Unbeatable Girlfriend
Beberapa tembakan terdengar nyaring di sebuah gedung terbengkalai yang ada di sisi jalan sepi. Beberapa pria berpakaian gangster memegang pistol, menembak ke satu arah.
"Siapa dia? Kenapa begitu lihai menghindari peluru?" Salah satu dari mereka tampak kesal ketika mengisi ulang peluru.
"Jangan pedulikan siapa dia, cepat tembak!"
Orang yang memiliki sekelompok gangster tidak peduli siapa pihak lain. Misi mereka kali ini adalah membunuh pemimpin kelompok mafia, Elnathan Deminthor.
Mereka baru saja berhasil membuat jebakan untuk Elnathan, tapi siapa yang tahu pihak lain punya bantuan di kegelapan.
Saat ini, orang yang mereka coba tembaki adalah Clarish, seorang gadis muda dengan pakaian malamnya. Ia bergerak lincah di antara mereka.
Hingga sosoknya tak lagi terlihat.
"Di mana dia?" Mereka waspada.
Tiba-tiba saja, Clarish muncul di antara mereka. "Mencariku?"
Mereka semua sontak berbalik dan langsung menodongkan pistol. Mulailah menembak lagi.
Tapi sosok Clarish kemudian menghilang lagi hingga semua hujan peluru itu menjadi senjata makan tuan bagi mereka.
"Ahhh!" Mereka yang tertembak oleh rekan sendiri langsung tewas di tempat. Puru menembus kepala.
Pemimpin gangster yang melihat ini, sangat marah. "Tidak berguna!"
Karena marah melihat rekan-rekannya tewas, pemimpin gangster itu pun membuang pistol dsn mengeluarkan pisau. Lalu menantang Clarish dengan arogan.
"Jika berani, datanglah dan lawan aku secara langsung!" teriaknya.
Clarish yang sudah berada di belakangnya pun tersenyum ringan. Ia menepuk bahu pihak lain yang lebih tinggi darinya.
Seketika, pemimpin gangster paruh baya itu menegang. Ia melihat jika di bahunya ada tangan ramping seorang gadis.
"Melawanmu secara langsung? Kamu bahkan bukan lawanku."
Kemudian tanpa alasan yang pasti, tangan pemimpin gangster yang memegang pisau tidak bisa dikendalikan. Tangan itu bergerak sendiri ke lehernya.
Pemimpin gangster sudah berwajah pucat. Hingga ketika menyayat lehernya sendiri sampai mati, tidak tahu siapa yang dihadapinya.
Setelah semua anggota kelompok gangster di gedung kosong itu kehilangan nyawa, Clarish pergi ke ruangan lain. Di sana, seorang pria berwajah tampan pingsan berlumuran darah.
Clarish tidak mengatakan apa-apa. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Datanglah ke gedung terbengkalai yang ada di jalan ... Bosmu terluka dan perlu dirawat."
Setelah mengakhiri panggilan tanpa menunggu pihak lain merespons, Clarish segera berjongkok di depan pria yang disandarkan di dinding.
"Jika adikmu tahu kamu akan mati, dia mungkin akan mengorbankan diri memasuki sarang musuh," gumamnya.
Dari kedua telapak tangan Clarish, sebuah cahaya kehijauan muncul samar-samar. Lalu diarahkan pada bagian tubuh yang terluka. Jika orang biasa melihat ini, pasti akan sangat terkejut.
Meski lukanya tidak langsung sembuh, setidaknya akan menghentikan pendarahan yang berlebihan.
Setelah selesai meringankan luka, Clarish bersiap untuk pergi. Dia tidak sadar jika Elnathan yang pingsan karena luka-lukanya, samar-samar mencium aroma parfum yang dikenalnya.
"Clare ...," gumamnya seraya mencoba membuka mata. Tapi yang dia lihat hanya bayangan buram gadis itu berjalan menjauh.
Hingga tak lama, anak buahnya yang lain datang menemukannya.
"Bos!"
.....................
Clarish yang baru saja meninggalkan gedung terbengkalai langsung bersembunyi agar anak buah Elnathan tidak menemukannya. Malam ini, langit cukup mendung. Ia sangat mengantuk karena kurang tidur sejak beberapa hari terakhir hingga bersandar sebentar di batang pohon.
"Dia tidak akan tahu bahwa itu aku kan?" gumamnya.
Memastikan jika orang-orang Elnathan telah melakukan pembersihan sekitar, ia pun pergi diam-diam.
