu, Lady Catherine menatapnya dengan senyum misterius.
“Pertama-tama, aku akan menjelaskan beberapa hal yang jelas Liz tidak sampaikan kepadamu,” ucapnya.
Ethan hanya tersenyum masam. Dia jelas tahu kalau gurunya menyadari kalau dibandingkan murid lain, informasinya yang didapatkannya kemarin sangatlah kurang.
“Ada perbedaan besar antara apprentice langsung dan tidak langsung. Untuk apprentice tidak langsung, mereka memerlukan poin untuk tinggal di asrama dan makan, belum lagi hal-hal lain yang berhubungan dengan pelajaran. Perlu membayar poin tertentu untuk mengikuti sebuah kelas,” ucap Lady Catherine.
“Jadi itu alasan kenapa mereka tampak benci dan iri,” gumam Ethan.
“Ya. Apprentice langsung memiliki perlakuan lebih baik. Kamu tinggal di asrama luas sendirian, tidak dibagi untuk 4 orang. Itu didapatkan secara gratis, bahkan makanan juga gratis. Tentu saja, jika ingin makanan khusus, perlu poin tambahan.”
Setelah jeda singkat, Lady Catherine melanjutkan.
“Selain itu, ada kelebihan lain bagi apprentice langsung. Misalnya, daripada buku dasar ini, aku akan memberimu buku tentang meditasi lain. tekniknya sama, tetapi lebih detail dan ada berbagai tips sehingga lebih mudah dipahami. Aku juga akan memberimu kursus bahasa secara gratis satu minggu sekali, dan yang lebih penting, satu teknik sihir gratis.”
Mendengar penjelasan Lady Catherine, Ethan tampak serius. Menarik napas dalam-dalam, dia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “Jadi, apa yang harus saya lakukan sebagai gantinya, Master?”
Pertanyaan Ethan membuat Lady Catherine terkejut, dan matanya sedikit menyipit.
“Bocah pintar. Kamu benar-benar teliti. Memang ...”
Lady Catherine tersenyum misterius.
“Tidak ada makanan gratis di dunia ini.”
>> Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
luneshan
/Doge/
2024-07-25
0
Yorfinn
y
2024-04-30
0
Faatikhuddin_LD
ada bang tempatnya di Indonesia
2024-04-24
1