Hari ini adalah hari terakhir Aiyla dan Zaidan berada di kediaman bu Anisa dan pak Tiar. Setelah beberapa hari yang lalu mereka tinggal di rumah orang tua Aiyla, mereka pun membagi waktu untuk menginap di rumah orang tua Zaidan juga.
"Zaidan pamit dulu, ya, Ma, Pa." Ucap Zaidan meraih tangan bu Anisa dan pak Tiar bergantian untuk bersalaman.
"Hati-hati, ya, nak. Ingat, jaga istri kamu baik-baik." Ucap bu Anisa pada putranya.
"Iya, Ma." Jawab Zaidan seraya menarik koper besar yang berisi pakaiannya.
Kini giliran Aiyla yang pamit pada kedua mertuanya.
"Aiyla, pamit dulu, ya, Ma, Pa. Mama sama Papa baik-baik disini. Jangan lupa jaga kesehatan. Kalau ada apa-apa langsung hubungin Aiyla." Ucap Aiyla pada kedua mertuanya.
Meski Aiyla hanya menginap tiga hari di rumah bu Anisa, tapi kehadiran gadis itu membawa pengaruh besar di kediaman bu Anisa. Tutur kata yang lembut serta perhatian kecil yang tak pernah luput Aiyla berikan pada kedua mertuanya membuat bu Anisa dan pak Tiar seakan enggan melepas Aiyla untuk pindah dari rumah mereka.
"Iya, sayang. Mama titip Zaidan juga, ya. Jangan bosan ingetin dia kalau lagi lupa makan." Pesan bu Anisa.
"Dan kamu Zaidan, jangan pernah berani menyakiti hati menantu Papa. Kalau sampai itu terjadi, Papa orang pertama yang akan membawa Aiyla pergi." Ucap pak Tiar dengan penuh kesungguhan.
Zaidan menatap kearah Aiyla yang tengah berpelukan dengan Mamanya. Baru tiga hari gadis itu tinggal di rumah ini. Tapi, Aiyla sudah berhasil merebut hati kedua orang tuanya. Entah keistimewaan apa yang gadis itu miliki sehingga orang-orang disekitarnya begitu menyanyanginya.
"Iya, Pa. Zaidan akan ingat pesan Papa." Jawab Zaidan datar.
Setelah pamit pada bu Anisa dan pak Tiar. Pasangan pengantin baru itu akhirnya meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil pribadi milik Zaidan. Selama perjalanan menuju kerumah baru mereka. Pasangan suami itu hanya diam saja tanpa berniat membuka obrolan.
30 menit adalah waktu yang harus keduanya tempuh hingga bisa tiba di kediaman baru mereka.
Saat sampai, Zaidan dan Aiyla menurunkan koper mereka yang berada di bagasi mobil.
"I-ini rumah Mas Zaidan?" Tanya Aiyla dengan suara pelan.
"Hm," Hanya jawaban singkat itu yang diberikan Zaidan.
Saat memasuki rumah minimalis itu, Aiyla dibuat terpukau dengan desain dan juga penataan barang-barang di sana. Gadis berpakaian syar'i itu menatap disekelilingnya. Di rumah itu terdapat 2 kamar dengan satu ruang dapur dan taman kecil dibelakang rumah. Di samping rumah juga terdapat beberapa tanaman hijau yang menyegarkan mata. Rumah ini benar-benar mewakili rumah impian Aiyla selama ini.
"Kamar kita di mana, Mas?" Tanya Aiyla memberanikan diri.
Zaidan sontak menoleh kearah samping ketika mendengar pertanyaan Aiyla.
"Kamu pikir kita akan satu kamar?" Tanya Zaidan dengan tatapan tajamnya.
"Saya sudah ingatkan kamu waktu itu, jangan berharap apapun dari pernikahan ini apalagi mengharapkan kita layaknya pasangan suami istri sungguhan. Kamu pikir, kenapa saya memilih tinggal terpisah dengan orang tua kita? Itu karena saya tidak ingin satu kamar lagi dengan perempuan yang tidak saya cintai. Saya capek pura-pura baik sama kamu di depan orang tua saya." Tutur Zaidan dengan menggebu-gebu.
Perasaan Aiyla begitu hancur ketika mendengar Zaidan dengan tegas menolak satu kamar dengannya lagi. Aiyla pikir, sikap baik Zaidan beberapa ini adalah usaha laki-laki itu untuk menerimanya sebagai seorang istri. Tapi, apa yang Aiyla dapatkan sekarang? Dirinya justru sakit hati dengan kejujuran Zaidan.