Setibanya di rumah, Clarish melepaskan pakaian malamnya dan membersihkan diri. Sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke ranjang dan mulai tidur nyenyak.
Tidak tahu berapa lama tidur, Clarish tidak bermimpi sama sekali. Saat bangun, hari sudah siang. Ia makan siang lebih dulu dan melanjutkan tidur. Malam nanti, ia berjanji pada seseorang untuk menemaninya ke suatu tempat.
Hingga dering ponsel terus menerus mengganggu tidur siang Clarish. Gadis yang menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut perlahan membuka matanya. Tangannya tanpa sadar menyentuh meja nakas, mengambil ponsel.
Dengan ekspresi yang masih mengantuk, ia menjawab panggilan telepon dari sahabatnya.
“Hmm, ada apa?” tanyanya malas.
“Clare! Kenapa kamu tidak membalas semua pesanku? Apakah kamu tidur? Jam berapa ini? Bukankah kamu berjanji akan menemaniku bermain di bar bawah tanah malam ini?”
Suara Sophia agak berteriak di seberang telepon hingga Clarish menjauhkan ponsel dari telinganya.
Clarish mengerutkan kening dan menyingkirkan selimut tebal. Dia bangun dengan ogah-ogahan.
“Bukankah ini masih siang?”
“Siang katamu??!” Sophia berteriak marah di ujung telepon. “D*mn! Clare, apakah kamu serius?! Angkat pant*tmu dan lihatlah ke langit. Jam berapa sekarang! Aku akan menunggu dalam satu jam. Jika kamu tidak datang, aku akan menjemputmu dengan semua pengawalku!”
Kemudian Sophia merendahkan nada bicaranya. “Ngomong-ngomong, aku keluar diam-diam. Jika kakakku tahu, aku akan mati!”
Jelas nada suaranya terdengar ketakutan dan kesal.
Clarish masih belum mencerna semuanya dengan baik dan hanya menanggapinya dengan santai. Setelah Sophia mengakhiri panggilan telepon, Clarish bangkit dari tempat tidur.
Rambut panjang sepunggungnya sedikit kusut. Ia menggeser sedikit tirai jendela. Ternyata hari sudah mulai gelap. Saat melihat jam dinding, sudah pukul enam sore.
Ini masih musim panas sehingga langit masih cerah di negara A.
Clarish segera membersihkan diri dan berdandan sebelum akhirnya pergi ke tempat Sophia berada dengan memesan taksi. Setibanya di sana, Sophia sudah menunggu di depan gerbang rumah.
Ketika Clarish melihat penampilan Sophia seperti bunga mawar merah yang menggoda, mau tidak mau menghela napas.
“Serius, apakah kamu … berniat untuk bertaruh di sana?” tanyanya.
Sophia yang melihatnya datang, sedikit tidak senang. “Bukankah ada kamu? Kamu adalah pemain yang tak pernah kalah! Aku mengandalkanmu kali ini. Lagi pula, aku benar-benar ingin memeras baji*gan itu!”
Dia menghentakkan kakinya yang memakai high heels.
Sophia dan Clarish adalah sahabat sejak kecil. Keduanya jelas berbeda dari segi usia dan status sosial tapi tampaknya tidak peduli sama sekali. Contohnya, Sophia sendiri berasal dari keluarga Deminthor yang berpengaruh di ibu kota. Ia adalah nona muda bangsawan dari keluarga berpengaruh sekaligus terkaya di ibu kota.
Ada pun Clarish sendiri, hanya seorang gadis yatim piatu dari panti asuhan. Nama lengkapnya adalah Clarish Deonal Martin.
Kepintarannya di atas rata-rata tapi tidak pernah menempuh pendidikan sekolah sama sekali. Karena pada saat itu, pihak panti asuhan tidak memiliki banyak dana untuk menyekolahkan semua anak-anak asuh.
Pada akhirnya, anak-anak di panti asuhan hanya mendapatkan pengetahuan dari para pengurus dan guru sukarelawan.
Lalu, bagaimana Sophia dan Clarish bisa bertemu dan menjadi sahabat hingga sekarang?
Oh, ini cerita yang panjang ….
“Cepat, pergi! Jika tidak, kita akan terlambat!” Sophia segera menarik Clarish untuk memasuki mobil miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Kartika Dewi
nyimak dulu thor
2024-06-19
0
R2bya
mampir sambil nunggu yg lain update 😁
2024-02-08
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-02-04
0