Kekasih Halal Untuk Aiyla
"Ma, Pa, Om dan tante. Maaf, tapi Zaidan nggak bisa menerima perjodohan ini!"
Suara itu seketika menghentikan langkah kaki Aiyla yang baru saja akan memasuki rumah. Gadis dengan pakaian syar'i itu tampak terdiam sejenak sembari menajamkan pendengarannya ketika mendengar suara laki-laki asing yang berasal dari dalam rumahnya.
Menit berikutnya gadis berhijab panjang itu mendongak ketika mendengar derap langkah kaki seseorang berjalan menghampirinya. Aiyla menundukkan pandangan ketika matanya tidak sengaja bersitatap dengan sosok laki-laki yang baru saja keluar dari dalam rumah.
"Zaidan, tunggu nak!" Teriak seorang wanita paruh bayah yang tak lain adalah bu Anisa, sahabat baik ibu Aiyla.
Bu Anisa berhenti mengejar sang putra ketika melihat Aiyla sudah berdiri di depan pintu. Gadis itu kemudian tersenyum menyapa bu Anisa.
"Aiyla, sejak kapan kamu pulang sayang?" Tanya bu Anisa sembari mendekat kearah Aiyla.
"Baru aja tante." Balas Aiyla dengan sopan.
Tidak lama setelah itu orang tua Aiyla beserta pak Tiar datang menghampiri mereka.
"Zaidan kemana, Ma?" Tanya pak Tiar pada sang istri.
"Zaidan sudah pergi, Pa." Jawab bu Anisa dengan wajah tampak tak bersemangat.
Jujur, Aiyla sedikit bingung dengan situasi saat ini. Aiyla memang tidak terkejut dengan kedatangan bu Anisa ke rumahnya, karena biasanya bu Anisa memang sering berkunjung ke rumah. Hanya saja, kali ini situasinya tampak berbeda. Bu Anisa datang berkunjung bersama suami dan juga laki-laki bernama Zaidan itu.
"Nisa, lebih baik kita masuk dulu. Kita bicarakan semua masalah ini di dalam." Ucap bu Maryam, ibu Aiyla.
Bu Anisa tampak mengangguk sejenak lalu melangkah masuk kembali ke dalam rumah. Aiyla hanya bisa mengekor di belakang para orang tua.
Di dalam kamar miliknya, samar-samar Aiyla mendengar percakapan para orang tua yang berada di ruang tamu.
"Apa sebelumnya kamu belum memberi tahu Zaidan soal perjodohan ini, Nis?" Tanya bu Maryam.
"Belum, Maryam. Aku pikir Zaidan akan setuju saja jika aku menjodohkan dia, karena setahu aku Zaidan juga tidak memiliki kekasih." Balas bu Anisa.
"Tapi, melihat reaksi Zaidan tadi buat aku merasa bersalah dengan keluarga kalian. Maafkan aku, Maryam. Aku janji, perjodohan ini akan tetap terlaksana. Sudah sejak lama aku ingin keluarga kita menjadi besan." Sambung bu Anisa yang terdengar begitu yakin dan serius.
Obrolan para orang tua di luar, membuat Aiyla bertambah bingung sekaligus penasaran. Sejak tadi mereka membahas terkait perjodohan dan laki-laki bernama Zaidan. Siapa sebenarnya Zaidan? Dan kenapa bu Anisa meminta maaf pada ibu Maryam? Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah hampir 15 menit membahas terkait masalah tadi, bu Anisa dan pak Tiar akhirnya pamit untuk pulang.
Malam harinya setelah melaksanakan salat Isya, Aiyla menyempatkan untuk membaca beberapa lembar Al-Qur'an. Setelah menyelesaikan bacaannya, Aiyla melipat mukena dan sajadah yang baru saja di kenakannya.
Meaw....
Meaw....
Aiyla menoleh lalu tersenyum riang melihat kucing kesayangannya yang sejak tadi setia menunggunya selesai membaca Al-Qur'an. Aiyla kemudian mendudukkan dirinya di sisi kasur dan kucing berbulu putih itupun tampak melompat kepangkuan Aiyla.
Tangan gadis itu terulur mengelus kepala dan punggung kucing kesayangannya. Hingga kegiatan itu terhenti ketika bu Maryam menghampiri Aiyla yang berada di dalam kamar.
"La, boleh Ibu bicara sebentar?" Tanya bu Maryam meminta izin.
"Boleh, Bu." Aiyla menggeser tubuhnya memberi ruang untuk sang ibu duduk di sampingnya.
Wanita paruh bayah itu tersenyum kala melihat kucing kesayangan Aiyla kini bermanja kepada pemiliknya. Sejak kecil, Aiyla memang sangat menyukai hewan berbulu itu.
"Nak, bagaimana jika Ibu sama Bapak menjodohkan kamu dengan seorang laki-laki yang kami percayai untuk menjaga kamu? Apa kamu akan menerima perjodohan itu?" Tanya bu Maryam dengan hati-hati.
