Hari Pertama Setelah Sah

Sebelum azan subuh berkumandang, Aiya sudah lebih dulu terjaga setelah melaksanakan salat sunnah tahajjud. Mata Aiyla melirik kearah tempat tidur di mana suaminya tengah terlelap dengan begitu damai.

Jika sedang tidur seperti ini, wajah Zaidan begitu tenang. Berbeda halnya ketika berbicara dengan Aiyla. Wajah datar dan cuek sangat tercetak jelas di pahatan wajah pria itu.

"Mas, Zaidan. Waktunya salat subuh, Mas." Ucap Aiyla yang berdiri di sisi tempat tidur dengan mukena berwarna lilac yang melekat di tubuh gadis itu.

Bukannya bangun, Zaidan justru mengubah posisinya senyaman mungkin untuk kembali melanjutkan tidur.

Tangan Aiyla menggantung di udara ketika hendak membangunkan sang suami. Aiyla ingat, jika Zaidan sudah menciptakan jarak di antara mereka. Segera, Aiyla kembali menurunkan tangannya dan menatap wajah damai Zaidan.

"Mas?" Panggil Aiyla sekali lagi dengan suara yang begitu pelan dan lembut.

Zaidan kembali menggeliat dalam tidurnya, seakan panggilan Aiyla tadi terdengar oleh laki-laki itu.

"Mas, Zaidan. Salat subuh dulu, yuk, Mas!"

Perlahan mata yang semula tertutup rapat itu kini terbuka dan menatap Aiyla dengan kesadaran yang belum terkumpul penuh.

Melihat Zaidan membuka mata, Aiyla mundur selangkah agar tidak terlalu dekat dengan posisi Zaidan.

"Kenapa?" Tanya Zaidan dengan suara parau khas bangun tidur.

"S-salat subuh dulu, Mas." Ucap Aiyla sedikit terbata.

Zaidan mengusap wajahnya seraya mengubah posisinya menjadi duduk dan bersender di kepala ranjang. Laki-laki yang telah sah menjadi suami Aiyla itu mengabaikan sang istri dan memilih melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Tok... Tok... Tok....

Suara ketukan pintu dari luar kamar mengalihkan atensi Aiyla pada benda persegi panjang tersebut.

Langkah Ayla mendekat ke arah pintu dan segera memutar handle pintu. Pemandangan yang pertama kali Aiyla lihat adalah sosok pria baruh bayah yang sudah rapi dengan baju kokoh dan sajadah yang terlipat di pundaknya.

"Suami kamu kemana, La?" Tanya pak Ahmad sembari mengintip kedalam kamar milik putrinya.

"Lagi di kamar mandi, Pak. Mas Zaidan lagi wudhu." Jawab Aiyla.

"Ya, sudah. Bilang sama suami kamu. Bapak tunggu di ruang tamu. Kita berangkat salat subuh berjamaah di masjid." Perintah pak Ahmad yang langsung mendapatkan anggukan dari Aiyla.

"Iya, Pak. Nanti Aiyla sampaikan sama Mas Zaidan."

Pak Ahmad kini berlalu menuju ke ruang tamu menunggu sang menantu agar bisa salat subuh berjamaah di masjid.

Tepat saat Aiyla menutup pintu kamar, Zaidan sudah keluar dengan wajah dan rambut yang basah bekas air wudhu.

Aiyla sebenarnya sangat canggung walau hanya sekadar menyampaikan pesan dari ayahnya. Zaidan juga tidak berniat membuka suara sama sekali.

"M-mas, kata bapak Mas Zaidan di tunggu di ruang tamu buat berangkat ke masjid bareng." Ucap Aiyla.

Zaidan hanya melirik sekilas kearah istrinya lalu meraih sajadah yang terlipat di atas kursi dan segera melangkah keluar kamar meninggalkan Aiyla yang masih berdiri di posisinya. .

