BAB 6. TRAUMA

"Benar, Bos," ujar Arno menegaskan fakta yang dia temukan.

Anindya Basundari didiagnosa mengidap masalah kesehatan mental yang menyebabkan fluktuasi perubahan suasana hati, energi, konsentrasi, dan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Pengidap yang sebelumnya merasa dipuncak gembira bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat sedih dan putus asa. Perubahan suasana hati secara drastis ini juga dapat memengaruhi kebiasaan tidur, level energi, aktivitas, perilaku, dan kemampuan berpikir penderitanya.

Penyakit bipolar biasanya tervonis seumur hidup, artinya masalah kesehatan mental ini tidak bisa sembuh seutuhnya. Terapi dan pengobatan hanya mampu mengelola atau meminimalisir gejala yang terjadi.

"Anin termasuk dalam jenis ultra rapid cycling, bipolar yang mengalami siklus cepat, bisa terjadi kapan saja bila ada pemicu," eja Adyapi pelan. Dia sampai kesulitan meneguk saliva karena shock. "Apa penyebabnya?"

Ingatan dirinya kembali ke masa empat tahun silam. Anin tampak bagai gadis normal saja setelah aksi penyelamatan yang dia lakukan.

"Apa kejadian itu pemicunya?" gumam Adyapi sambil mengusap dagunya. "No, aku mau ketemu dokter Anin, bisa?" tanya sang CEO, melihat ke arah Arno penuh harap.

"Akan saya coba, Bos. Sendiri atau berdua?" Arno membalik pertanyaan.

Ad terdiam, kembali melihat kertas di tangannya. Sejurus itu, dia pun bicara lagi. "Enaknya sendiri dulu kali, ya. Biar ngobrolnya leluasa," timpal Adyapi, diangguki oleh Arno.

Sang asisten kemudian menyerahkan satu buah amplop lain ke hadapan Adyapi. CEO Bumiland Jaya itu lalu membereskan kembali berkas milik Anindya dan menyimpannya dalam brangkas pribadi di balik laci meja.

Jemari yang berhias cincin besi tanda dia telah melepas lajang, meraih map yang Arno sodorkan. Itu berisi foto bagian bawah juga bagian mesin mobil milik Adyapi.

"Ehm, bekas sayatan yang disambung tak sempurna, rekayasa kabel sirkuit sehingga aku akan keracunan karbon seandainya masih hidup dan tak ditolong orang lain ... ingin melenyapkan secara natural rupanya," lirih Ad, mengulas seringai tipis di wajah tampannya.

CCTV yang Arno dapatkan tampak buram, tapi berkat kelihaian sang asisten, plat nomor mobil si pengacau itu sedikit terlihat lebih jelas sehingga dapat dilacak meski identitas pemiliknya palsu.

Arno juga menyertakan bukti rekam chat obrolan pribadi Arlingga dengan seseorang yang dia beri nama Uncle Dom. Mereka seperti sedang merencanakan transaksi bisnis dalam waktu dekat.

"Selidiki siapa uncle Dom dan apa yang akan mereka beli," pinta Ad, melihat ke arah Arno yang berdiri disamping meja. "Aku curiga ini sebagai upaya memperkaya diri," sambung sang CEO.

"Baik, Bos! adalagi?" sambut Arno.

Ad bersandar di sandaran kursi rodanya. Dia menghempas kertas ke atas meja, helaan panjang terhembus, membaur dengan dinginnya udara dalam ruangan.

"Maunya nggak suudzon sama mereka tapi gimana ... dan juga sejujurnya aku belum terbiasa menerima kehadiran Anindya. Kamu tahu 'kan, bagaimana ibuku dulu?" kata Ad, memejamkan mata.

"Setiap hari mendengar keributan, ibu selalu melawan papa akibat beliau kerap memaksakan kehendak ... kupikir, itu bahasa cinta dalam pernikahan, ada yang mengatur dan diatur agar selaras. Tapi ternyata toxic relationship."

"Kukira Anin masih gadis manis, tapi melihat bagaimana dia melawanku ... aku takut Anindya jadi pembangkang seperti ibu, No. Aku enggan menikah jika bukan karena melihat Anin ... berpikir sejuta kali bila tak ingin kehilangan hakku sebagai pewaris. Setelah ini, bisakah kami jalan bersama-sama?" Adyapi membuka mata, menatap langit-langit kantornya dengan sendu.

Arno tahu seperti apa kondisi pernikahan orang tua Adyapi dulu sebelum perceraian yang memukul mental sang tuan muda, mungkin lelaki itu trauma menjalin komitmen dengan seseorang.

Benar, jika bukan Anindya bisa jadi Ad takkan bersedia menikah secepat ini. Mendapat contoh gambaran rumah tangga tak sempurna, lalu ditimpa kemalangan hingga merenggut kemandirian, dan kini membiasakan diri dalam keterbatasan, sontak membuat emosi Ad pun kacau.

"Nona Anin, tidak seperti ibu Anda, Bos. Beliau hanya butuh teman ... bukankah Anda bilang Nona cocok kerja di Museum? apa Anda sadari itu?" ujar Arno.

Ad termenung, dan beberapa detik berikutnya dia mulai tercerahkan. Wajah pimpinan Bumiland Jaya berubah ceria. "Benar, di Museum, ucapan Anin didengar, diperhatikan juga dibutuhkan ... No, apakah bipolar seperti itu?" tanyanya lagi.