Senyum yang sejak tadi menghiasi wajah putih Aiyla perlahan memudar kala mendengar kata 'perjodohan' dari mulut ibunya. Aiyla diam untuk beberapa saat lalu kemudian bersuara.
"Kalau memang Ibu sama Bapak yakin dengan laki-laki itu, insyaa Allah Aiyla akan terima, Bu. Aiyla yakin Ibu sama Bapak pasti memilih laki-laki yang baik untuk Aiyla." Jawaban Aiyla mampu membuat bu Maryam tersenyum lega.
"Alhamdulillah. Semoga Allah memudahkan rencana kita, ya, Nak."
Sementara di sebuah kafe, Zaidan tengah berkumpul bersama tiga orang sahabatnya. Kepala Zaidan terasa ingin pecah memikirkan masalah hari ini. Pekerjaan di kantor sudah menyita sebagian pikiran Zaidan dan di tambah lagi sekarang laki-laki itu harus mendengar fakta bahwa dia akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan gadis yang belum pernah dia temui sebelumnya.
"Lo kenapa sih murung aja dari tadi? Perasaan kerjaan di kantor nggak sampai bikin lo kayak gini." Celetuk Kevin salah satu teman Zaidan yang sejak tadi memperhatikan sahabatnya hanya diam sambil sesekali mengusap wajahnya dengan kasar.
"Iya, Dan. Perasaan kita bertiga sibuk ngobrol. Tapi, elo justru diam aja dari tadi." Timpal Azri sambil menyenggol pelan bahu kiri sahabatnya.
"Gue lagi banyak pikiran." Akhirnya Zaidan menjawab dengan helaan napas kasar.
"Masalah kerjaan atau masalah yang lain?" Tanya Hanif yang saat ini fokus menyeruput minuman di depannya.
"Masalah yang lain. Gue lagi bingung banget sekarang. Orang tua gue jodohin gue--" Ucapan Zaidan terpotong kala Kevin hampir saja menyemburkan minuman di mulutnya.
"Apa? Dijodohin?!" Pekik Kevin yang tanpa sadar meninggikan suaranya hingga menarik perhatian orang-orang disekitar mereka.
"Lo bisa nggak sih reaksinya jangan kayak orang kesurupan?" Kesal Hanif pada sahabatnya itu.
"Tahu nih sih Kevin." Tambah Azri.
Sedangkan Zaidan hanya bisa menghela napas kembali melihat tingkah para sahabatnya.
"Dan, lo nggak lagi bercanda kan? Zaman udah modern lho, masih banyak cara buat cari pasangan tanpa dijodohin. Ingat, Dan. Kalau lo udah nikah, lo nggak pernah bisa sebebas sekarang." Ucap Kevin menatap kearah Zaidan.
"Iya, Dan. Lagian sayang banget kalau sampai elo nerima perjodohan ini. Umur lo itu masih 23 tahun, karier elo juga lagi bagus-bagusnya. Bisa di bilang elo baru aja menikmati kesuksesan yang lo perjuangin selama ini." Timpal Azri yang sepertinya sependapat dengan Kevin.
"Gue sebenarnya juga nggak mau nerima perjodohan ini, tapi lo semua tahu kan kalau gue paling nggak bisa nolak permintaan nyokap gue?" Ketiga laki-laki di hadapan Zaidan kini mengangguk menyetujui ucapan Zaidan. Laki-laki 23 tahun itu memang terkenal sangat penurut dan patuh pada kedua orang tuanya.
"Kalau menurut gue, nggak ada salahnya juga elo nerima perjodohan ini, Dan. Kalau masalah umur, pekerjaan dan kebebasan yang lo rasain sekarang gue rasa semua itu nggak akan jadi masalah besar. Malah yang gue lihat, banyak orang menikah muda saat karier mereka lagi naik-naiknya. Tapi, buktinya mereka malah kelihatan bahagia banget setelah menikah. Bang Rendi contohnya." Sahut Hanif. Rendi yang di maksud Hanif tadi adalah salah satu rekan kerja mereka di kantor.
Azri yang sejak tadi mendengar ucapan Hanif kini menoleh menatap kearah Zaidan yang tampak semakin bingung.
"Menurut gue sih, lo harus pikirin ini baik-baik, Dan. Setelah menikah kehidupan elo akan berubah total." Sahut Azri kembali.
"Kali ini gue setuju sama Azri." Timpal Kevin.
Zaidan semakin frustasi mendengar pendapat ketiga sahabatnya. Laki-laki itu hanya bisa memijat kepalanya yang terasa bertambah pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
s e n j a✨
tmn tmn boleh baca ceritaku ya.. DIRIKU ADALAH MASA DEPANKU/ SETETES AIR DIUJUNG RANTING.
happy Reading and thanks ya /Rose//Rose/
2024-07-25
0
Pelangi Senja
mampir di cerita ku ya, judulnya.
DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
terimakasih
2024-07-24
1
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
Zaidan berpikirlah secara bijak, karena menikah untuk seumur hidup
jika km gk bersedia untuk menikah krn perjodohan, bilang baik2 ke ortumu, jangan sampai menyakiti wanita yg km nikahi krn perjodohan
2024-01-27
3