Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca

"Apa Mas Zaidan beneran punya hubungan khusus dengan Khalisa?" Tanya Aiyla akhirnya mengeluarkan isi hatinya.

Zaidan memandang Aiyla dengan tatapan yang sulit diartikan. Aiyla segera memundurkan badannya menjauh dari tubuh sang suami. Mungkin Aiyla terlalu lancang menanyakan perihal masalah pribadi Zaidan hingga membuat pria itu tidak nyaman dengan pertanyaannya barusan.

"Kamu tidak perlu menanyakan hal yang tidak penting." jawab Zaidan dengan tatapan masih tertuju pada gadis berpakaian syar'i itu.

Bagi Zaidan mungkin pertanyaannya Aiyla bukanlah sesuatu yang penting. Tapi, tidak dengan gadis itu. Sebagai seorang istri dan seorang perempuan yang mencintai suaminya tentu Aiyla akan merasa cemburu dan sakit hati jika dugannya memang benar.

Setelah sah menjadi suami istri satu bulan yang lalu tepatnya setelah Zaidan dengan lantang mengucapkan ijab kabul, di saat itulah Aiyla menjatuhkan hatinya pada sosok laki-laki yang kini bergelar menjadi suaminya. Hati yang selama ini tidak pernah terbuka untuk sosok yang belum halal untuknya kini terisi penuh dengan nama Zaidan disana.

"Jadi pertanyaan aku tidak penting, ya, Mas?" Tanya Aiyla kembali.

"Iya, karena kamu bertanya untuk pertanyaan yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya." Jawab Zaidan lalu memalingkan wajahnya menghindari tatapan Aiyla.

"Aku butuh penjelasan dari Mas Zaidan. Aku tidak mau sekadar menduga saja, Mas."

Sejenak Zaidan bergeming menciptakan keheningan antara dirinya dan sang istri. Sedangkan Aiyla sudah menunggu apa yang akan dikatakan oleh Zaidan dengan dada yang berdebar.

"Sebelum saya jawab. Saya mau tanya sesuatu sama kamu." Ucap Zaidan yang kini memutar badannya 90 derajat.

"Apa itu Mas?"

"Apa kamu sedang mencintai seseorang?" Tanya Zaidan dengan wajah serius.

Entahlah, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Zaidan. Padahal, bukan pertanyaan itu yang tersusun dikepalanya sejak tadi.

"Ya. Aku sedang mencintai seseorang, Mas. Bahkan dia orang pertama yang berhasil bertahta di hatiku." Sahut Aiyla cepat.

Mendadak raut wajah Zaidan berubah saat tidak mendapati kebohongan dimata Aiyla. Zaidan pikir jawabanya nanti akan berpengaruh pada gadis itu. Tapi, ternyata dirinya terlalu berharap lebih. Aiyla mencintai seseorang. Itu artinya jika Zaidan menjalin hubungan dengan perempuan lain itu tidak akan berpengaruh apa-apa pada istrinya.

"Kalau begitu tidak ada gunanya saya menjawab pertanyaan kamu. Itu sama saja membuang-buang waktu." Balas Zaidan dengan wajah datar.

"Tapi jawaban Mas Zaidan penting untuk aku, Mas."

"Penting untuk apa? Sebagai alasan agar kamu bisa meminta berpisah, begitu?" Cecar Zaidan dengan raut wajah kesalnya.

"Apa Mas Zaidan berpikir aku akan meminta pisah?"

"Kenapa tidak? Kamu mencintai seseorang kan. Itu artinya kamu ingin hidup bersama dengan orang itu." Sungut Zaidan.

Aiyla sungguh tidak mengerti mengapa Zaidan tiba-tiba emosi dan kesal saat menjawab pertanyaannya. Padahal tadinya hubungan mereka sudah mulai membaik. Tapi, sekarang laki-laki itu justru kembali dengan sikap awalnya.

"Benar, Mas. Aku bahkan menginginkan hidup menua dengan dia." Sahut Aiyla membuat dada Zaidan seakan terbakar amarah.

"Kubur saja harapan kamu itu. Karena saya tidak akan pernah menceraikan kamu." Ucap Zaidan menggebu-gebu.

"Kenapa, Mas?"

Zaidan menatap Aiyla dengan tatapan tak percaya dengan pertanyaan perempuan itu. Apa Aiyla benar-benar merencanakan untuk berpisah dengannya? Padahal Zaidan yang semula memiliki rencana untuk menceraikan sang istri saat usia pernikahan mereka menginjak 6 bulan, justru melupakan rencana awalnya.

"Pernikahan itu bukan hal yang bisa di permainkan. Sekali saya menikah itu artinya saya ingin hidup bersama dengan dia sampai akhir hayat." Jawab Zaidan.

"Mas ingin kita hidup bersama? Apa itu artinya Mas Zaidan cinta sama aku?" Tanya Aiyla dengan wajah tersenyum penuh harap.

Zaidan terdiam membisu. Laki-laki itu tidak menyangka jika Aiyla akan membalikkan keadaan dan justru membuatnya terjebak dengan kata-kata nya sendiri. Tanpa sadar, dia seolah menegaskan bahwa dia mencintai perempuan yang kini sah menjadi istrinya.

"Kenapa tidak dijawab, Mas?" Pinta Aiyla kembali.