Tidak ingin terbebani dengan sikap cuek Zaidan padanya, Aiyla lebih memilih melaksanakan salat sunnah 2 rakaat sebelum salat subuh.

*****

Zaidan dan pak Ahmad baru saja pulang dari masjid. Kedua laki-laki itu berjalan beriringan menuju ke rumah. Rasa canggung kian meliputi kebersamaan menantu dan ayah mertua itu.

"Kapan rencananya kalian akan pindah ke rumah kalian, Nak?" Tanya pak Ahmad memecah keheningan.

Zaidan memang sudah mendiskusikan perihal tempat tinggalnya setelah menikah nanti. Pasangan suami istri itu----ralat. Lebih tepatnya Zaidan ingin mereka tinggal terpisah dengan kedua orang mereka. Dan sebagai seorang istri, Aiyla hanya mengikuti keinginan dari suaminya.

"Rencananya minggu depan, Pak." Jawab Zaidan.

Pak Ahmad menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Senyum tulus kini terukir di wajah yang tak lagi muda itu.

"Nak?" Panggil pak Ahmad seraya menghentikan langkahnya membuat Zaidan juga ikut berhenti dan menatap kearah mertuanya.

"Iya, Pak?"

"Jaga Aiyla baik-baik, ya."

"Sekarang tanggung jawab putri bapak satu-satunya, bapak serahkan sama kamu. Bapak tidak akan protes ketika suatu saat nanti kamu hanya memberi nafkah seadanya untuk anak bapak. Bapak juga tidak akan protes ketika kamu mau mengajak anak bapak tinggal di kontakan kecil dan makan seadanya. Tapi, satu hal yang bapak tekankan sama kamu, jangan pernah melukai hati istri kamu, nak. Aiyla adalah anak gadis yang bapak besarkan dengan penuh kasih sayang, dan bapak harap kamu bisa menjaga Aiyla dengan baik seperti bapak menjaga dia selama ini." Pesan pak Ahmad yang penuh harap pada menantunya itu.

Zaidan yang mendengar pesan dari mertuanya itu dibuat tertegun. Begitu besar kasih sayang pak Ahmad pada putrinya. Tapi, bahkan baru sehari Zaidan sah menjadi suami Aiyla, laki-laki itu justru sudah menyakiti hati istrinya.

"I-iya, Pak. Zaidan akan selalu ingat pesan bapak." Jawab Zaidan.

Sesampainya di rumah, Zaidan segera menuju ke kamar sang istri. Dari luar samar-samar Zaidan mendengar suara merdu Aiyla yang tengah melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Terdengar merdu dan mampu membuat hati menjadi damai ketika mendengarnya.

Setelah bacaan Aiyla selesai, barulah Zaidan membuka pintu kamar gadis itu. Dilihatnya Aiyla yang merapikan mukena dan sajadah.

Aiyla yang menyadari kehadiran Zaidan di kamarnya kemudian melangkah mendekati laki-laki itu.

"Kalau Mas Zaidan butuh sesuatu, panggil Aiyla, ya, Mas. Soalnya Aiyla mau ke dapur dulu bantu ibu bikin sarapan." Ucap Aiyla.

Zaidan hanya membalas dengan deheman singkat yang mampu dimengerti oleh Aiyla.

Saat sinar matahari mulai muncul, dapur menjadi tempat yang selalu Aiyla tuju setiap paginya. Sudah menjadi kebiasaan Aiyla sejak gadis itu duduk dibangkus sekolah menengah atas. Dan kini peran itu akan terus berlanjut untuk suaminya kelak.

Sarapan sudah tertata rapi di atas meja, membuat Aiyla tersenyum tipis melihatnya.

"Bu, Aiyla ke kamar dulu, ya. Mau panggil Mas Zaidan buat sarapan bareng."

"Iya, nak."

Di dalam kamar, Zaidan sedang sibuk mengecek pesan-pesan yang masuk di ponselnya. Tidak lupa, Zaidan juga mengontrol beberapa pekerjaan selama dirinya mengambil cuti di kantor.

