Para pengawal Sophia sudah mengenal Clarish dan terbiasa dengannya. Jadi ketika nona muda mereka pergi dengan mobil, mereka memasuki mobil hitam lain dan mengawal mereka selama perjalanan.
Di dalam mobil, Clarish sedikit heran. “Para pengawalmu tampak patuh sekarang?”
“Entahlah!” Sophia juga merasa aneh.
Ketika dia berkata akan pergi ke Bar, para pengawal yang ditetapkan kakak laki-lakinya hanya mengangguk. Ini memang aneh. Tapi karena mereka semua tidak mungkin menyakitinya, jadi dia santai saja.
“Lupakan saja.” Sophia jelas tidak ingin mencari tahu.
Ketika Sophia dan Clarish tiba di bar bawah tanah, penampilan keduanya menarik perhatian beberapa pria kaya generasi kedua. Sophia sendiri mengenakan gaun merah yang menunjukkan semua lekukan tubuhnya.
Clarish sendiri memiliki wajah cantik dan tubuh ramping sejak dulu. Jadi ketika dia berdandan dan memakai gaun seksi, pria mana pun pasti tidak akan bisa berpaling. Belum lagi dia menata rambutnya dengan gaya keriting gantung. Bibirnya terlihat merah merona tapi tidak membuatnya terlihat tua.
Ketika datang ke tempat-tempat seperti bar dan sejenisnya, ia akan berdandan layaknya wanita penghibur untuk membaur dan mendapatkan banyak informasi.
Sophia sudah berjalan cepat menuju ke salah satu pintu ruangan tempat perjudian ketika tiba di lantai dua. Clarish hanya mengikutinya dengan santai.
Sialnya, Sophia harus tersandung kakinya sendiri karena tidak berhati-hati saat melangkah. Tepat ketika ia terhuyung ke depan dan hampir jatuh, rasanya seperti ada sesuatu yang menahannya. Akhirnya ia segera menyeimbangkan tubuhnya dengan rasa penasaran yang dalam.
“Aneh, harusnya aku terjatuh. Kenapa tidak?” Sophia bertanya-tanya tapi jantungnya masih berdegup saat ini. “Clare apakah kamu juga melihatnya?”
Clarish yang baru saja menggunakan sedikit kekuatannya untuk menahan tubuh Sophia, berpura-pura tidak tahu apa-apa.
“Hanya perasaanmu saja.”
“Benarkah?”
“Mungkin karena kamu sedang bersemangat untuk kehilangan uang malam ini.” Clarish memutar bola matanya.
“Itu juga mungkin!”
“...” Clarish tidak menimpalinya lagi.
Melihat Sophia berjalan dengan cepat menuju pintu ruangan yang dituju, Clarish hanya mencoba mengikutinya. Sophia berteriak seraya membuka pintu ruangan selebar-lebarnya, lalu melepaskan kacamata hitamnya.
“Armen! Ayo bertaruh. Aku pasti akan menang kali ini!”
Ada cukup banyak orang di dalam ruangan perjudian, beberapa meja bundar serta tempat duduk.
Orang yang dipanggil Armen adalah pria berpakaian seperti playboy kelas atas. Penampilannya tak kalah dengan tuan muda kaya lainnya. Pria itu tak lain adalah mantan pacar Sophia selama awal masuk universitas.
Clarish tahu tentang pria itu karena Sophia sering bercerita betapa playboy nya Armen. Karena beberapa alasan tertentu, Armen tidak mau bermusuhan dengan mantan pacarnya yang satu itu.
Mungkin karena latar belakang keluarga Sophia. Oleh karena itu, Armen lebih memilih untuk putus secara baik-baik dengan Sophia.
Bahkan setelah itu, Sophia sangat kesal hingga selalu merasa jika memeras uang pria itu adalah cara terbaik melampiaskan kekesalannya.
Kedatangan Sophia menarik perhatian tamu lain. Tapi wanita itu sama sekali tidak peduli. Ia melangkah dengan percaya diri menuju ke salah satu meja judi.
Pencahayaan yang cukup redup membuat suasana di sana lebih menggoda.
Armen Cristopher memegang segelas anggur, duduk di depan meja judi dengan ditemani dua wanita cantik yang seksi. Kedatangan Sophia membuatnya terkejut.
"Sophia? What are you doing here? Bertaruh lagi?"
"Ya! Aku bertaruh lagi. Kali ini aku pasti akan menang!"
