Kemarahan Zaidan

"Maaf, Mas siapa, ya?" Tanya Aiyla menatap kearah laki-laki tersebut.

"Ternyata kamu beneran Aiyla, ya. Saya pikir tadinya saya cuman halu bisa ketemu sama kamu disini. Oh, iya, kamu masih ingat sama saya nggak?" Tanya pemuda tersebut sembari tersenyum senang memandangi Aiyla.

Gadis berpakaian syar'i itu dibuat bingung dengan perkataan laki-laki di depannya. Dari mana laki-laki itu tahu nama Aiyla? Seingat gadis itu mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

"Maaf, Mas. Mungkin Mas salah orang. Kita belum pernah ketemu sebelumnya, Mas. Permisi!" Ucap Aiyla lalu berniat mendorong troli nya melanjutkan kegiatan berbelanjanya.

"Tunggu!" Cegah pemuda tersebut menghalangi jalan Aiya.

"Kamu benar-benar lupa sama saya?" Tanya pemuda itu lagi dengan sorot mata begitu dalam.

Aiyla menautkan kedua alisnya mencoba mengingat sosok pemuda yang berdiri di hadapannya itu. Aiyla lantas menggeleng sebagai jawaban karena dia merasa tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu.

"Saya Hanif dan kita pernah ketemu di depan Masjid Ar Rahman. Kamu ingat laki-laki yang meminta alamat rumah kamu? Itu saya." Jelas Hanif.

Gadis berusia 20 tahun itu akhirnya mengingat siapa sosok pemuda di depannya saat ini. Mereka pernah bertemu tiga minggu yang lalu di halaman masjid.

"Kamu apa kabar? Di mana suami kamu? Apa dia tidak mengantar kamu belanja?" Tanya Hanif sembari menatap disekelilingnya yang dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk mendorong troli berisi belanjaan.

"Suami saya sedang ada pekerjaan, Mas. Maaf, Mas saya permisi dulu. Saya takut suami saya terlalu lama menunggu di rumah." Raut wajah Hanif terlihat kecewa. Mereka sangat jarang bertemu dan sekali bertemu pertemuan itu sangatlah singkat. Namun, Hanif juga mengerti jika Aiyla pasti berusaha menghindarinya demi menjaga diri dari laki-laki yang bukan mahramnya. Sungguh beruntung laki-laki yang menjadi suami Aiyla, hingga bisa mendapatkan gadis solehah seperti gadis itu, pikir Hanif.

"Oh, iya. Hati-hati." Balas Hanif tersenyum getir.

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaan Hanif pada Aiyla saat ini, maka jawabannya Hanif masih mencintai sosok gadis berpakaian syar'i itu. Hanif tahu, semua ini salah karena mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk diraih. Tapi, apa boleh buat? Perasaan manusia tidak pernah bisa untuk di kendalikan.

Aiyla lantas berjalan menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya.Tatapan Hanif bahkan tidak bisa terlepas dari memandangi gadis itu. Hanif memang tipe laki-laki yang sulit untuk jatuh hati, hanya saja sekali jatuh hati justru dirinya sulit untuk berpaling.

Aiyla yang baru saja sampai di rumah segera membawa barang belanjaannya ke dapur dan menatanya dengan rapi di dalam kulkas. Setelahnya, Aiyla menyiapkan bahan masakan untuk menu makan siang hari ini.

Dari dalam kamar, Zaidan bisa mencium aroma masakan dari arah dapur. Padahal baru beberapa jam yang lalu dia memperingatkan Aiyla untuk tidak perlu repot menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Tapi, gadis itu justru mengabaikan ucapan Zaidan.

Sejak tadi, aroma masakan Aiyla benar-benar mengalihkan fokus Zaidan yang sedang mengecek beberapa laporan. Perut yang semula tenang, kini terus berbunyi setelah mencium masakan buatan Aiyla.

"Kenapa gue jadi tiba-tiba laper sih!" Keluh Zaidan pada dirinya sendiri.

Perhatian Zaidan kini teralih pada suara ketukan pintu kamarnya. Segera Zaidan bangkit dari posisi duduknya lalu melangkah menuju ke arah pintu.

"Mas?"

"Hm?" Jawab Zaidan dengan nada datarnya.

"Aku sudah siapin makan siang---"

"Saya sudah bilang kan, kamu nggak perlu ngerjain pekerjaan seperti seorang istri. Kita ini cuman tinggal seatap, ingat batasan kamu di rumah ini." Tegas Zaidan.

"Maaf, Mas. Aku nggak bisa nurutin permintaan Mas yang satu itu. Bagaimana pun Mas adalah suami aku yang sah di mata hukum dan agama. Terlepas dari Mas Zaidan belum menerima aku sebagai istri. Tapi, aku tetap punya kewajiban yang harus aku tunaikan, Mas." Ucap Aiyla.

"Kamu makan sendirian aja. Saya nggak lapar." Bohong Zaidan. Tapi, baru beberapa detik mengatakan hal itu perut Zaidan sudah berbunyi karena menahan rasa lapar sejak tadi. Dan parahnya Aiyla bahkan bisa mendengar suara perut Zaidan yang berbunyi. Sungguh Zaidan benar-benar malu saat ini.

Aiyla yang mendengar suara aneh itu segera mengalihkan tatapannya pada perut rata Zaidan. Tanpa disangka, komentar Aiyla justru membuat Zaidan tercengang mendengarnya.