"Mas?" Panggil Aiyla dengan lembut.

Zaidan menoleh mendapati gadis itu tengah menatap kearahnya seraya tersenyum. Zaidan tidak mengerti, saat pertama kali Zaidan bertemu dengan gadis itu, Aiyla hanya menunduk dan enggan menatap kearahnya. Tapi, setelah acara ijab kabul kemarin, perempuan berpakaian syar'i itu selalu saja menampilkan raut wajah penuh senyuman. Mata yang begitu meneduhkan dan tutur kata yang lembut itu baru Zaidan dapatkan ketika dirinya telah resmi menyandang gelar sebagai suami Aiyla.

"Sarapannya sudah jadi, Mas. Ayok, sarapan dulu, Mas!" Ajak Aiyla.

"Kamu sarapan duluan saja. Saya masih harus ngecek kerjaan." Jawab Zaidan dingin.

"Tapi, bapak sama ibu sudah nunggu kita di meja makan buat sarapan bareng, Mas." Ucap Aiyla kembali.

"Ya, sudah. Kamu duluan saja, nanti saya nyusul." Jika saja bukan karena kedua mertuanya, mungkin Zaidan tidak akan sarapan bersama dengan Aiyla.

Aiyla mengangguk lalu meninggalkan Zaidan di kamar seorang diri. Tidak lama setelah, Aiyla datang. Zaidan juga menyusul di belakang gadis itu.

"Biar Aiyla yang ambilkan, Mas." Ucap Aiyla mendahului Zaidan yang hendak menyendokkan nasi goreng ke piringnya.

Perlakuan Aiyla tentu tidak terlepas dari penglihatan kedua orang tuanya. Sedangkan Zaidan hanya bisa membiarkan gadis itu melayaninya dengan baik.

Semua orang kini menikmati sarapan mereka dengan tenang. Bu Maryam sesekali melirik kearah pengantin baru itu.

"Gimana sarapannya nak Zaidan? Enak tidak?" Tanya bu Maryam pada Zaidan.

"Enak, Bu." Jawab Zaidan jujur. Masakan yang di nikmati nya saat ini memang sesuai dengan selera lidah Zaidan.

"Alhamdulillah kalau nak Zaidan suka. Sebenarnya, waktu Aiyla lagi buat nasi goreng itu dia agak ragu. Katanya dia takut kalau masakannya itu nggak cocok sama selera suaminya." Adu bu Maryam seraya menatap Aiyla dengan senyuman penuh arti.

Zaidan melirik kearah perempuan yang tengah duduk manis di sampingnya. Aiyla terlihat menunduk entah karena malu atau mungkin gadis itu takut dengan reaksi Zaidan ketika mendengar penuturan dari ibunya.

Terpopuler

Comments

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

mungkinkah selepas berada di fasa penyesalan baru Zaidan dpt berfikir dgn waras mengenai kebaikan istrinya 🤔🤭

2024-01-27

3

Nar Sih

Nar Sih

saat ini blm ada rasa cinta di hti mu untuk aiyla ,dan semoga dgn kelebutan hati istri mu suatu saat nanti bisa tumbuh cinta antara kalian ya zaidan ,lanjutt kakk👍

