Hari Pernikahan

Acara pernikahan yang telah di persiapkan oleh keluarga bu Maryam dan bu Anisa telah tiba. Hari paling mendebarkan yang akan mengubah gelar Aiyla Humaira menjadi seorang istri dari El Zaidan Rasyid.

Di dalam kamarnya, Aiyla memejamkan mata rapat-rapat ketika Zaidan dengan begitu lantang dan tegasnya mengucapkan ijab kabul yang terdengar lewat pengeras suara. Entah bagaimana Aiyla harus menjabarkan perasaannya saat ini. Bahagia dan haru bercampur menjadi satu. Kini gelar seorang istri telah melekat di dalam diri Aiyla. Babak baru untuk mengarungi bahtera rumah tangga baru saja dimulai. Segala ilmu yang telah Aiyla pelajari perihal kewajiban seorang istri kini akan di terapkanya pada sang suami.

Setelah acara ijab kabul selesai, Aiyla dibantu oleh bu Maryam dan bu Anisa untuk keluar menuju ruangan di mana Zaidan dan para tamu undangan sudah menunggu.

Penampilan Aiyla begitu menawan dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih serta cadar yang menutupi sebagian wajah cantik Aiyla yang telah dipoles sedemikian rupa dengan alat make up.

Langkah kaki Aiyla mendekat kearah Zaidan yang tengah duduk menanggungnya. Pandangan para tamu undangan kini tertuju pada kedua mempelai.

Aiyla meraih tangan Zaidan seraya mencium lembut punggung tangan kekar tersebut. Rasanya ada getaran kecil di hati Zaidan yang sulit ungkapkan ketika tangan lembut milik sang istri bersentuhan dengan tangan miliknya.

Detik itu, Zaidan seolah melupakan jika dia membenci gadis yang kini telah sah menjadi istrinya. Tangan laki-laki berusia 23 tahun itupun terulur memegang puncak kepala Aiyla seraya memanjatkan doa dengan khusyuk.

Para tamu yang hadir dibuat terpanah dengan pemandangan tersebut. Kebahagiaan dari kedua mempelai itu bagaikan arus listrik yang bisa menjalar pada tamu yang melihatnya. Belum lagi penampilan Aiyla yang begitu anggun dengan cadar yang dikenakannya. Zaidan bahkan sempat berpikir jika penampilan Aiyla akan mempermalukan dirinya di hari pernikahan mereka. Namun, hal yang terjadi malah sebaliknya. Semua orang bahkan Zaidan sendiri dibuat terpukau dengan penampilan gadis bermata teduh itu.

"Liat Zaidan nikah, kok tiba-tiba gue jadi pengen nikah juga, ya." Celetuk Kevin yang duduk bersama Azri dan Hanif.

"Emang lo udah ada calon?" Tanya Azri malas.

"Belum ada sih. Apa gue minta orang tua gue jodohin gue aja, ya, kayak Zaidan." Entah dari mana ide aneh itu muncul di kepala Kevin.

"Terserah lo aja deh. Capek gue punya teman modelan kayak elo." Sungut Azri sedikit kesal pada sahabatnya itu.

Azri yang lelah meladeni ocehan Kevin kini menoleh kearah Hanif yang terus saja memandangi kedua mempelai tanpa berkedip.

"Nif, lo kenapa ngeliatin Zaidan sampai segitunya?" Tanya Azri penasaran.

Hanif yang masih sibuk mengamati Zaidan dari jauh tidak menyadari jika Azri sedang bertanya padanya. Saat mempelai wanita datang, Hanif seakan tersihir dengan mata perempuan yang telah resmi menjadi istri sahabatnya itu. Mata itu mengingatkan Hanif pada sosok yang terus saja mengganggu pikirannya.

"Hanif!" Tegur Azri sembari menepuk pundak sahabatnya.

"Kenapa sih?" Tanya Hanif kesal karena Azri mengganggu dirinya yang tengah hanyut dalam pikirannya.

"Lo yang kenapa? Lagi mikirin apa sampai nggak denger gue manggil lo dari tadi." Kesal Azri.

"Gue keluar dulu!" Bukannya membalas ucapan sahabatnya. Hanif justru bangkit dan memilih pergi entah kemana.

*****

Hari ini benar-benar hari yang paling melelahkan untuk Zaidan dan Aiyla. Meski tidak mengadakan pesta pernikahan secara meriah, tapi tetap saja tamu undangan yang datang tidak sedikit.

