BAB 14. PARASIT

Ketika Argan keluar rumah Adyapi, dia hampir bertabrakan dengan Ayu di teras. Lelaki itu menatap sangar pada si gadis, yang dia kenal sebagai adik tiri Anindya.

"Minggir! dasar keluarga pemeras!" sergah Argan, menyenggol bahu Ayu hingga gadis belia itu terhuyung.

Melihat situasi tak kondusif, Ayu berniat balik kanan bubar jalan, enggan jadi samsak kemarahan tuan rumah saat ini. Tapi, niatan itu sirna manakala ranselnya ditarik seseorang dari belakang.

"Mau kemana? sudah sampai di sini, ayo masuk," ajak Arno, menyeringai remeh disertai delikan tajam pada adik tiri majikannya.

Ayu gelagapan, dia hanya mampu mengangkat telunjuk mengarah ke luar seraya meringis.

Tanpa banyak kata, Arno menggelandang Ayu ke ruang kerja Adyapi. Dia bahkan mendorong gadis itu hingga terhuyung dan menabrak sofa panjang.

Ad yang masih meloby klien penting Bumiland, mengangkat dagu ketika pintu ruang kerjanya kembali terbuka.

"Hoy!" seru Ayu, menoleh ke arah Arno sambil membenarkan ranselnya yang jatuh.

"Ada kepentingan apa kamu ke sini?" ujar Ad, malas melihat si gadis manja, dia masih berkutat dengan si klien.

"Harusnya Sabtu Minggu kemarin, Anin anterin makan siang dan nemenin ayah di rumah sakit kek biasa ... kemana dia? kita 'kan sibuk," cecar Ayu, berdiri di belakang sofa panjang sambil berkacak pinggang.

Adyapi mengernyit heran, dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Ayu dengan nada kesal itu.

"Ayahmu sakit? sejak kapan?" tanya Ad, melirik ke arah Arno yang tiba-tiba menunduk.

Ayu tertawa kecil. "Jangan bercanda, Tuan Ad. Mana mungkin Anda nggak tau kalau ayah habis operasi pasang ring jantung!" sindirnya menatap remeh. "Oh iya lupa, pelit sih ya, wajar kalau pura-pura. Takut dimintai uang." Putri tiri Agung mencibir dengan menaikkan satu sudut bibirnya ke atas.

Baru setengah hari, tapi emosinya selalu dipancing. Adyapi lantas menjelaskan bahwa memang dirinya tidak mendapat informasi apapun tentang sakit yang diderita oleh Agung.

Ad juga menegaskan tak memiliki maksud menghindari keluarga sang mertua atau melarang Anin menjenguk apalagi mengabaikan kondisi orang tuanya.

Tuan muda Bumandhala akhirnya teringat hari dimana Anin gelisah sampai melakukan banyak raka'at sunah hingga bada isya. Petang itu juga, Ad tak melihat gelang kedua yang dia sematkan.

'Mungkinkah yang dimaksud disimpan oleh Anin ada kaitannya dengan sakitnya Agung?'

"Jangan kebanyakan drama lah, Kakak iparku. Bulan madunya nanti lagi, rawat ayah dulu ... kalau Anin pulang, suruh ke rumah sakit. Giliran dia jaga sebab dua hari nggak datang," kata Ayu, melengos pergi.

Namun, baru beberapa langkah, Ayu berhenti. Jarang-jarang bisa bicara langsung di depan Adyapi. Seharusnya dia tidak pulang dengan tangan kosong.

Senyum tersungging di bibir sensualnya. Dia berniat akan meminta sejumlah uang dari Adyapi untuk tambahan uang jajan bila berjaga di rumah sakit. Ayu pun berbalik badan.

Adyapi yang dilanda sebal pada Arno karena menyembunyikan informasi tentang keluarga Anin, sontak mengalihkan perhatian lagi ke arah Ayu. "Ngapain lagi?"

Ayu menjulurkan tangan kanan ke depan. "Minta uang buat tambahan obat ayah, sebab tidak semua ditanggung asuransi. Kita juga butuh vitamin biar nggak sakit selama pergi pulang rumkit," tandasnya menatap lekat Adyapi.

CEO Bumiland itu mengulas tawa, merasa lucu dengan tingkah si adik ipar. "Nggak salah denger? bukannya Anin sudah ngasih gelang dan anting untuk keluargamu? ... twice," cecar Ad sambil menaikkan dua jarinya.

Manik mata Ayu melebar sembari menggigit ujung bibirnya. "Ge-gelang? anting apa?" cicit Ayu.

"Kedua telinga istriku lecet dan sedikit berdarah, pertanda jika anting Anin diambil paksa! ... gelang yang kupakaikan pun raib dalam satu hari. Kamu ingin tahu siapa pelakunya?" beber Adyapi, menunjuk ke arah Ayu dengan tatapan menusuk.

Adik tiri Anin kembali panik. Dia tidak tahu menahu soal anting dan gelang yang pertama. "A-aku nggak tau," gagapnya seraya jemari mencengkeram punggung sofa.