"Maaf, ya, Mas. Gara-gara aku kelamaan di supermarket, Mas Zaidan jadi kelaparan dan harus nunda makan siangnya." Ucap Aiyla dengan raut wajah bersalah.

"Ayo, Mas. Kita makan siang!" Tanpa perempuan itu sadari, tangan lembutnya telah menarik pergelangan tangan Zaidan yang membuat laki-laki itu mau tak mau mengikuti langkah sang istri.

Seakan tersadar sesuatu, Zaidan segera melepaskan tangannya yang berada di genggaman Aiyla.

"Ingat batasan kamu, Aiyla!" Tegas Zaidan dengan tatapan tajam.

Aiyla menoleh mendengar ucapan Zaidan. Gadis berpakaian syar'i itu seketika merasa bersalah karena sudah berani menyentuh Zaidan tanpa izin dari laki-laki itu.

"M-maaf, Mas." Ucap Aiyla dengan tatapan sedikit menunduk.

Karena sudah berada di dekat meja makan, keduanya akhirnya memilih untuk mengalihkan suasana dengan menarik kursi agar bisa makan siang segera.

Tatapan Zaidan tertuju pada menu masakan yang dibuat Aiyla. Gadis itu memasak udang goreng mentega, pesmol ikan nila, tumis tahu pedas dan juga sup jamur bakso ayam. Semuanya terlihat sederhana tapi sangat menggugah selera.

"Kamu mau apa?" Tanya Zaidan tiba-tiba ketika Aiyla hendak meraih piringnya.

"Saya mau ambilin Mas Zaidan makanan." Jawab Aiyla dengan polosnya.

"Tidak usah. Tangan saya masih berfungsi dengan baik buat ngambil makanan sendiri." Tolak Zaidan dengan terang-terangan.

Seakan menulikan mendengarkannya Aiyla tetap saya menyendokkan nasi dan laut pauk ke piring suaminya. Zaidan yang melihat itupun lantas berdecak kesal karena Aiyla yang tidak mau mendengar ucapannya sama sekali. Bahkan Zaidan merasa bahwa ucapannya itu hanya angin lalu bagi Aiyla.

"Dasar keras kepala," Lirih Zaidan.

"Ini, Mas. Semoga Mas Zaidan suka, ya." Ucap Aiyla seraya tersenyum lembut.

Zaidan tidak menjawab ucapan Aiyla. Zaidan lebih memilih menikmati makanan yang sudah tersedia di depannya.

"Kenapa masakan Aiyla selalu enak, ya." Batin Zaidan memuji masakan Aiyla.

Laki-laki 23 tahun itu melirik Aiyla lewat ekor matanya, tampak gadis itu menikmati dengan tenang makan siangnya ini.

"Mas Zaidan lagi buru-buru, ya?" Pertanyaan Aiyla sontak saja membuat Zaidan tersendat makanan.

Uhuk... Uhuk...

Aiyla segera meraih segelas air dan memberikannya pada Zaidan. Laki-laki itupun tidak menolak sama sekali karena saat ini dia benar-benar sangat butuh air.

"Maksud kamu apa nanya kayak gitu?" Tatapan Zaidan kini dialihkan pada Aiyla yang duduk dengan raut wajah khawatir.

"Maaf, Mas. Tadi aku liat Mas Zaidan makannya buru-buru. Aku pikir Mas Zaidan makan dengan cepat karena mau ngerjain sesuatu."

Zaidan yang mendengar jawaban Aiyla segera memalingkan wajahnya dan berdehem pelan untuk menetralkan rasa gugupnya. Laki-laki itu tertangkap basah menikmati makanan Aiyla dengan lahapnya hingga gadis itu mengira jika Zaidan sedang terburu-buru karena ingin mengerjakan sesuatu. Padahal, kenyatannya adalah Zaidan sangat menyukai masakan istrinya itu sampai-sampai Zaidan tidak menyadari jika dirinya seperti orang yang tidak diberi makan selama tiga hari.

"I-iya, saya lagi buru-buru." Jawab Zaidan tanpa menoleh kearah Aiyla.

"Walaupun buru-buru tetap saja Mas Zaidan harus makan dengan pelan. Sepenting apapun pekerjaan, urusan dengan perut itu nomer satu. Nanti Mas Zaidan juga nggak bisa fokus kalau kelaparan." Entah dari mana keberanian untuk menasihati Zaidan itu muncul.

"Cukup, Aiyla! Kamu pikir kamu siapa sampai bisa menasihati saya seperti itu?" Sentak Zaidan sembari menghempaskan sendok yang berada di genggamannya hingga menimbulkan suara nyaring di ruangan tersebut.

Zaidan kemudian bangkit dan meninggalkan Aiyla seorang diri di meja makan. Aiyla tidak menyangka jika Zaidan bisa semarah itu padanya. Padahal Aiyla mengingatkan semua itu demi kebaikan Zaidan sendiri.

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

oooh Hanif rupa2nya yg berta'aruf sama Aiyla ....bukan Azri..
Zaidan, kamu akan menyesal kelak krn memperlakukan Aiyla seperti org luar

2024-01-27

2

Nar Sih

Nar Sih

sabarr ya aiyla,semoga suami mu cpt sdr diri ,klau tdk tinggalin aja

2023-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
67 Istri Saya
68 cemburu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia
67
Istri Saya
68
cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!