"Jangan bertanya lagi. Lebih baik fokus saja liat kedepan. Setengah jam lagi masuk waktu salat magrib. Kita harus cepat sampai ke rumah Mama." Ucap Zaidan yang berusaha mengalihkan pembicaraan.

Mau tak mau Aiyla menurut saja. Perempuan itu sampai melupakan kalau mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah mertuanya. Keduanya kini sama-sama diam karena sibuk dengan pikiran masing-masing.

Pasangan suami istri itu tiba di kediaman bu Anisa dan pak Tiar bersamaan dengan masuknya waktu salat magrib. Semua orang pun kini melaksanakan salat magrib berjamaah lebih dulu kemudian makan malam bersama. Rumah bu Anisa begitu ramai dengan kedatangan Zaidan dan Aiyla. Ditambah lagi keluarga kecil Maira juga datang kesana. Putri kembar Maira dan Alfie benar-benar membuat suasana terasa begitu hangat dan meriah.

Selesai makan malam, Alfie bersama kedua putrinya dan juga pak Tiar sedang duduk di ruang tamu untuk mengobrol. Sedangkan Aiyla dan juga bu Anisa masih berada di dapur untuk membereskan piring kotor bekas makan malam mereka.

"Zaidan, boleh kita bicara sebentar?" Tanya Maira menghampiri Zaidan yang hendak menuju ke ruang tamu.

"Boleh, Mbak."

Maira kemudian menuntun Zaidan untuk duduk di gazebo yang ada di pinggir kolam renang. Hening sejenak menyelimuti suasana adik kakak itu. Hingga akhirnya, Maira mulai membuka suara.

"Apa kamu belum bisa membuka hati untuk Aiyla?" Tanya Maira to the point sambil melirik sang adik.

Zaidan tentu saja terkejut dengan pertanyaan Maira yang seakan mengetahui sesuatu mengenai pernikahannya dan Aiyla.

"Kenapa Mbak Maira tiba-tiba nanya soal itu? Apa Aiyla pernah cerita sesuatu sama Mbak?" Bukannya menjawab. Zaidan justru melemparkan pertanyaan kembali.

"Aiyla sama sekali nggak pernah cerita soal hubungan kalian. Justru setiap kali Mbak nanya, Aiyla selalu bilang kalau kamu suami yang baik."

"Tapi, melihat sikap kamu sama Aiyla membuat Mbak jadi ragu kalau kamu memperlakukan Aiyla dengan baik layaknya seorang istri." Ucap Maira.

"Aku sama sekali nggak pernah nyakitin Aiyla apalagi main tangan sama perempuan Mbak. Mbak Maira kan tahu soal itu." Bela Zaidan yang merasa tidak pernah menyakiti Aiyla.

"Menyakiti tidak harus secara fisik, Zaidan. Bahkan ucapan akan jauh lebih menyakitkan bagi kami seorang perempuan."

"Kami para perempuan diibaratkan seperti gelas-gelas kaca. Selalu ingin diperlakukan dengan lembut dan tidak ingin dilukai sedikit pun. Kalau kamu sudah menyakiti hati seorang perempuan itu sama saja kamu sedang meningalkan sesuatu yang membekas di hati kami. Kamu tahu kan? Gelas yang pecah tidak akan mungkin bisa kembali utuh seperti sedia kala. Walau tak sampai hancur lebur, tapi bekasnya tidak akan pernah menghilang."

"Jadi, Mbak berharap kamu tidak menyakiti hati istri kamu hingga meninggalkan bekas yang akan membuat Aiyla memilih pergi." Pesan Maira dengan nada lembut.

Kini Zaidan diam karena bingung merespon ucapan kakaknya. Memori Zaidan seketika berputar pada kejadian demi kejadian yang dia lalui dengan Aiyla semenjak mereka resmi menjadi sepasang suami istri. Meski tidak berniat menyindir. Tapi, Zaidan justru merasa tersindir dan tertampar dengan ucapan Maira tadi.

"Kalau gitu, Mbak ke dalam dulu, ya." Pamit Maira meninggalkan Zaidan seorang diri.

Sepeninggal Maira, Zaidan belum beranjak dari tempatnya sama sekali. Laki-laki itu sibuk merenungi ucapan kakaknya yang memang benar adanya.

"Mas Zaidan?" Panggil Aiyla membuyarkan lamunan Zaidan.

"Iya, kenapa?"

"Ternyata Mas Zaidan ada disini dari tadi. Aku sempat nyariin Mas kemana-mana. Ayo, Mas. Kita udah di tungguin Mama sama Papa di ruang tamu." Ucap Aiyla.

"Aiyla, tunggu!" Cegat Zaidan membuat tubuh Aiyla yang hendak berbalik kini menoleh kearah sang suami.

"Iya, Mas. Kenapa?"

"Saya tidak ada hubungan apapun dengan Khalisa." Ucap Zaidan tiba-tiba.

Kini giliran Aiyla yang mematung mendengar penuturan Zaidan.

"Ayo, kita keruang tamu." Ajak Zaidan lalu berlalu melewati Aiyla yang masih setia berdiri di tempatnya.

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

hati Zaidan semakin luluh....

2024-01-28

1

erni 76

erni 76

semangat utk upnya kk

2024-01-01

0

Nar Sih

Nar Sih

seperti nya zaidan mulai jtuh cinta sama istri soleha nya ,wahh...semakin asyikk kakk👍☺️🥰

2023-12-31

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
67 Istri Saya
68 cemburu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia
67
Istri Saya
68
cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!