"Sekarang kamu bilang Anin tak memberi kalian uang?" ulang Ad, kian gemas pada parasit yang gemar menggerogoti. "No, putar rekaman cctvnya," pinta sang CEO pada Arno.

"Siap, Bos!" Arno mendekati Ayu dan menunjukkan bukti dari gawainya kala Agung berjalan tergesa dari ruang khusus karyawan. Di susul Anin yang jatuh terduduk.

Adyapi lantas bicara lagi, bahwa itu baru satu bukti dan masih ada lainnya. Dia bahkan mengatakan bahwa Ayu dan keluarganya komplotan pencuri.

Wajah Ayu seketika pias, nyali pun menciut, karena dia merasa ikut terlibat pada kejadian terakhir sebelum Agung operasi. Bertha mengambil paksa perhiasan Anin.

Sang CEO pun mendesak Ayu menceritakan kemana larinya uang penjualan gelang dan anting Anindya. Dia yakin, apa yang tersemat di tubuh istrinya bukan perhiasan biasa.

"Nggak tahu," jawab Ayu, lirih. Dia ingin kabur tapi Arno menghalangi pintu masuk tadi.

"Jangan lagi datang jika hanya untuk memeras Anin! sudah kubilang, mintalah baik-baik padaku!" tegas Adyapi, menatap tajam wajah yang memucat di hadapannya. "KELUAR!" sentak tuan rumah, membuat Ayu terlonjak kaget.

Arno buru-buru membuka pintu dan ikut menghilang dari sana, dia menggiring adik tiri nyonya Bumandhala hingga teras. Laju motor Ayu terseok-seok hampir jatuh ketika keluar dari cluster.

Sepeninggal Ayu, Arno kembali masuk ke ruang kerja Adyapi. Dia menjelaskan tentang kabar sakitnya Agung baru diketahui ketika akan pergi ke puncak lusa kemarin.

Arno enggan merusak momen bahagia mereka yang jarang terjadi. Dia pun meminta maaf.

"Ya sudah. Sore nanti jadwal kontrol Anin, 'kan?" tanya Ad, melihat ke arah si asisten. Dia juga mengatakan sesuatu tentang klien dan uncle Dom.

"Betul, Bos." Arno pun pamit guna mengerjakan apa yang tuannya minta.

Bada asar, Adyapi telah rapi dengan pakaian casual serba coklat. Dia ingat seragam Anindya hari ini berwarna moka, senyum terukir di wajah klimis tuan muda ketika dia keluar dari kamar menuju teras.

"Biar matching," kekeh Ad, paham saat Arno melihat setelannya kali ini.

Arno ikut sumringah melihat perubahan sikap Adyapi yang lebih hangat. Bukan hal mustahil jika dalam waktu dekat, pimpinan Bumiland Jaya ini akan kembali menoreh prestasi bila mood kerjanya membaik.

Mercedes GLS 450 itu sudah terparkir cantik di pelataran dalam Museum menunggu Anindya muncul.

Tak lama, sosok tinggi nan ayu itu terlihat berjalan dengan seseorang, sebelum mereka berpisah di parkiran sayap kiri khusus karyawan.

Ad menurunkan kaca mobil dan melambaikan tangan ke arah sang istri. Anindya langsung tersenyum manis saat melihat suaminya sudah siaga menjemput. Dia berlari kecil menghampiri.

"Nunggu lama, ya?" ujarnya di depan pintu samping, dimana Ad duduk.

"Assalamualaikum, istriku sayang," kata Ad, mengusap debu dari pipi Anin.

"Wa alaikumussalaam, Pak suami." Anin langsung meraih tangan kanan Ad dan menciumnya sebelum memutari sisi mobil.

Bunyi klakson motor Giska menjadi tanda bagi Anin untuk melambaikan tangan pada sang sahabat, sebelum dia masuk. "Pulaaaaanggg," serunya ceria.

"Ke dokter dulu, jenguk ayah lalu makan bakso," balas Ad, sambil menarik pinggang Anindya agar menempel padanya.

Nyonya Adyapi mengerjap, dia lupa kalau hari ini jadwal kontrol bulanan. "Ke dokter, ya?" kata Anin lirih seraya menepuk jidatnya pelan.

Deg. Anin lantas melirik takut-takut pada pria disamping, Adyapi sudah tahu kalau dia berbohong.

Adyapi mengangguk. "Nakal ya, nggak bilang sama aku kalau ayah sakit," ucapnya disertai cakaran lembut di pucuk kepala Anin.

Wanita ayu itu sontak menunduk, Anin tidak mendebat apalagi menyangkal. Dia hanya diam.

"Aku nggak marah, Dek ... ayo, belajar hadapi mereka, Sayang."

.

.

...__________________________...

Terpopuler

Comments

Susi Lawati

Susi Lawati

betul Nin hadapi sama sama keluarga mu biar gak semena mena Nin

2024-01-06

3

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

Ayo..Lah aku juga ikut 😊😊😊😊😊

2023-12-20

1

Siti Chotijah

Siti Chotijah

ad,pinter bngt JD suami.pngen yg kyk gini di dunia nyata ada g?🤭🤭🤭

2023-12-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!