Setelah acaranya selesai, Aiyla kemudian pamit untuk segera ke kamar. Gadis itu ingin segera menyegarkan badannya dengan mandi dan berganti pakaian.

Selesai menyelesaikan ritual mandinya, Aiyla kemudian keluar dari kamar mandi dengan wajah segar bercampur letih. Mata Aiyla menelisik ruangan berbentuk persegi tersebut. Tidak ada Zaidan disana. Mungkin saja suaminya itu masih mengobrol dengan ketiga sahabatnya diluar.

Aiyla berjalan menuju kearah lemari dan mengambil hijab untuk dikenakan. Meski dirinya telah resmi menyandang gelar sebagai seorang istri, tapi Aiyla masih ragu untuk menampilkan aurat yang selama ini begitu dia jaga pada sang suami. Ingatan Aiyla masih membekas pada pembicaraannya dengan Zaidan sewaktu di halaman rumah saat itu.

Karena sibuk melamun, Aiyla yang duduk sisi kasur sampai tidak menyadari jika Zaidan sudah masuk ke dalam kamar.

Zaidan yang melihat Aiyla melamun hanya bisa menghela napas berat. Bukan hanya raganya yang lelah, tapi juga batin Zaidan yang lelah karena harus menghadapi kenyataan bahwa dia akan hidup bersama dengan istri yang tidak dia cintai.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata, Zaidan berlalu menuju ke kamar mandi hingga akhirnya laki-laki itu berhenti ketika mendengar suara lembut Aiyla menyapa indera pendengarannya.

"Sejak kapan Mas Zaidan masuk ke kamar?" Tanya Aiyla yang baru menyadari kehadiran sang suami.

Zaidan berbalik menatap Aiyla yang masih setia di posisinya saat ini.

"Apa aku juga harus minta izin kalau mau masuk ke kamar ini?" Nada dingin itu membuat Aiyla terdiam seketika.

Wajah Zaidan terlihat begitu lelah hingga Aiyla tidak tega membuat suaminya menahan kesal karena pertanyaannya tadi. Sedangkan Zaidan hanya bisa mendengus kesal lalu segera masuk ke dalam kamar mandi.

Sekitar 30 menit, akhirnya Zaidan keluar dengan baju tidur yang dikenakan laki-laki itu. Sejujurnya, Zaidan ingin segera berbaring di kasur empuk milik Aiyla. Tapi, mengingat dirinya akan tidur satu ranjang dengan Aiyla membuat Zaidan mengurungkan niatnya. Laki-laki itu hanya mengambil bantal lalu merebahkan dirinya diatas karpet berbulu disamping tempat tidur.

"Mas Zaidan kenapa tidur di bawah?" Tanya Aiyla bingung.

"Terus saya harus tidur di mana? Di ranjang yang sama dengan kamu begitu?" Cecar Zaidan yang kini mengubah posisinya menjadi duduk.

"Tapi, Mas. Kita ini kan suami istri---"

"Jangan pernah berharap apapun dari pernikahan ini. Ingat, kita menikah hanya sebatas permintaan orang tua masing-masing. Jadi, tidak akan ada yang berubah kedepannya." Ucap Zaidan dengan sedikit menohok.

Tenggorokan Aiyla seakan tercekat mendengar ucapan dari laki-laki yang baru beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya. Jangan tanyakan lagi bagaimana perasaan Aiyla saat ini. Hati Aiyla benar-benar terluka dengan ucapan Zaidan.

"Kalau begitu biar Aiyla saja yang tidur di karpet. Mas Zaidan silahkan tidur di sini." Ucap Aiyla lalu mengambil bantal untuk menggantikan posisi Zaidan tadi.

Karena tidak ingin berdebat akhirnya Zaidan mengalah dan memilih tidur dengan nyenyak diatas kasur.

"Ya, Allah. Lembutkanlah hati suamiku agar kelak Mas Zaidan bisa menerima aku sebagai istrinya." Lirih Aiyla dengan air mata yang sudah jatuh membasahi wajah gadis itu.

Terpopuler

Comments

Melki

Melki

semangat aiyla.....

2024-04-15

0

CintaAfya

CintaAfya

hari pertama pernikahan dan menjadi istri Zaidan, hati Aiyla remuk redam dgn tingkah serta kata2 yg keluar dari bibir Zaidan.... dasar suami sombong..

2024-01-27

1

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!