Sang asisten tampak berpikir tapi kemudian mengendikkan bahunya. "Entah, Bos. Anda bisa tanyakan itu esok pagi pada dokter setelah mengantar Nona," jawab Arno singkat.

Senyum terkembang di paras rupawan sang pewaris Argan Bumi. Adyapi bertekad mulai hari ini akan mencoba menyediakan telinga, tangan serta mulut untuk melibatkan Anindya dalam segala aktivitasnya.

***

Anindya mendapat teguran keras dari manager operasional sebab dia tak meladeni pertanyaan salah satu pengunjung dengan baik. Anin, membela diri sebab apa yang ditanyakan tak sesuai koridor etika kesopanan.

"Masa dia tanya begini saat aku menjelaskan tentang fosil Badak bercula ... Mbak, 'kan Badak memulai kawin dengan ber cum bu dalam kubangan yang sama. Nah, ketika mounting_mencoba menaiki lawan kan otomatis 'itu' nya berlumuran lumpur, pasti si betina kabur, ya? ... jadi pantas bila siklus regenerasi Badak lambat hingga terancam punah," jelas Anin sedikit meringis risih.

Sang manager lalu tertawa, dan mengatakan bahwa otak Anin mesum. "Tinggal jawab aja, ya nggak tau karena saya bukan Badak ... atau nanti saya tanyakan sama pawangnya dulu dan dokter hewan," ujarnya enteng, lalu menoyor dahi Anindya hingga kepalanya menengadah.

Anin menepis tangan sang atasan. Baginya itu adalah pelecehan verbal. Konten mesum yang diutarakan di ruang publik sebab konteksnya bukan sedang belajar reproduksi melainkan menjelaskan struktur fosil hewan langka.

Apalagi jawaban nyeleneh sang manager, membuat kewibawaan dirinya melorot tajam di depan anak-anak puber.

Perdebatan kecil itu berlangsung alot, Anin tak terima gajinya di potong hanya karena hal sepele. Makian sang manager yang mengatakan bahwa wajar dia tak paham sebab perawan tua, memicu emosi Anindya.

Giska yang akan pulang, mendengar keributan di ruangan atasan mereka langsung melerai keduanya. Anin mulai diluar kendali sampai gadis kuncir kuda itu menariknya keluar dari sana.

Sahabat Anindya satu-satunya itu lantas membawa Anin ke gudang kosong tempat dia mengumpat dan meredakan emosi.

"Buntelan nangka, awas aja lu, ya ... ngatain gue perawan tua, lah dia google, golongan manusia single!" racau Anindya, bicara pada tumpukan manequin rusak.

"Giska, gilingan sekarung kacang ... noh, dia aja yang begitu, laku. Lu kalah sama modelan Giska!"

Giska hanya menggeleng sambil tertawa, sudah jadi makanan sehari-hari bila Anin tak dapat mengontrol emosinya. Pun, membawa-bawa nama orang lain dan menggunakan istilah-istilah nyeleneh.

"Nin, bu manager itu fitnes ya. Awake fit atine ngenes," sahut Giska dengan wajah datar, duduk di luar gudang.

"Iya, karena dia korban Kediri, ketikung temen sendiri!" tawa Anin mulai terdengar meski napasnya tersengal-sengal.

Giska ikut terbahak dibuatnya. "Harusnya kamu bilang aja tadi sama bocah itu ... Badak kawin itu ikut carane Minak Jinggo, miring penak njengking monggo," ucap si gadis yang duduk sambil memainkan handphonenya.

Anindya dan Giska sama tergelak, lalu menit selanjutnya hanya sunyi tanpa suara. Dan tak lama terdengar isakan, menyadari dirinya gagal lagi dalam mengendalikan emosi.

Dia lantas keluar gudang langsung mendekap Giska dari belakang. Teman somplak satu-satunya yang dia miliki, setia menemani dan tak gentar bila Anin mengamuk tiba-tiba. Dia juga tiada lelah mengingatkan agar rutin terapi.

"Dah enakan? minum obatnya, Ayang. Kamu akhir-akhir ini labil amat ... Mama capek liatnya," ucap Giska, menepuk-nepuk pucuk kepala Anin yang menyandar di bahunya sambil terkekeh.

.

.

..._______________________...

Noted : Kalau nggak sreg, skip, jangan ngasih rate/penilaian/bintang satu dua tiga (buruk) karena itu membunuh karya. Kalau kualitas karya sudah turun, susah untuk naikin lagi. Jaga kesopanan jempol, okeh?

Luv Segede gaban buat para kesayangan mommy, yang selalu dukung kemanapun, bagaimanapun cara mommy menelurkan karya. Sarangbeo Buibuk 😍😘🫶🏾♥️

Terpopuler

Comments

Susi Lawati

Susi Lawati

bisa aja mommy, luapan emosi Anin bikin ngakak mom, 😂 nah ini nih yg aku suka dari karya mommy selalu ada teka teki, yg bikin terus penasaran kelanjutan ceritanya

2024-01-06

1

ari sachio

ari sachio

mommy....aku lgsung ngakak loh pas baca minak jinggo...🤣🤣🤣🤣🤣🤣 menghibur....wo ai ni mom...../Kiss//Kiss//Kiss//Heart/

2023-12-21

1

@Ani Nur Meilan

@Ani Nur Meilan

Semangaattttttt💪💪💪💪Mom.moga Anin bisa lebih stabil dalam mengendalikan emosinya

2023-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!