"Dan satu hal lagi. Tidak akan ada larangan untuk kita berdua. Dan jangan pernah berani ikut campur urusan pribadi saya. Kamu dan saya bisa bebas seperti waktu kita belum menikah dulu. Kamu juga tidak perlu repot menyiapkan sarapan dan hal lain yang jadi tugas seorang istri. Anggap saja kita ini dua orang asing yang tinggal seatap." Sambung Zaidan kemudian berlalu menuju ke kamar miliknya.
Melihat Zaidan sudah masuk ke dalam kamar, air mata yang sejak tadi mengenang di pelupuk mata Aiyla akhirnya jatuh tanpa bisa untuk di cegah lagi. Hatinya begitu rapuh dan belum siap menerima kenyataan pahit ini.
Aiyla segera menghapus air matanya dengan cepat lalu menyeret koper berwarna biru itu menuju ke sebuah kamar yang tepat berada disamping kamar suaminya.
Setelah menyusun pakaiannya di dalam lemari, Aiyla segera berlalu menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera melaksanakan salat duhur.
Sekarang sudah masuk waktu makan siang, Aiyla keluar dari kamar dan berjalan menuju kearah dapur. Aiyla memberanikan diri untuk mengotak atik dapur rumah Zaidan. Lebih dulu, Aiyla mencari bahan makanan yang bisa di masak dalam kulkas. Namun, ternyata kulkas tersebut kosong.
"Ini kok nggak ada bahan makanan, ya? Gimana caranya aku bisa masak kalau nggak ada bahan yang bisa di masak?" Tanya Aiyla kebingungan sendiri.
"Apa aku minta uang sama Mas Zaidan aja, ya. Terus aku ke supermarket buat beli bahan makanannya. Kasian juga Mas Zaidan kalau jam segini belum makan." Ucap gadis itu kembali.
Aiyla kini berjalan menuju ke kamar suaminya. Diketuk nya pintu kamar tersebut dan tidak lama kemudian Zaidan muncul dibalik pintu.
"M-maaf, Mas. A-aku rencananya tadi mau masak untuk makan siang, tapi ternyata di kulkas kosong nggak ada bahan makanan. A-apa boleh aku minta uang sama Mas Zaidan buat beli bahan-bahan makanan dan bumbu dapur?" Tanya Aiyla pelan sembari meremas jari jemari nya karena gugup sekaligus takut.
"Tunggu disini," Perintah Zaidan lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.
Tidak lama kemudian laki-laki itu keluar dan menyerahkan sebuah kartu ATM dan secarik kertas bersamaan.
"Ini kartu ATM dan pinnya. Kamu bisa pakai kartu itu untuk kebutuhan kamu dan rumah ini. Terserah kamu berlanja apapun pakai kartu itu." Ucap Zaidan membuat Aiyla mematung mendengarnya.
"Tapi, Mas---"
"Udah jangan ganggu saya lagi. Saya sibuk!" Sela Zaidan dengan cepat lalu menutup pintu kamarnya.
Aiyla hanya mampu menghela napas pelan, lalu kembali mengetuk pintu kamar suaminya.
Menit berikutnya Zaidan muncul dengan raut wajah kesalnya karena kembali mendapat gangguan dari sang istri.
"Apa lagi?" Sewot Zaidan.
"A-aku cuman mau minta izin buat ke supermarket, Mas."
"Ya, udah pergi aja. Kenapa harus izin segala sih."
"Bagaimana pun sekarang Mas Zaidan suami aku, jadi kalau mau keluar rumah aku harus izin sama Mas Zaidan." Jawab Aiyla.
"Ya, saya izinin. Ada lagi?" Tanya Zaidan sambil mengangkat sebelah alisnya.
Aiyla menjawab dengan gelengan kecil membuat Zaidan langsung menutup pintu kamarnya kembali.
Setelah mendapat izin, Aiyla lalu berangkat ke supermarket dengan menggunakan ojek online khusus perempuan.
Gadis berhijab syar'i itu sibuk mendorong troli untuk mencari bahan makanan dan bahan-bahan dapur untuk persediaan beberapa hari kedepan.
"Aiyla?" Panggil seseorang yang membuat Aiyla yang tadinya sibuk memasukkan macam-macam bumbu dapur ke dalam troli segera menoleh.
"Maaf, Mas siapa, ya?" Tanya Aiyla menatap kearah laki-laki tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Winda
sepertinya Hanif kalau gak salah namanya. temennya Zaidan yang diam2 mengangumi Aiyla
2023-12-08
2
Nar Sih
wah..siapa ya ..penasaran nih ,lanjut kakk ,udah mulai seru nih cerita 👍
2023-12-07
0