2023-12-07

2

lihat semua
Episodes
1 Menolak Perjodohan
2 Penerimaan
3 Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4 Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5 Penolakan Aiyla
6 Hari Pernikahan
7 Hari Pertama Setelah Sah
8 Pindah Rumah
9 Kemarahan Zaidan
10 Kunjungan Maira
11 Frustasi
12 Makan Malam Berdua
13 Kerisauhan Aiyla
14 Perasaan Aneh
15 Kemarahan Zaidan
16 Ganas?
17 Rencana Licik Khalisa
18 Jangan Menangis Lagi!
19 Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20 Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21 Mendadak Berubah
22 Lembaran Baru
23 Emoji Hati Untuk Aiyla
24 Video Call
25 Kedatangan Yang Tiba-tiba
26 Kemanisan?
27 Saya Butuhnya Kamu!
28 Kedatangan Khalisa
29 Dijebak?
30 Tidak Ingin Kehilangan
31 Cemburunya Zaidan
32 Pukulan Itu Belum Seberapa
33 Mencoba Jujur
34 Tidak Ingin Berpisah
35 Di mana-mana Bertemu?
36 Paket Tanpa Nama Pengiriman
37 Sama-sama Cinta?
38 Di Mana Dia?
39 Mandi Bareng, Yuk!
40 Keraguan Azri
41 Takut Berharap Lebih
42 Membayar Biaya Opreasi
43 Bukti Pengkhianatan
44 Tidak Ada Alasan Bertahan
45 Kenapa Ini Terjadi
46 Penjelasan Khalisa
47 Diculik?
48 Kamu Ingin Bebas?
49 Penyamaran
50 Kita Harus Segera Pergi
51 Jangan Nekat!
52 Dalam Bahaya
53 Aksi Penyelamatan
54 Lebih Baik Berpisah
55 Tidak Sabar Bertemu
56 Belajar Gombal
57 Cinta Pertama
58 Kagum
59 Suapan Aiyla
60 Dia Aiyla!
61 Ini Tentang Hanif
62 Nomer Tidak Dikenal
63 Bidadari Surga
64 Maaf
65 Pingsan
66 Kabar Bahagia
67 Istri Saya
68 cemburu
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Menolak Perjodohan
2
Penerimaan
3
Pembicaraan Dua Pihak Keluarga
4
Ungkapan Menyakitkan Zaidan
5
Penolakan Aiyla
6
Hari Pernikahan
7
Hari Pertama Setelah Sah
8
Pindah Rumah
9
Kemarahan Zaidan
10
Kunjungan Maira
11
Frustasi
12
Makan Malam Berdua
13
Kerisauhan Aiyla
14
Perasaan Aneh
15
Kemarahan Zaidan
16
Ganas?
17
Rencana Licik Khalisa
18
Jangan Menangis Lagi!
19
Perempuan Ibaratkan Gelas-gelas Kaca
20
Apa Mas Ingin Tahu Siapa Laki-laki Itu?
21
Mendadak Berubah
22
Lembaran Baru
23
Emoji Hati Untuk Aiyla
24
Video Call
25
Kedatangan Yang Tiba-tiba
26
Kemanisan?
27
Saya Butuhnya Kamu!
28
Kedatangan Khalisa
29
Dijebak?
30
Tidak Ingin Kehilangan
31
Cemburunya Zaidan
32
Pukulan Itu Belum Seberapa
33
Mencoba Jujur
34
Tidak Ingin Berpisah
35
Di mana-mana Bertemu?
36
Paket Tanpa Nama Pengiriman
37
Sama-sama Cinta?
38
Di Mana Dia?
39
Mandi Bareng, Yuk!
40
Keraguan Azri
41
Takut Berharap Lebih
42
Membayar Biaya Opreasi
43
Bukti Pengkhianatan
44
Tidak Ada Alasan Bertahan
45
Kenapa Ini Terjadi
46
Penjelasan Khalisa
47
Diculik?
48
Kamu Ingin Bebas?
49
Penyamaran
50
Kita Harus Segera Pergi
51
Jangan Nekat!
52
Dalam Bahaya
53
Aksi Penyelamatan
54
Lebih Baik Berpisah
55
Tidak Sabar Bertemu
56
Belajar Gombal
57
Cinta Pertama
58
Kagum
59
Suapan Aiyla
60
Dia Aiyla!
61
Ini Tentang Hanif
62
Nomer Tidak Dikenal
63
Bidadari Surga
64
Maaf
65
Pingsan
66
Kabar Bahagia
67
Istri Saya
68
cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!