Tanpa diduga, Armen tersenyum. "Terakhir kali kamu kalah dan kakakmu yang harus membayar uangnya. Tidakkah kamu khawatir kakakmu akan datang lagi dan membayar uangnya?"
Sophia sangat marah dan dia sama sekali tidak peduli. Kali ini dia sangat percaya diri.
"Armen! Jangan meremehkanku. Kali ini bukan aku yang akan mengalahkanmu. Tapi sahabatku, Clare! Ayo bertaruh seratus juta dollar kali ini!"
Clarish yang baru saja masuk menyusulnya, hampir tersandung kakinya sendiri.
Seratus juta? Kenapa wanita itu begitu percaya diri? Pikirnya.
Seratus juta dollar, bukan uang kecil. Tapi di kasino sendiri, berjudi dengan taruhan besar tidaklah langka. Bahkan jika bar bawah tanah ini tidak dominan dalam perjudian, beberapa orang kelas atas akan melakukannya secara pribadi.
"One hundred million? Sophia, are you kidding me?" Armen terkejut. Yang lain bahkan lebih terkejut.
"Ini tidak seperti aku tidak punya uang!" Sophia sangat marah. Kemudian dia menarik Clarish ke sisinya. "Clare, sayang, kalahkan baji*gan itu untukku! Dengan begitu, aku bisa tidur nyenyak malam ini!"
Clarish sedikit lebih pendek dan kecil dibandingkan dengan Sophia. Usia mereka terpaut empat sampai lima tahun. Dan Clarish baru saja melewati ulang tahunnya yang kedelapan belas beberapa minggu lalu.
Clarish tidak berdaya dengan Sophia yang mulai manja dengannya. Dia menatap Armen dengan ekspresi polos. Ia tidak mau menunda lebih banyak waktu di tempat ini.
"Karena Sophia berkata seratus juta, maka jadilah itu."
Armen sedikit memandang rendah Clarish. Gadis itu bahkan belum mencapai usia dewasa yang matang. Ia tidak tahu kenapa Sophia begitu nekat untuk bertaruh dengannya malam ini.
"Nona ini, apakah dipanggil Clare? Kamu mungkin tidak tahu aku adalah salah satu orang yang sering memenangkan taruhan dalam berjudi. Aku tak terkalahkan. Karena kamu adalah sahabat Sophia, aku akan memberimu sedikit nasihat, jangan melakukannya."
Armen tidak ingin menganiaya gadis itu.
Clarish memutar bola matanya tapi masih terlihat santai. "Siapa yang sebenarnya tak terkalahkan, belum tentu sebelum bertindak bukan?" Ia tersenyum malas.
Armen terdiam sejenak lalu mengusir dua wanita cantik yang menemaninya minum.
"Karena kalian berdua begitu keras kepala, jangan salahkan aku nanti." Ia kemudian menatap Sophia. "Lebih baik kamu jelaskan ada kakakmu saat nanti kalah. Seratus juta bukan jumlah yang kecil."
Meski keluarga Deminthor kaya, mereka tak akan membuang-buang uang untuk perjudian seperti ini.
"Tidak masalah!" Sophia lega karena Armen menerima taruhannya.
Segera, Clarish dan Armen duduk berseberangan. Di depan mereka sudah ada kartu-kartu yang telah dikocok oleh pihak lain. Kemudian kartu dibagikan.
Beberapa tamu berkumpul di sekitar mereka karena ingin tahu hasilnya. Terutama karena taruhannya.
Clarish duduk dengan sikap yang sama sekali tidak seperti orang yang bertaruh seratus juta dollar. Namun jelas ia tampak percaya diri.
Dia sempat memperhatikan Armen cukup lama. Matanya menangkap sedikit keanehan tapi tidak terlalu mempedulikannya.
"Tuan Muda Christopher tidak akan kembali ke kata-katanya bukan? Seratus juta bukan mainan. Aku ingin yang itu ada malam ini setelah menang."
Armen yang memegang beberapa kartu, menatap Clarish dengan sedikit godaan. "Kamu sangat percaya diri. Jangan menangis padaku saat kalah nanti."
"Tidak mungkin. Aku tidak pernah kalah dalam beberapa hal. Termasuk ini."
Clarish meletakkan kartu yang hampir membuat Armen kalah.
Pada akhirnya, Armen tidak bisa berkata-kata. Entah kenapa, semua kartunya sangat sial kali ini. Pada akhirnya, Clarish memenangkan pertaruhan itu.
Armen membelalak dan bangkit dari duduknya. "How is this possible?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceia
2024-02-04
1
Anita Anita
mantap clarish 👍
2024-01-12
0